Di dalam guild Lumiere, salah satu penyihir tingkat SS yang bernama Zeldorodlez Erzol itu tengah bertarung melawan rekan-rekan sesama guildnya, yakni para penyihir serta petualang tingkat C, B, dan beberapa tingkat A. Penyihir Petir berambut kuning sendiri tidak tahu apa yang terjadi pada saat itu. Dia hanya berusaha menghindar dan sebisa mungkin tidak melukai bahkan membunuh rekannya. Meski begitu, sepertinya semakin lama dia juga merasakan semakin sulit untuk tidak menyerangnya.
"Sial!! Apa tidak ada orang yang masih waras di sini?! Kenapa semua orang jadi menyerangku bersamaan?!" teriak Zel dengan lantang.
Bukannya apa, Zel sendiri sebenarnya cukup untuk mengalahkan mereka semua. Hanya saja Zel tidak ingin membuang waktu untuk hal yang menurutnya sia-sia. Para penyihir dan petualang guild Lumiere yang masih tersisa di dalam guild karena telah mabuk itu seakan tak bisa menggerakkan tubuhnya atas kehendak sendiri. Mulut mereka tak mengeluarkan sepatah kata pun. 7 orang itu betul-betul menyerang Zel dengan segenap kekuatannya.
7 orang itu terdiri dari 3 orang penyihir tingkat C, 2 orang penyihir tingkat B, dan 2 orang lagi penyihir tingkat A. Ketiga orang tingkat C bersenjatakan 2 buah pedang dan satu buah kapak. Mereka bertiga hanya memiliki ES yang sangat kecil dan hanya bisa bertahan beberapa menit bahkan detik saja. Oleh karena itu 3 orang ini menyerang Zel menggunakan senjatanya masing-masing.
2 orang yang lain dengan tingkatan B menyerang Zel menggunakan sihirnya. Kedua orang tersebut berkelamin perempuan dan saudara kembar.
Zel menghindari serangan-serangan yang dilancarkan oleh 3 orang penyihir tingkat C sembari mencari celah untuk melumpuhkan pergerakan mereka. Namun rupanya 2 saudara kembar tingkat B tak memberi Zel celah secuil pun. Dengan menggunakan pistol yang pelurunya terbuat dari ES, Zel semakin dibuat kesulitan untuk menghindarinya.
Belum juga 2 orang penyihir tingkat A yang mulai ikut menyerang Zel menggunakan sihir api dan tanah.
"Sial! Aku harus segera melumpuhkan yang lemah terlebih dahulu. Semakin lama pertarungan ini semakin aku terpojok juga," batin Zel.
"Entevom Gnilig!"
Zel menggunakan sihir gerakan kilatnya untuk bergerak secepat mungkin. Tebasan dan tembakan peluru kalah cepat dengan gerakan Zel. Sihir api yang terus diarahkan ke Zel pun justru menembak jatuh si pengguna senjata. Sihir tanah yang hendak menangkap Zel dan menghentikan pergerakannya juga tak bisa menandingi gerakan Zel. 3 penyihir tingkat C terkapar setelah terkena serangan api dari si penyihir tingkat A.
"Yosh! Saatnya menjatuhkan si dua saudara kembar!" pikir Zel lantas bergerak ke arah mereka berdua seraya menghindari serangan peluru.
Setelah Zel berada tepat di belakang si saudara kembar, tanpa pikir panjang lagi Zel langsung menotok urat leher mereka dan seketika langsung pingsan.
"Kini tinggal si pengguna api dan tanah. Asalkan aku tidak tertangkap oleh tanah liatnya, aku bisa bergerak dengan leluasa," lirih Zel.
Tapi semuanya tidak sesuai dengan perhitungan Zel. Zel sedikit lengah dan dengan cepat si pengguna tanah menangkap tubuh Zel. Hal itu pun tidak disia-siakan oleh si pengguna api. Serangan beruntun membabi buta diarahkannya pada Zel.
"Waduh! Gawat!!" cemas Zel.
"Tlig Amborve!" Zel memusatkan ES pada seluruh tubuhnya sehingga menghasilkan percikan petir yang menyambar-nyambar. Tanah liat yang mengekangnya pun hancur dan berhasil membuat Zel bebas. Sesegera mungkin Zel yang masih menggunakan Entevom Gnilig bergerak ke arah si pengguna tanah dan meninjunya dengan kuat. Si pengguna tanah pun terdorong ke belakang menghantam dinding guild hingga jebol!
Seakan boneka yang hanya menuruti perintah tuannya dan tak punya perasaan sama sekali, si pengguna api terus saja menyerang Zel. Zel mulai merasa muak dengan keanehan yang ada. Seperti halnya Zel lakukan pada si pengguna sihir tanah, Zel kini juga menyerang balik si pengguna api namun dengan cara menendangnya sekuat mungkin.
Whussshh!! Brakkk!! Si penyihir tingkat A pengguna sihir api itu terpental sampai menjebol pintu masuk guild Lumiere. Sin, Cos, dan Tan yang sudah sampai di depan pintu guild merasa terkejut dengan terpentalnya si pengguna api.
"Ada apa ini? Sepertinya tengah terjadi perkelahian," ujar Tan lantas mengamati keadaan.
"Apa ada musuh di dalam guild? Bukannya paman ini juga anggota guild ini, ya? Ih.. menakutkan!" ucap Sin menimpali dengan bergidik ketakutan.
"Ayo kita masuk saja untuk memastikan!" ajak Cos lantas berjalan masuk ke dalam guild dan melewati tubuh penyihir api yang tak sadarkan diri.
Mereka bertiga sangat terkejut dengan kekacauan yang terjadi. Lebih terkejut lagi setelah tahu bahwa itu semua ulah Zel.
"Yo!" sapa Zel saat melihat kehadiran 3 anak kembar itu.
"Apa yang terjadi, Paman? Kenapa Paman menyerang mereka semua?" tanya Cos langsung menghampiri Zel.
"Ah... Paman hanya membela diri saja. Entah kenapa mereka semua menyerang Paman terlebih dahulu secara tiba-tiba. Menyebalkan sekali," terang Zel.
Sin dan Tan hanya mengamati sekitar. 4 orang yang berada di situ sudah terkapar dan 3 orang sisanya masih berusaha memadamkan api yang semakin menjalar di seluruh pakaiannya akibat terkena serangan dari si penyihir api.
Namun tanpa diduga ketiga orang tersebut segera melepas pakaiannya dan kembali menyerang lagi menggunakan senjatanya. Kali ini bukan Zel yang menjadi incaran mereka. Seseorang yang mereka lihat pertama kalilah yang mereka incar. Kebetulan 2 pengguna pedang melihat Sin dan Tan, dan pengguna kapak bermata dua melihat Gonocos.
Sin dan Tan sudah bersiaga akan hal itu. Mereka berdua dapat dengan mudah menghindari serangannya saat pedang diayunkan. Kesempatan tersebut pun digunakan oleh Sin dan Tan untuk menyerang balik. Tapi kemampuan mereka berdua memang belum cukup ahli. Si pengguna pedang yang gagal mengayunkan pedangnya, seketika bisa mengayunkan kembali pedang tersebut dengan sudut yang sulit untuk dilakukan.
Sin dan Tan merasa kaget dan hampir saja kepala mereka terpenggal. Untung saja saat itu, Zel yang melihat kejadian tersebut segera bergerak cepat untuk menolong Sin dan Tan dan membawa mereka berdua ke tempat yang aman. Kedua pengguna pedang hanya kembali mengayunkan pedangnya ke angin kosong.
Cos sendiri yang diserang si pengguna kapak secara mendadak langsung menghindar tanpa bisa menahan serangannya. Ia juga terkejut dengan hal itu namun yang membuatnya lebih terkejut lagi adalah Zel yang menghilang dari hadapannya tanpa disadari oleh Cos.
"Ke mana dia pergi?" pikir Cos mengamati seisi ruangan. Barulah dua buah bola matanya melihat dengan jelas Zel yang menurunkan 2 anak perempuan dari gendongannya.
"Cih! Padahal tadi aku hendak menyerangnya!" omel Tan yang merasa sungkan setelah ditolong Zel.
Zel hanya tertawa mendengarnya dan berkata, "Mulai dari sini adalah urusan Paman. Kalian jangan ikut campur."