App herunterladen
Soca (Mata yang Tidak Bisa Melihat) Soca (Mata yang Tidak Bisa Melihat) original

Soca (Mata yang Tidak Bisa Melihat)

Autor: Litium

© WebNovel

Prolog

Soca

(Prolog)

Dikatakan bahwa suku Saman adalah keturunan iblis. Selama berabad-abad mereka menghilang tanpa jejak. Namun, satu dekade belakangan teror Saman kembali muncul. Para Saman membunuh orang-orang secara acak untuk diambil jantungnya.

Teror ini telah menimbulkan kepanikan serta ketakutan publik di seluruh penjuru dunia. Raja Efraim Cartwheel selaku raja dari kerajaan terbesar. Memutuskan untuk mengumpulkan semua raja dari seluruh negeri.

Dari pertemuan, terciptalah sebuah gagasan pembentukan tentara Hungost—tentara khusus untuk mengatasi Saman—di setiap negara. Pertemuan itu kemudian hari dikenal sebagai Pertemuan Jajar Raja atau Pajara.

Satu tahun berikutnya, gagasan direalisasikan.

Dari semua Hungost, Deildra Gallera merupakan yang paling terampil. Raja Efraim mengangkatnya sebagai panglima resimen di usia muda. Bukan hanya cakap dalam menganalisis, ia juga cermat dalam mengenali para saman.

Empat tahun kemudian, Deildra memberikan kontribusi terbesar. Ia bersama pasukannya berhasil menerobos markas utama Saman. Sayangnya, Lodrak Magi—pemimpin Saman—berhasil meloloskan diri.

Namun, Deildra berhasil membunuh ketiga putra Lodrak beserta istrinya.

Dalam penyergapan itu, Deildra kehilangan hampir setengah dari tentaranya. Walaupun begitu, kegemilangannya mampu menemukan markas Saman hanya dalam kurun waktu empat tahun benar-benar membuat semua orang takjub.

Raja Efraim dari Kerajaan Phollea menggelarinya sebagai Hungost Zavier Cataka (Huzaka). Malam itu semua orang bergembira. Mereka pikir Saman telah berhasil dikalahkan. Perayaan pun berlangsung meriah. Namun, semua kebahagiaan itu hanyalah mimpi semu di siang bolong.

Esok harinya, istri Deildra—Ayira—ditemukan tewas tanpa jantung di jalanan. Sedangkan putranya yang baru berusia lima tahun—Aludra Gallera—menghilang tanpa jejak. Hanya ditemukan syal bersimbah darah.

Lantaran kejadian itu, Deildra mengundurkan diri dan menghilang. Menurut orang-orang, pria yang kehilangan matahari itu menyepi di Gunung Karai. Meratap sepanjang waktu.

Seakan kehilangan cahayanya. Tentara Hungost perlahan melemah semenjak kehilangan Deildra. Sebaliknya, Saman semakin mengganas. Kekalahan Lodrak atas Deildra justru malah membuat para Saman semakin menggila.

Pembunuhan serta teror terjadi di mana-mana. Para Hungost di masing-masing daerah menjadi kewalahan.

<>

Dua tahun berlalu, penyerang paling parah terjadi di Desa Alres. Saman membantai hampir dari seluruh warga. Mereka hanya menyisakan anak-anak. Rigel Halley, menjadi salah satu anak laki-laki yang selamat.

Rigel menyaksikan ayah serta ibunya dibunuh di depan matanya sendiri.

Alres desa terpencil. Ditambah hampir semua warga tewas dibunuh. Anak-anak tidak tahu cara memberi kabar atau meminta bantuan. Semua rumah pun dibakar habis. Tidak ada yang tersisa selain dari bau daging gosong yang terpanggang.

Lewat satu bulan, bau busuk mayat menyengat di mana-mana. Anak-anak yang selamat kelaparan dan mati satu-satu. Adik perempuan Rigel yang baru berusia enam tahun juga tewas. Beberapa anak lain mulai terkena penyakit.

Setelah tiga bulan, pemerintah baru mengetahui tragedi mengerikan itu. Sekelompok pedagang berniat singgah di desa Alres. Namun, mereka malah menemukan desa itu telah rusak parah. Hancur tak bersisa. Meski sudah sekarat, seorang anak ditemukan masih hidup. Mereka lalu bersusah-payah menyelamatkannya.

Bantuan pemerintah datang. Para prajurit menguburkan mayat-mayat yang sudah membusuk dalam satu lubang. Mereka juga mengambil satu-satunya anak yang selamat—Rigel Halley—untuk diurus oleh pemerintah.

Di perjalanan menuju ibu kota, Rigel mendengar para prajurit membicarakan tentang Deildra. Sebagian prajurit menyayangkan kepergian pria itu, tetapi sebagian lagi bisa mengerti.

Suatu ambisi mendadak memenuhi hati Rigel. Ia ingin menemukan Deildra. Ia ingin membalas para Saman yang sudah membunuh keluarga, teman, juga seluruh orang di desanya. Mantap. Hanya dengan bermodalkan kenekatan. Rigel melarikan diri.

Sebelum kabur, anak berambut pirang itu sempat mencuri beberapa buah roti dan sebotol air. Namun, tentu saja bakal itu tidaklah cukup. Dalam perjalanan mencari sang Huzaka, ia mengalami kelaparan parah.

Sejak kecil, Rigel sudah tertarik dengan ilmu geografi. Ia menghafal banyak tempat di luar kepala. Tahu rute-rute jalan tanpa harus melihat peta. Juga bisa memprediksi cuaca melalui gerakan awan serta embusan angin.

Walau hampir mati untuk kedua kali, Rigel berhasil sampai ke Gunung Karai. Padahal, banyak orang dewasa yang juga ingin menemui Deildra justru malah tidak mampu memasuki gunung yang terkenal mistis, angker, nan curam itu.

Deildra sendiri merasa tidak percaya seorang anak kecil berhasil mendaki gunung dan sampai di puncaknya. Padahal, usia anak itu tidak lebih dari sepuluh tahun.

Deildra merasa tersentuh. Jadi, ia pun menerima keinginan anak berambut pirang itu untuk menjadi muridnya. Dengan satu syarat, Rigel harus membunuh hati nurani serta belas kasihannya pada Saman.

Rigel setuju.

Bersambung ....


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C1
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen