App herunterladen
95.83% SKIP / Chapter 23: Amarah Linka

Kapitel 23: Amarah Linka

"Diza, maaf saya diminta menyampaikan pesan untukmu . " Bel istirahat baru saja berbunyi. Diza sedang merapikan buku-buku pelajaran yang berserakan di atas meja dan membuat sedikit catatan untuk tugas yang akan ia kerjakan untuk mengejar ketertinggalan ketika salah seorang siswa perempuan bertubuh mungil menghampirinya, dan memberikan sepucuk surat .

"Maaf dari siapa ya?" tanyanya lembut .

"Lebih baik kamu langsung membacanya . Saya permisi dulu . "

" Terimakasih " belum sempat gadis itu mengucapkan terimakasih , si gadis pengantar pesan pun langsung menghilang dari pandangan .

"Temui aku di dekat kolam renang. Datanglah sendiri dan jangan beri tahu siapa pun.

Kolam renang? Bahkan surat ini tidak memiliki nama pengirim sama sekali . Siapa yang ingin menemuiku . batin Diza.

Tanpa berfikir panjang Diza pun langsung pergi ke lokasi yang dimaksud . 'Kolam Renang di dalam Aula OlahRaga.' Sesampainya disana ia mendapati aula olah raga begitu sepi . Hanya ada seorang gadis cantik berambut pirang yang sedang duduk di pinggir kolam sedang bermain air .

"Kau sudah datang rupanya . " ujar gadis cantik itu .

" Kau yang memanggilku?" balas Diza ragu .

" Kemari lah , airnya segar. Apakah kau tidak ingin bermain sebentar?" ujar linka begitu dingin .

"Maaf , aku takut seragamku basah ."

" Kalau begitu aku akan langsung pada topiknya . Kau sungguh bertunangan dengan Azka?"

" Apa? Oh, iya. " balas Diza ragu .

"Dimana kau mengenalnya?"

" Aku adalah putri dari pamannya . "

" Owh, ternyata begitu skemanya . " ujarnya mengangguk sambil tersenyum licik .

"Maksudnya?" ujar Diza heran.

" Kalian dijodohkan? '"

"Kami saling mencintai." Diza merasa terintimidasi dan memberanikan diri menjawab dengan yakin dan suara yang lantang .

" Benarkah?" Linka bangkit dari posisi duduknya dan melangkah perlahan menghampiri Diza dengan tatapan mengintimidasi . "Kami tumbuh bersama. Aku yakin ia tidak dekat denganmu sebelumnya . Aku mengetahui segala hal tentangnya, hobi, teman dan tempat favorit nya . Ia tidak mungkin sudah mengenalmu lebih lama. "

" Apa yang kau coba katakan." Diza memutar kembali setiap perkataan Azka di kepalanya . Jelas-jelas Azka mengatakan hanya dirinya lah yang mengetahui bahwa tempat favorit Azka adalah lantai atap di penthouse miliknya. Bahkan tidak ada yang memiliki akses kesana . Diza pun memantapkan hatinya untuk lebih memercayai Azka ketimbang hadis dihadapannya ini . Ia sungguh yakin bahwa cinta Azka kepada dirinya itu benar-benar tulus . Ia sungguh merasakan ketulusan itu dari Azka sebelumnya .

"Aku mencintainya, dan aku ingin kau menjauhinya untukku." selangkah lagi dan Linka berhasil menyudutkan Diza di pinggir kolam renang .

" Kami sudah bertunangan . Jika kau ingin merebutnya maka lakukanlah, aku tidak akan meninggalkannya . " balas Diza yakin.

" Maksudmu kau ingin membuatku menjadi orang ketiga yang merebut lelakimu ! Azka itu milikku dan tidak ada yang boleh merebutnya . " Nada Linka seketika meninggi dan tanpa sadar ia mendorong Diza ke kolam renang . Mereka berdua sama terkejutnya , hingga Diza pun kehilangan pertahanan dirinya.

Linka sama sekali tidak sengaja melakukannya. Ia berfikir untuk menolong , tetapi pikiran egoisnya memutuskan untuk membiarkan gadis itu, ia pasti bisa menyelamatkan dirinya . Sementara Diza yang tidak memiliki kemampuan berenang hanya bisa mengandalkan keberuntungan bahwa akan ada orang yang membantunya. Ia terus meronta-ronta meminta pertolongan namun alhasil malah membuatnya semakin kesulitan bernafas dan akhir nya tidak sadarkan diri mengapung di dalam kolam tidak berdaya.

Di luar aula olah raga Linka nampak panik dan berlarian ke sembarang arah membuat orang-orang menatapnya aneh termasuk William dan Azka . Azka yang sedari tadi sedang mencari-cari Diza pun mulai merasa curiga. Tidak biasanya Linka nampak tergesa-gesa . Ia adalah typical gadis yang tenang dan tidak mudah kalut . Tanpa berfikir panjang Azka pun langsung berlari ke arah aula bersama William . Mereka berpencar mencari Diza di dalam aula olah raga yang begitu luas .

Azka menuju area senam dan lapangan olahraga dalam ruangan , sedangkan William menuju ke arah wall climbing dan kolam renang . William lah orang pertama yang menemukan Diza dalam kondisia mengapung di dalam kolam renang. Tanpa berfikir panjang , ia pun langsung mencebur masuk dan mengangkat tubuh Diza keluar .

Saat ia mencapai tepi kolam dan berusaha mendorong tubuh Diza keluar, tiba-tiba muncul sosok Azka dan Satya yang datang entah darimana . Azka pun membantu Satya menarik tubuh Diza keluar dan menyelimutinya dengan handuk .

Melihat kondisi Diza yang tidak sadarkan diri , lantaran menghirup begitu banyak air Satya langsung berinisiatif melakukan pijat jantung dan memberinya nafas buatan . Azka yang melihatnya secara langsung merasakan hatinya terasa panas dan seakan terbakar. Rasanya ia ingin sekali mendorong tubuh Satya dan memukulnya sepuas hati. Tangannya bahkan telah mengepal begitu keras . Namun demi Diza , ia hanya bisa menahannya dan fokus kepada Diza.

"Siapa yang begitu jahat kepadanya ? Menurutku ia bahkan tidak bisa berenang , melihat kemampuan pertahanan dirinya di dalam air yang begitu lemah. " ujar William polos sambil menatap ketidakberdayaan Diza.

" Maksudmu?" ujar Azka tak mengerti dengan perkataan William.

"Sepertinya ia menghirup begitu banyak air. Mengingat ia baru menghilang sekitar dua puluh menit yang lalu, seharusnya ia baru berada di kolam ini sekitar sepuluh atau lima belas menit . Untuk jangka waktu sesingkat itu, aku rasa tidak akan menimbulkan kram pada kakinya. Kalaupun iya, jika ia bisa berenang aku yakin ia masih bisa bertahan . Tetapi begitu aku menolongnya tadi, aku bisa merasakan denyut nadi nya begitu lemah . Ia sama sekali tidak bernafas . Artinya ia sudah dalam posisi itu cukup lama . "

" Hanya ada dua kemungkinan . Kemungkinan pertama , ia sungguh tidak memiliki kemampuan berenang. Dan kedua , ada yang berniat mencelakainya dengan membenamkan wajahnya ke air hingga ia kesulitan bernafas ."

Mendengar penuturan William , Azka menjadi semakin geram . Emosinya memuncak hingga ubun-ubun . Rasanya ia ingin menghancurkan apapun di sekelilingnya. Bahkan Satya pun telah melakukan pijat jantung dan nafas buatan beberapa kali , namun gadis itu tak kunjung sadarkan diri. Butuh waktu cukup lama, hingga akhirnya ia memuntahkan air yang ia hirup hingga memenuhi paru-parunya.

Diza tersedak , dan memuntahkan air yang ia hirup melalui hidung dan juga mulutnya . Perlahan ia pun membuka matanya dan merasakan nyeri di bagian dadanya . Tanpa berfikir panjang Satya pun langsung menggendongnya dan membawanya menuju mobil dengan Azka dan William yang mengikuti dari belakang .

Sesampainya di mobil ia pun membaringkan tubuh Diza di jok bagian belakang dengan posisi kepala bersandar di pangkuan Azka. Sementara William dengan pakaiannya yang masih basah pun memutuskan untuk ikut dan duduk di kursi bagian depan . Setelah memastikan segalanya aman dan ketiga adiknya telah mengenakan sabuk pengaman dengan benar, Satya pun memajukan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju ke rumah sakit.


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C23
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen