App herunterladen
27.27% Teman tapi menikah / Chapter 3: Penghianatan pacar Awan

Kapitel 3: Penghianatan pacar Awan

Malam itu Awan sedang ingin memberi kejutan pada pacar yang sedang berulang tahun. Awan bahkan sudah menyiapkan semua. mulai dari kado yang telah ia beli satu Minggu yang lalu dan juga kue ulang tahun kesukaan pacarnya.

Lin yang akan menemani Awan kesana. pria itu sudah berada di rumah Lin sejak tiga puluh menit yang lalu menunggu Lin keluar dari dalam kamar.

Awan sangat cantik dengan gaun navynya. rambutnya bahkan di sanggul sangat cantik. Lin yang ada di ruang tengah menunggu Awan saat turun sempat terpesona. Lin sadar dari tatapannya. baginya awan hanya teman selamanya akan seperti itu.

"Sudah siap Wan?"

Awan angguk kepala.

"sudah."

"Kalau begitu kita berangkat."

"Heum... tolong bawakan ini ya Lin." awan memberikan kotak kue pada Lin. dia akan membawa kado yang telah di bungkus rapi dan sangat bagus.

tangan awan tidak akan maut memegang semuanya. tangan nya terlalu mungil.

"Merepotkan!" cibir Lin tapi tetap membawa hingga ke mobil.

"Makasih Lin."

"Hmm.."

***

Awan merasa jantung nya berdetak cepat. kali ke dua merayakan ulang tahun kekasih. Awan dan Rio memang baru dua tahun pacaran. dan ini kedua kalinya Awan akan merayakan ulang tahun pria itu selama mereka bersama.

tidak bisanya Awan akan se gugup ini. Awan menakan angka pada tombol pintu apartemen pacarnya. terbuka, Awan masuk diam-diam. lalu berjalan pelan-pelan menuju meja.

Lin tidak mau di ajak ke dalam. pria itu menolak karena akan menjadi nyamuk jika ia ikut dengan Awan. Itu pasti karena Awan akan bermesraan dengan kekasihnya. dan itu buat Lin merasa tidak nyaman.

Awan meletakan barang bawaan pelan-pelan di meja dapur. mengeluarkan kue dari kotak. pelan-pelan. menusukan lilin di atas kue lalu menyalakannya.

Awan angkat kue. berjalan ke lantai dua, menaiki tangga Satu persatu. sangat pelan sehingga awan tidak menimbulkan suara pada langkah kakinya. sampai di depan pintu kamar pacar yang selama ini Awan pacari, jantung wanita itu berhenti menatap pria yang sedang bercumbu mesra dengan wanita yang berada di atasnya. sangat intim tanpa sehelai benangpun.

mematung, kue yang Awan pegang jatuh ke lantai membuat itensi kedua sejoli yang bergumul panas itu mengarah padanya.

pria itu melepaskan miliknya dari si wanita. melompat mendekati Awan yang di beri jarak oleh gadis itu. air mata mengalir di pelapuk matanya sangat deras.

"Wan..."

Awan diam, tidak menyangka cinta tulus yang dia berikan di balas dengan penghianatan.

"Aku bisa jelasin semua." kata pria itu.

"Jelasin?" awan tersenyum getir. semua jelas di matanya. ia melihat langsung. apalagi yang akan di jelaskan padanya?

"Wan.... Aku khilaf." kata pria itu lagi. mencoba meraih tangan Awan. yang berakhir di tepis wanita itu.

"Aku gak butuh penjelasan dari kamu lagi. kita putus."

***

Awan menangis masuk ke dalam mobil Lan. membuat pria yang berada di dalam mobil itu merasa heran. kenapa Awan menangis? bukankah harusnya Awan sedang berbahagia dengan pacarnya? pertanyaan itu muncul di Kapala Lin.

"Lin.... hiks.... Rio.. selingkuh..." terbata-bata mengucapkannya. Awan sengugukan karena menangis.

"Kamu serius Wan?"

Awan angguk kepala. ia kembali menangis, meraung. rasanya sangat sakit di dada. hubungan yang di jalanin dengan baik dua tahun berakhir dengan penghianatan.

"Apa perlu aku hajar dia?" tanya Lin. Awan tidak menjawab pertanyaan nya. berarti yang Awan katakan mengenai Lin yang selingkuh itu benar.

Awan menggelengkan kepalanya. "tidak usah Lin. biarkan mereka menikmati apa yang mereka lakukan. setidaknya, aku sudah tau kelakuan bajingan itu. untung aku belum menikah dengan nya!" ujar Awan penuh dengan penyesalan.

"Lebih baik kita pulang saja." Awan menegakkan punggungnya.menghapus air matanya yang masih mengalir. Awan kenakan seat Beal sambil berkata pada Lin supaya meninggalkan tempat itu.

kini Mereka sudah kembali ke rumah Awan, wanita itu masih tetap saja murung.

"Wan, sudahlah." kata Lin memperingati Awan agar Jangan menangis lagi.

"Aku terluka Lin. sakit hati..."

"Paham Wan, aku juga pernah mengalami hal itu. tapi buat apa kita ingat sama orang yang sudah buat kita sakit?"

perkataan itu sebenarnya lebih tepat untuk dirinya sendiri. tetapi Lin ingin menghibur sahabat nya yang sedang di hianati oleh kekasih. apa Lin salah?

"Terimakasih Lin . kau membuatku lebih baik!"

****

keesokan paginya Rio mendatangi Awan saat ia akan pergi ke kantor nya.

"Wan... tunggu!" Rio telah menunggu nya di bawah. awan tidak menghiraukan nya.

"Aku mau bicara Wan. bentar aja...."

tidak menghiraukan, awan terus berjalan melewati gerbang. menunggu Rio keluar lalu menguncinya. usai memasukan kunci ke dalam tas Awan berjalan ke depan menunggu Lin. tetapi yang di tunggu-tunggu belum datang-datang.

Awan menghubungi sahabat dekatnya tersebut. suara dering biasa menggema. hingga panggilan terhubung.

"Ada apa Wan?"

"Kamu masih lama? kalau iya aku mau naik taksi aja!" ujar Awan kesal karena menunggu Lin datang sama saja harus berhadapan dengan Rio di sana.

"Sebentar lagi Wan, lima menit lagi."

"Astaga, lima menit artinya aku harus menatap si bajingan itu di sini!" gerutu Awan. jelas Lin mendengar nya.

"Siapa bajingan yang kamu maksud Wan? apa ada orang lain di sana?" tanya Lin.

"Ya, orang gila yang gak mau aku temui!"

**

Lin masih berada di rumahnya. hari ini dia agak sedikit terlambat karena pagi sekali ibunya menelpon mengenai jodohnya.

sudah di dalam mobil pun, ponsel Lin masih berbunyi. sehingga Lin mengira itu ibunya lagi. tapi Lin salah yang menelpon adalah Awan.

saat menjawab Awan langsung mencacar Lin. mengatakan kalau ia bertemu dengan bajingan! dahi Lin mengkerut. siapa bajingan yang Awan katakan itu?

"Siapa yang kau katakan bajingan yang kamu maksud Wan, apa ada orang lain di sana?"

awan tetap menjawab dengan gerutu. membuat Lin segara melakukan mobilnya menuju rumah Awan.

***

"Kasih aku kesempatan Wan?" Rio memohon.

"Lepaskan aku. jangan datang lagi!" Awan menyentak tangannya. lalu terlepas. tetapi hanya sebentar karena Rio kembali menggapainya dan menggenggam nya erat.

"please...."

awan tidak menganggap i. dalam hati berdoa agar Lin segara tiba. dan doanya terjawab ketika mobil yang biasa Lin pakai mulai terlihat dan berhenti di dekat mereka.

"Lepas!" lagi awan menyentak. usai lepas Awan berjalan ke arah mobil Lin. masuk ke dalam meninggalkan Rio.

"Wan, aku gak akan menyerah. keluar dulu aku ingin mengatakan semuanya..."

"Cih, buaya... buaya..." sindir Lin

"Majukan mobil mu Lin!" perintah Awan.

"Gak mau ngomong dulu sama mantan kamu yang selingkuh itu Wan?"

"Gak penting Lin. ayo segara Lin.." awan memelototi Lin. yang di balas Lin dengan cengiran khasnya lalu melajukan mobil meninggalkan Rio yang mengetuk pintu mobil mereka dan sempat juga mengejar mereka.


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C3
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen