App herunterladen
11.16% STUCK WITH YOUR LOVE / Chapter 24: HONEYMOON

Kapitel 24: HONEYMOON

Zanna dua hari ini uring-uringan. Keinginannya untuk bertemu Rosa dan Saka akhirnya gagal gara-gara Kenan yang terus membuntutinya kemanapun dia ingin pergi.

"Aish...!!! Kamu tidak kerja ya? Perusahaan kamu bangkrut kalau bos--nya sering membolos." Gerutu Zanna saat Kenan duduk disampingnya sambil menikmati kopi yang baru saja dia buat.

Mereka kini sudah berada di Apartemen Kenan setelah acara pernikahan yang melelahkan kemarin mereka langsung kembali ke Apartemen paginya.

"Kenapa cepat sekali kalian pergi? Satu minggu lagi ya?" Pinta Papa Kenan saat mereka berdua berpamitan akan meninggalkan rumah keluarga Kenan.

"Iya, sayang. Mama masih ingin bersama dengan anak mama ini. Sudah lama mama tidak pergi belanja dengan Anna." Mama Kenan menimpali permintaan suaminya. Mama Kenan memang sudah menganggap Zanna sebagai putrinya sejak Kenan dan Zanna berpacaran dulu. Dan saat mendengar berita pernikahan Kenan dengan Zanna membuat rasa bahagia itu bertambah berlipat-lipat.

"Tidak, Mama. Tidak ada yang dapat menyabotase Kiran dariku. Dia hanya milikku."

"Dasar anak gila! Mama kamu sendiri dikatai menyabotase. Kiran pergi baru tahu rasa!" Mama Kenan mengomel sambil terus memukul lengan Kenan, emosi.

Dan setelah perdebatan panjang itu, akhirnya Zanna dan Kenan sekarang sudah berada di dalam apartemen Kenan, hanya berdua. Bahkan, Kenan tidak bisa kalau jauh dari Zanna. Selalu akan ada teriakan jika Zanna tidak ada disampingnya, dengan kata lain tiada Zanna tanpa Kenan.

"Sayang, siapkan semua barang-barang kita." Perintah Kenan saat melihat Zanna sibuk mengotak-atik ponselnya.

"Kenapa?" Tanya Zanna yang tidak paham dengan maksud perintah Kenan.

"Siapkan barang-barang kita. Sebentar lagi kita akan pergi." Jelas Kynan.

"Pergi? Pergi kemana?"

"Honeymoon. Bulan madu. Liburan."

"Hah? Kenapa tiba-tiba?"

"Tidak juga, sayang. Aku sudah mempersiapkan ini semua sebelum kita menikah."

"Hah? Anda sehat, pak?" Tanya Zanna sambil memegang dahi Kenan, untuk memastikan suhu tubuh Kenan.

"Sehat. Saaaaangat sehat. Apalagi jika membayangkan apa yang akan kita lakukan di sana, aku yakin akan bertambah sehat tubuh ini." Goda Kenan smabil menaik turunkan alisnya.

"Dasar! Pikiran kalau isinya full mesum ya seperti ini." Zanna memukul kepala Kenan menggunakan bantal yang dipangkunya, Kenan hanya tertawa dan membuat Zanna jengkel adalah hobby barunya yang sangat menyenangkan baginya.

"Bagaimana jika aku kabur pada hari pernikahan itu?"

"Melihat reaksi mu yang selalu menikmati semua sentuhan ku, aku yakin kamu akan menerimanya." Goda Kenan lagi.

"Dasar, bos MESUM !!!" Teriak Zanna sambil berlari menuju kamar mereka.

"Bawa seperlunya saya, sayang! Nanti kebutuhan yang lain bisa kita beli disana!" Teriak Kenan lagi sambil jari-jemarinya memencet ponsel yang ada ditangannya.

***

Zanna mulai disibukkan dengan perintah dadakan Kenan. Dengan malas dia memasukkan beberapa barang kedalam koper. Pakaian dalam, beberapa helai baju, barang-barang miliknya dan Kenan sedikit demi sedikit sudah masuk kedalam koper, tinggal make-up dan beberapa peralatan mandi. Zanna selalu menyiapkan peralatan mandinya sendiri meskipun di hotel nanti juga disediakan, Zanna merasa tidak nyaman jika tidak memakai barang miliknya sendiri untuk keperluan di kamar mandi.

"Kenapa tidak ngomong dari kemarin-kemarin sih? Kan bisa dicicil, kalau begini takut kalau ada yang tertinggal." Zanna menggerutu sambil memasukkan barang-barangnya, sedangkan Kenan tersenyum melihat tingkah Zanna yang terus-menerus berbicara sendiri.

Dengan langkah pelan, Kenan mendekati Zanna yang masih sibuk di depan koper besar mereka.

"Yang penting harus masuk hanya identitas dan juga pasport, Sayang." Ucap Kenan sambil memeluk Zanna dari belakang.

"Pasport?"

"Iya. Pasport."

"Memangnya kita mau kemana? Kenapa perlu pasport?" Tanya Zanan kebingungan, dia pikir mereka akan pergi ke puncak atau ke Bali lagi.

"Jepang."

"Jepang? Benar?!" Tanya Zanna kembali dengan antusias dan tersenyum lebar. Negeri Sakura itu adalah tempat impian Zanna untuk bulan madu. Apalagi sekarang bulan Maret. Bulan dimana bunga Sakura berbunga.

"Iya, Sayang. Aku masih mengingat dengan jelas semua yang kamu inginkan untuk pernikahan kamu. Apa kamu tidak memperhatikan pesta pernikahan kita? Konsepnya?" Pertanyaan Kenan dijawab dengan gelengan kepala oleh Zanna. Saat pernikahan itu Zanna sedang tidak mood untuk menikmati suasananya. Bagi Zanna pernikahan itu adalah paksaan. Paksaan karena ayahnya sedang membutuhkan biaya untuk membantu usahanya kembali bangkit. Dengan kata lain Zanna merasa dijual oleh ayahnya.

Flasback

Zanna dan Tirto duduk di sebuah cafe dekat dengan rumah lama Zanna. Tirto, Ayah Zanna ingin bertemu dengannya karena ada hal penting yang ingin dibicarakan.

"Kamu mau pesan apa Sayang?"

"Tidak usah basa-basi, apa yang Papa inginkan?" Tanya Zanna ketus. Hubungannya dengan orang tuanya hancur setelah sang Mama pergi meninggalkan Zanna untuk selamanya dan Tirto menikah lagi dengan sekretarisnya.

"Ma'af, Papa merepotkan kamu. Papa ingin, Papa ingin kamu mau menerima nak Kenan menjadi suami kamu." Suara Tirto sedikit bergetar, takut melihat reaksi yang akan Zanna keluarkan.

"Papa gila? Setelah bersenang-senang dengan istri muda sekarang aku yang harus menjadi korban Papa? Kenapa tidak anak kesayangan Papa itu?" Suara Zanna sedikit meninggi.

"Ma'afkan papa, Anna. Kamu tidak mau perusahaan mendiang mama kamu hancur kan? Papa minta tolong, kali ini saja."

"Papa memang tidak pernah peduli sama aku, yang papa pedulikan hanya istri dan anak papa yang lain!"

"Anna!" Perseteruan ayah dan anak itu menjadi tontonan pengunjung cafe yang ada di sana, suara Zanna dan papanya membuat orang-orang penasaran dengan apa yang terjadi.

Flashback end

"Dasar! Meskipun kamu seperti ini, aku tetap mencintai kamu." Kenan mencium bibir Zanna yang masih merenung, pernyataan Kenan membuat pipi Zanna merah. Zanna tersipu mendengar pernyataan cinta Kenan.

"Gombal! Kamu 'kan pintar merayu. Buktinya banyak wanita yang kamu rayu, termasuk pacar kamu yang model itu."  Zanna mengingatkan Kenan akan Laura. Kenan mulai menjaga ketat Zanna tanpa sepengetahuan Zanna. Ketakutan Kenan akan kenekatan Laura membuatnya melakukan hal itu.

"Model? Kamu menyelidiki aku?" Kenan menatap jahil kearah Aluna.

"Jangan pikirkan hal lain. Sekarang yang terpenting ragaku dan hatiku hanya untukmu." Mendengar rayuan Kenan kembali kepadanya, Zanna semakin merona.

***

Perjalanan menuju Jepang memerlukan waktu sekitar tujuh jam di atas pesawat. Kenan dan Zanna sudah duduk manis di kabin pesawat pribadi yang dimiliki Kenan.

"Kenapa kita tidak naik pesawat komersil saja sih? Lihat! Disini sepi, seperti di kuburan." Gerutu Zanna, saat akan berangkat memang Zanna sangat bahagia, tetapi sampai di bandara dan kaki Kenan melangkah terus tanpa berhenti di antrian membuat Zanna bingung, dan amarahnya meledak saat suaminya membawanya masuk kedalam pesawat dengan tulisan Narendra di badan pesawat.

"Lebih nyaman jika memakai pesawat ini. Aku tidak suka jika ada banyak orang berada di sekitarku."

"Ah, sudahlah. Bicara dengan batu memang sulit." Zanna memunggungi Kenan karena kesal dengan jawaban yang diberikan, karena diam terlalu lama akhirnya membuat Zanna terlelap.

Kenan tersenyum saat tubuh Zanna membelakanginya, menghadap ke jendela. "Aku tidak akan membiarkan mereka melihatmu dengan penuh nafsu sayang, melihat pakaianmu yang seperti ini mungkin memang mengurung mu seperti ini adalah jalan yang terbaik."

Zanna yang dari tadi tertidur mulai membuka matanya.

"Oh, dimana aku?" Tanya Zanna pada dirinya sendiri saat matanya menyadari jika dirinya terbaring disebuah ranjang.

"Sudah bangun?" Tanya Kenan saat dia memasuki kamar dan melihat sedang duduk diranjang.

"Apa sudah sampai?"

"Belum, masih satu jam lagi kita mendarat." Jawab Kenan sambil melihat jam tangannya. Zanna yang mendengar jawaban Kenan hanya menganggukkan kepalanya.

"Kamu lapar?"

"Hah? Tidak. Aku cuma mau tidur lagi." Zanna kembali membaringkan tubuhnya kembali di atas ranjang. Belum sampai Zanna nyaman dengan posisinya, Kenan sudah menarik Zanna untuk duduk kembali.

"Jangan tidur. Temani aku."

"Bukannya tadi kamu sibuk dengan pekerjaanmu?" Zanna sengaja menyindir Kenan yang dari tadi memang sibuk dengan berkas-berkas yang dibawanya.

"Ma'af. Aku sudah menyelesaikan semuanya." Zanna tidak memperdulikan Kenan lagi dan mulai merebahkan tubuhnya kembali, membelakangi Kenan.


next chapter
Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C24
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen