App herunterladen
81.25% Sweet Night With My Bos / Chapter 26: Bagian 23

Kapitel 26: Bagian 23

Saat ini sepasang sejoli itu sedang berada didalam mobil Maybach Exelero hitam. Tujuannya adalah mansion kedua orangtua Pandu yang ada dipusat kota. Kenapa disaat kedua orangtuanya memiliki mansion namun Pandu malah tinggal diapartemen. Jawabannya, mansion terlalu besar untuknya yang masih sendiri. Mungkin ia akan bersedia tinggal disana saat sudah menikahi gadis Office Girl nya.

Dan jalanan malam ini cukup lancar untuk dilewati sehingga tidak butuh waktu lama mereka sudah sampai dimansion tersebut.

Pandu menoleh kearah gadisnya merasa terganggu dengan kelakuan Pita

Pita menurunkan dress diatas lutut berwarna peach itu dengan posisi masih duduk. Ia sebenarnya sedikit tidak nyaman berpakaian seperti ini. Namun ia harus terbiasa karena kekasihnya ini bukan orang biasa.

Pandu tersenyum geli melihat wajah cantik gadisnya yang sekarang tengah tidak nyaman. Lalu ia melepaskan seatbelt nya dan beralih kembali memperhatikan gadisnya yang masih mempertahankan kegelisahannya.

Pandu meraih tangan kanan Pita, mengusapnya lembut yang membuat si empunya tangan menoleh.

"Kamu cantik."

Entah Pita kerasukan atau bagaimana. Dua kata itu mampu membuat raut wajah gelisahnya sirna berganti dengan raut wajah malu. Secepat itukah.

"Seharusnya jika kamu tidak nyaman jangan terlalu dipaksakan." Ucap Pandu lembut.

Memang sebelumnya mereka singgah terlebih dahulu dibutik langganan ibu Pandu setelah pulang ngantor. Lama Pita memilih ingin mengenakan apa, hingga sipemilik butik yang memang sahabat dari ibunya Pandu menyarankan dress yang saat ini dipakai oleh Pita. Dress tanpa lengan  dengan bagian leher berbentuk V. Entah bisikan darimana Pita mengangguk saja. Karena ia juga suka dengan warnanya tanpa memikirkan betapa inginnya Pandu memberikan banyak kissmark dileher mulus gadisnya.

Sedangkan Pandu. Ia memakai setelan jas abu dengan celana warna senada serta kemeja putih dibagian dalamnya dan juga dasi berwarna abu polos. Oh ayolah apakan gayanya terlalu formal untuk acara keluarga??.

"Tidak... Nanti juga akan nyaman... Da---n terbiasa." Jawab Pita pelan diakhir kalimatnya. Membuat Pandu tersenyum lebar.

Pita kembali terhipnotis saat kedapatan melihat ekspresi Pandu yang tampan berkali-kali lipat setelah tersenyum. Lesung pipi kirinya terbentuk indah menambah kadar ketampanan itu menjadi rekor sempurna.

Belum habis Pita menikmati kekagumannya. Tiba-tiba Pandu mendekatkan wajahnya kearah Pita dengan menelisik wajahnya. Hingga Pita benar-benar bisa merasakan terpaan napas mint Pandu.

Sontak Pita memejamkan mata perlahan.

Pandu akan menciumnya.

Dirasa terlalu lama ia memejamkan mata namun tidak ada tanda-tanda sebuah benda kenyal menyentuh bibirnya. Yang terdengar hanya suara..

'Cklek'

Seatbelt terbuka. Dibarengi dengan Pita yang membuka mata.

Ia menoleh ke arah Pandu yang sedang terkekeh geli. Demi apapun ingin rasanya ia teleportasi agar hilang dari hadapan Pandu yang saat tengah menertawakannya.

'Jahil kurang ngajar' batin Pita

Ia terlalu percaya diri jika Pandu akan menciumnya. Mau ditaruh dimana harga dirinya.

"Dengar. Saat ini aku tidak ingin menciummu." Ucap Pandu dengan wajah datarnya. Membuat Pita bertanya-tanya dengan perubahan tiba-tiba Pandu.

'lelaki ini benar-benar. Barusan dia terkekeh, dan sekarang lihat. Wajah menyebalkannya keluar. Cih!!' batin Pita mengumpat.

Biasanya Pandu sangat suka mencium Pita. Bahkan ia sendiri yang mengatakan jika bibir Pita adalah heroin untuknya.

Seketika raut wajah Pita berubah muram. Keinginannya sia-sia. Dia terlalu berharap lebih. Namun ia masih memperhatikan wajah Pandu menuntut kalimat berikutnya. Meski dalam benaknya tetap mengumpati lelaki dihadapannya.

"Setelah pertemuan ini selesai. Jangan harap kamu bisa bernapas sedetik saja. Aku akan buat bibir kamu yang mungil itu bengkak." Jawab Pandu kembali membuat Pita melotot tidak percaya. Tanpa menjawab ia hendak membuka Pintu mobil itu namun diurungkan saat sebuah tangan kembali menahannya.

Pandu sangat menyebalkan.

Tatapannya kembali beradu.

"Jangan keluar. Biar aku yang membukakan pintunya. Kemarilah." Pandu menarik lengan Pita dan ia hanya menuruti arahan Pandu tanpa ia ketahui.

'Cup'.

Pandu mencium keningnya lama. Pita memejamkan mata merasakan kekuatan dari sebuah bibir dikeningnya.

Tidak lama Pandu keluar dari mobil itu dan membukakan pintu. Tangannya terulur lalu dengan penuh keyakinan Pita meraih uluran itu.

"Siap.?" Tanya Pandu dengan senyumannya.

Pita hanya mengangguk. Lalu pandangannya jatuh pada mobil Audi merah yang dirasa ia sangat mengenalinya.

"Aku rasa mengenal mob--"

"Kamu akan tau didalam nanti." Potong Pandu.

Ia kembali memperhatikan mobil Audi merah itu. Dari empat mobil yang terpakir 1 diantaranya sangat ia kenal. Namun ia kembali mengabaikannya dan menunggu jawabannya saat sudah sampai didalam sana. Dan kembali melangkah disamping Pandu.

Pandu menarik pinggang Pita. Mengenyahkan jarak diantara mereka. Pita sedikit mendongak menatap kearah Pandu meski ia memakai heels namun tetap saja Pandu jauh lebih tinggi darinya karena heels yang ia gunakan memang tidak terlalu tinggi.

Pandangan Pandu sangat fokus kedepan. Tanpa merespon sama sekali tatapan Pita yang memperhatikannya dari samping.

Hingga mereka sampai didepan pintu yang disambut oleh seorang maid. Masih terlihat muda.

Maid itu menyapa dengan tersenyum. Pandu sama sekali tidak merespon. Sedangkan Pita membalas dengan senyum manisnya.

Saat pintu terbuka Pita membelalakan mata tidak percaya. Mansion dengan interior mewah berwarna gold yang terkesan sangat elegan terpampang jelas dihadapannya. Dengan tetap berjalan dirangkul posesif oleh Pandunya. Ia memikirkan seberapa kayanya sang calon suaminya ini. Dan betapa bodohnya ia lebih memilih tinggal diapartemen.

Oh. Ia melupakan jika Pandu adalah anak semata wayang Dirgantara.

Katakan dia kampungan. Namun jujur saja ini pertama kalinya ia masuk kedalam rumah terbesar. Ini bisa dikatakan rumah atau istana?? Dia tidak peduli. Matanya terus menatap kagum sekeliling.

Pandu yang menyadari kekaguman kekasihnya dalam diam tambah mengeratkan pelukannya membuat langkah Pita terganggu. Pandu mendekatkan wajahnya pada telinga Pita.

"Kita akan tinggal disini saat sudah menikah nanti." Bisiknya.

"Kamu mau membuatku mati." Jawab Pita dengan tatapan menusuknya.

Pandu mengedikan bahu.

"Yaa... Mati kelelahan, membersihkan rumah ini. Aku lebih rela tinggal dikontrakan. Membayangkan membersihkan apartemenmu saja aku sudah lelah." Jawab Pita tegas.

"Lalu. Untuk apa aku memperkerjakan mereka." Ucap Pandu datar menunjuk beberapa maid yang sedang membawa makanan. Yang Pita yakini akan dibawa keruang keluarga.

"Tugasmu.. melayaniku. Itu saja sudah cukup!!." Ucapnya kembali membuat Pita mendengus. Tidak aneh mendengar kata seperti itu keluar dari mulut Pandu.

Seorang maid menyapa membuat sepasang sejoli itu menghentikan langkahnya. Maid senior dan terlihat jelas jika umurnya sudah tidak dikatakan muda lagi.

"Tuan. Semuanya sudah menunggu anda didalam." Ucap maid itu sopan. Pandu tersenyum lalu kembali membimbing Pita agar berjalan disampingnya. Dan tentu rangkulan tangan Pandu dipinggangnya tidak terlepas sama sekali.

Pita dan Pandu memasuki ruang keluarga.

Semua pandangan tertuju pada dua sejoli itu.

Pita bisa melihat Ibu dan Ayah Pandu. Bibi Lisa dan Paman Agus. Bunda Vivi dan Kak Virza.

Dan benarkan. Mobil yang tadi ia kenali itu adalah mobil Virza.

Memang setelah pandu mengikatnya ia tidak melanjutkan hoby menyanyinya. Dikarenakan Pandu yang terlalu posesif. Pita tidak ingin Pandu melakukan hal yang aneh-aneh. Lebih baik ia mengalah demi hubungan ini.

Sangat jelas terlihat Virza menatap datar kedatangannya. Mungkin karena ia tidak memberi tahu tentang hubungannya dengan Pandu. Oke.. disini Pita salah.

Erie berdiri dari duduknya lalu berjalan menghampiri Pita. Pandu melepas rangkulannya membiarkan sang ibu mengambil alih.

"Mommy kangen nak." Erie memeluk Pita dengan menciumi pipi kiri, kanan dan kening Pita.

"Pita juga mom." Pita membalas pelukan calon mertuanya.

Setelah Erie melepas rindu pandangan Pita tertuju pada Adik dari Ibunya. Bibi Lisa.

"Bibi..." Pita menghampiri dan langsung memeluk. Sedangkan Lisa membalas pelukan sang ponakan dengan mengusap sayang.

"Ita damang?!" Tanya Lisa yang langsung diangguki Pita dengan senyumnya saat Lisa menanyakan kabarnya.

Setelah itu ia melihat Bunda Vivi.

"Neng Pita sini peluk Bunda." Vivi mengulurkan kedua tangannya yang langsung disambut oleh Pita.

"Bunda apa kabar??" Tanya Pita

"Baik neng baik." Ucap Vivi.

Pita dan Vivi melerai pelukan. Pita mengalihkan pandangan pada Virza. Namun Virza seperti menghindari kontak mata dengan Pita. Pita memakluminya mungkin Virza marah padanya. Ia lebih memilih menghampiri Pandu dan duduk bersebelahan dengannya.

"Yasudah.. kita mulai saja, alasan saya ibu dari Pandu mengumpulkan kerabat nak Pita karena ingin membicarakan tanggal pernikahan mereka." Rudie mengintrupsi.

Tidak ada yang mengeluarkan sepatah kata pun.

Pita kembali melirik Virza yang masih mempertahankan raut wajah datarnya. Ia lalu menghembuskan napas kasar.

Pandu menyadari dari sudut matanya. Lalu tangannya menggenggam lembut tangan dingin Pita.

"Barangkali kalian sudah punya tanggal??" Tanya Rudie.

"Saya selaku perwakilan dari Pitaloka. Menyerahkan semuanya pada Pihak laki-laki." Jawab Agus jassir.

Rudie mengangguk paham.

"Bagaimana jika sebulan lagi. Tepatnya tanggal 17." Saran Rudie.

Ia mengalihkan pandangan kepada orang-orang yang ada didalam ruangan itu.

"Apa dalam waktu sebulan persiapannya akan matang??" Tanya Vivi.

"Tadinya saya ingin dua minggu lagi mengadakan resepsi pernikahan anak-anak kita." Ucap Rudie dengan tawanya. Yang membuat orang-orang didalam sana ikut tertawa. Kecuali Virza.

"Kami akan menanggung semuanya. Saya tidak ingin ada kesulitan  menimpa anak-anak kita yang ingin melakukan niat baik." Erie berbicara.

"Terserah anda Pak Rudie. Kami turut serta saja." Ucap Lisa.

Pandu dan Pita hanya menjadi pendengar yang baik. Hingga perbincangan mereka selesai dan pernikahan Pita akan diselenggarakan bulan depan. Semua akan ditanggung oleh Rudie dan Erie. Sedangkan Pita dan Pandu tetap fokus pada pekerjaan hingga pernikahannya tiba.

***

Waktu semakin malam. Dan Pita mengantar Bibinya kedepan mansion.

"Bibi pamit ya. Jaga diri baik-baik." Ucap Lisa.

"Hati-hati dijalan Bik."

Lisa mengangguk. Agus dan Lisa pun memasuki mobil dan pergi meninggalkan mansion itu.

Ia kembali keruangan tadi namun tidak melihat seorang pun. Saat itu juga seorang maid datang hendak membereskan ruangan itu namun dicegah oleh pertanyaan Pita.

"Kemana semua orang pergi.?" Tanya Pita setelah ia menghampiri maid itu. Rasanya ia tidak lama mengantarkan Bibinya. Dan saat ia kembali tidak menemukan seorang pun diruangan itu.

Maid itu menunduk tanda hormat.

"Nyonya, tuan dan tamunya sedang dihalaman belakang nona." Jawab maid itu. "Dan tuan muda sedang didekat kolam." Lanjutnya.

Pita mengangguk paham. Saat ia hendak menanyakan sebelah mana letak kolam yang maid tadi sebutkan. Sebuah suara lebih tepatnya suara benda pecah mengejutkannya dan juga maid yang bersamanya.

'Prankkk'.

Pita langsung berlari menuju sumber suara. Diikuti maid tadi dibelakangnya. Namun saat itu pula matanya langsung membulat melihat pemandangan dihadapannya.

Virza mencengkram kedua kerah kemeja Pandu dengan merapatkan tubuh Pandu ke dinding. Pandangannya beralih pada guci yang pecah berkeping-keping diteras. Lalu ia kembali melihat kearah Pandu. Ia bisa menyaksikan sudut bibir Pandu mengeluarkan bercak darah.

Virza dengan kemarahannya. Ada apa ini??

***

Hai... lama ya kaka??😂

baru dapet hidayah nulis... ini juga gatau dapet apa ngga feelnya. Oh iya, untuk yang bertanya sosok wajah Pita sama Pandu mending bayangin masing-masing aja ya😄 bayangin aja pacar, atau mantan pacar, suami, atau suami orang😆 (Boonganlah)

TBC.


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C26
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen