Cahaya bulan mulai tertutupi oleh awan hitam yang menggulung-gulung. Bintang-bintang yang memancarkan sinarnya pun mulai meredup dan perlahan hilang. Angin bertiup agak kencang di malam yang gelap gulita itu setelah para anggota guild Lumiere kembali ke guild.
Dua iblis yang biasa disebut incubus dan succubus bernama Thrower dan Serong itu telah sampai terlebih dahulu di tempat perjanjian. Mereka berdua tengah menunggu kedatangan seorang lagi di atap sebuah bangunan tua yang berada di atas gunung tepat di tengah hutan lebat yang seakan tak pernah dijamah oleh manusia.
"Cih! Lama betul si Fiero datangnya! Oi, Serong! Kau pun sudah merasakan hilangnya koneksi sihir dengan rambut-rambutmu itu sedari tadi, kan? Sudah pasti ada seseorang yang telah mengetahuinya dan mencabut semuanya," ucap Thrower membuka obrolan.
"Kau betul, Thrower. Jelas dia bukan orang biasa yang bisa dengan cepat dan mudah menemukan inang dari kekacauan tersebut. Lantas bagaimana ini, Thrower? Kita bisa saja dilacak dan diburu oleh para manusia itu!" ujar Serong menanggapi ucapan Thrower dengan gelisah.
Iblis bernama Thrower yang mempunyai kedua bola mata berwarna pelangi itu mengalihkan pandangannya menatap langit. Angin bertiup semakin kencang dan langit pun sudah sangat gelap. Rambut pirang Thrower yang agak panjang berkibar-kibar.
"Tenanglah, Serong. Sudah saatnya kita melakukan itu agar mereka tak bisa melacak dan mengorek informasi dari perangkat sihir kita. Kau tahu kan caranya?"
Serong yang dalam wujud perempuan cantik itu menampilkan mimik wajah yang masih saja menawan. Dia pun menanggapi lagi saran dari Thrower.
"Itu? Melakukan 'Bimas Pehir'?" tanya Serong memastikan.
Thrower hanya menjawab singkat tanpa memalingkan pandangannya dari langit, "Ya, betul!"
Bimas Pehir adalah sebuah istilah yang biasa digunakan dalam dunia sihir saat seseorang pemilik perangkat sihir di mana perangkat sihir itu terhubung langsung dengan si pemiliknya, lalu si pemilik itu hendak menghilangkan perangkat sihir yang ada dalam jarak jauh. Biasanya Bemas Pehir hanya bisa dilakukan oleh penyihir yang sudah ahli yang juga bertarung dengan mengandalkan perangkat sihirnya.
Penyihir yang menggunakan perangkat sihir saat menggunakan ES miliknya akan selalu terhubung dengan perangkat sihir miliknya itu. Sehingga mereka bisa merasakan ES yang masih mengalir atau kondisi yang dialami oleh perangkat sihirnya dari jarak jauh. Banyak kelebihan dan kekurangan bagi para penyihir pengguna perangkat sihir.
Dalam keadaan seperti yang dialami oleh Thrower dan Serong yang menduga bahwa perangkat sihir mereka berdua telah diketahui oleh seseorang, dengan cepat bertindak untuk melakukan Bimas Pehir. Yakni dengan cara membakar habis perangkat sihir milik mereka berdua dari jarak jauh sampai tak tersisa untuk meninggalkan barang bukti.
Dari satu atap yang sama, dua iblis itu melakukan persiapan untuk melakukannya. Thrower yang tadi duduk pun kini berdiri sambil memegangi kedua matanya menggunakan dua telapak tangan. Sedang Serong yang masih berdiri di tempatnya juga melakukan persiapan.
Usai mengalirkan ES secara besar-besaran untuk ditempatkan pada satu titik yakni kedua mata yang berwarna pelangi miliknya, Thrower melanjutkan dengan merapalkan mantranya.
"Ishkoledus Ambus Fero Regetomeiki Sombro, Bimas Pehir!"
Tiap satu penyihir dengan penyihir yang lain merapalkan mantra Bimas Pehir berbeda tergantung dengan perangkat sihir yang dimiliki. Jangankan perapalannya, tata caranya pun dilakukan sesuai dengan perangkat sihir masing-masing. Boleh dikata, keuntungan paling besar yang didapat dari penyihir pengguna perangkat sihir yakni bisa menghilangkan barang bukti mereka saat dalam kondisi terdesak dengan melakukan Bimas Pehir.
Sementara itu, Serong pun melakukan tata caranya sendiri. Dia mengikat rambut panjangnya dengan rapi lalu menaruhnya di depan bahunya. Serong mengelus-elus rambutnya itu 3 kali dengan lembut dari atas ke bawah sampai ujung rambut. Dalam elusan yang ketiga atau terakhir, Serong meremas ujung rambutnya itu dengan keras dan mengalirkan ES secara besar-besaran pada rambutnya itu lalu merapalkan mantranya.
"Kapoleeus Termino Wegrezirede Fergo, Bimas Pehir!"
Bertepatan dengan Thrower dan Serong yang melakukan Bimas Pehir untuk menghilangkan perangkat sihirnya, di guild Lumiere di mana perangkat sihir kedua iblis tersebut yang berjumlah banyak dan disimpan oleh Zel dalam satu gerobak penuh di gudang guild langsung terbakar habis tak tersisa. Sedang di kamar, Zel yang seorang diri tengah mengamati lagi rambut panjang dan batu pelangi dari ranjangnya kaget bukan kepalang saat dua perangkat sihir itu langsung terbakar dengan sendirinya di tangan Zel. Langsung saja Zel melemparnya ke lantai.
"Apa ini?! Kenapa terbakar dengan sendirinya?!" tanya Zel kebingungan. Dirinya tak berani menyentuh api itu sampai api itu lenyap dengan sendirinya.
Namun sayang, saat api tersebut lenyap, dua perangkat sihir yang diambil Zel saat kekacauan di kota pun ikut lenyap tak membekas. Zel tak tahu apa yang terjadi pada keduanya. Anehnya, api yang membakar dua perangkat sihir itu tak berkesan pada lantai. Lantai kamar tak ikut terbakar dan masih bersih.
Dengan segera Zel pun mengecek ke dalam gudang guild di mana dirinya menaruh satu gerobak penuh perangkat-perangkat sihir tersebut. Sekali lagi Zel dikejutkan dengan sangat terkejut atas hilangnya semua perangkat sihir itu tanpa bekas.
"Gawat! Apa yang terjadi tadi?! Ke mana hilangnya semua perangkat sihir itu?! Padahal kami sudah susah payah menyadarkan kembali para warga Kota Nakasam dan menemukan bukti kejahatannya! Sialan! Aku harus mengecek juga perangkat sihir yang tadi diminta oleh Kakek Master. Ikut hilang juga tidak, ya?" kata Zel berbicara seorang diri lalu masuk kembali ke dalam guild dan langsung masuk ke kamar Master Guild dengan tergopoh-gopoh.
"Master!" pekik Zel yang tengah panik.
Di kamarnya, Kakek Lummy masih tertutup selimut namun belum tertidur. Mendengar suara Zel, Kakek Lummy pun membuka selimutnya dan menampakkan diri. Zel yang masih mematung di depan pintu kamar yang gaib itu memberanikan diri melangkah mendekati ranjang Kakek Lummy. Zel duduk kembali ke kursi yang ada di dekat ranjang.
"Aku sudah tahu kenapa kau kembali ke sini, Zel."
Belum juga Zel mengungkapkan maksudnya, Kakek Lummy menerkanya terlebih dahulu. Zel hanya terdiam menunggu kalimat selanjutnya dari mulut si Kakek.
"Lihatlah ke dalam kolong ranjang dan ambil kotak yang ada di dalamnya," perintah Kakek Lummy.
Tanpa pikir panjang Zel langsung menurutinya. Tangan kanannya merogoh masuk ke kolong ranjang di mana Kakek Master masih duduk santai di atas ranjangnya. Kotak hitam yang berbentuk persegi panjang itu pun segera diambil oleh Zel dan diletakkannya di ranjang Kakek Master.
"Apa ini, Master?" tanya Zel penasaran.
"Kalo kau memang penasaran dengan isinya, bukalah dan lihat baik-baik. Aku sudah menduga hal yang barusan terjadi pada semua perangkat sihir yang kaubawa."