"Ini... ini tidak mungkin!" Thianfeng tidak percaya, bagaimana bisa Azra terbebas dari segel abadi yang dia buat.
secara perlahan Azra turun dan menapakkan kakinya di tanah, melihat ke arah Thianfeng yang tersungkur.
Afnan segera mendekat ke arah Azra, dan berdiri di sampingnya.
Thianfeng segera menyadarkan dirinya dan berdiri dengan perasaan marah. Melihat Afnan dan Azra berdiri di hadapannya, mengingatkan dirinya akan masa lalu.
*
Seribu tahun yang lalu..
di kediaman dewi langit, dua orang laki-laki dan seorang perempuan duduk dengan santai di taman.
"Thianfeng, apa kau bercanda?"
"Tentu saja tidak! aku akan membuat seluruh rakyat mendengar lagu ciptaanku, dan membuat mereka menyanyikannya setiap tahun di hari tertentu!" dengan bangga Thianfeng mengumandangkan niatnya kepada Muchen.
"kupikir otakmu perlu di sterilkan!"
"kenapa?"
"karena sekarang otakmu di penuhi dengan hal konyol yang tak berguna!"
"Kau...!" ekspresi Thianfeng berubah merah karena marah.
"lebih baik kau fokus saja dengan tugasmu sekarang! jika kau tak bisa menyelesaikannya maka guru akan sangat marah padamu!" Muchen mengingatkan Thianfeng.
"sebaiknya pikirkan dulu urusanmu sebelum mengurusi orang lain! kekasih hatimu yang aduhai itu tak bisa jauh darimu!" Thianfeng berusaha membalas ucapan Muchen.
"Diam kamu!" wajah Muchen menegang karena menekan amarahnya yang tiba-tiba.
perempuan yang di sebutkan oleh Thianfeng adalah, gadis bangsawan yang tinggal di istana langit, gadis itu sangat mengagumi Muchen bahkan sangat tergila-gila padanya.
meskipun berasal dari kalangan bangsawan, namun fisiknya berbanding terbalik dengan statusnya, tubuhnya sangat besar dipenuhi dengan gumpalan lemak yang tak terhingga.
wajahnya tidak terlalu buruk, bisa dibilang dia cukup cantik, namun sayang karena gadis itu sangat rakus maka mulutnya tak akan perna kosong dengan makanan.
tubuhnya yang gempal akan meliuk-liuk saat dia berjalan, jejak lemak pada tubuhnya bisa digunakan sebagai tameng yang kuat, karena begitu tebal dan besar.
dan yang paling membuat Muchen jijik yaitu, air liurnya yang kadang menetes tidak karuan. Membayangkan gadis itu saja sudah membuat Muchen bergidik ngeri.
"Bukan kah kalian memiliki hubungan yang khusus!"
"aku bilang diam kamu Thianfeng!" emosi Muchen meledak- ledak, tapi dia masih bisa menahan amarahnya untuk tidak memukuli wajah Thianfeng yang menjengkelkan itu.
"Rupanya kamu ingin melupakan kenangan indahmu bersamanya dalam ruang rias pribadinya?" Thianfeng tak berhenti menggoda Muchen, dia sangat senang jika bisa membuat sahabatnya yang satu ini meledak karena marah. Menggodanya merupakan hal yang memberikan suatu kesenangan tersendiri baginya.
mendengar ucapan Thianfeng, Muchen mengingat kejadian yang tak di sengaja, sewaktu dia sedang bersembunyi dari kejaran gurunya. Dia tak tau cara menangani amarah dari gurunya, maka dia berusaha mencari tempat persembunyian.
saat dia sedang berlari, pandangannya tertuju pada ruangan kecil di sudut. Spontan dia berlari ke arah ruangan itu secepat kilat, karena berlari dengan sangat cepat, dia tak dapat menghentikan langkahnya ketika mengetahui ada orang lain dalam ruangan itu.
sontak orang yang berada dalam ruangan sangat terkejut dengan kemunculan Muchen yang tiba-tiba, karena gerakan Muchen yang cepat, dia tak dapat menghentikan langkahnya dengan tepat waktu dan menabrak orang yang berada di dalam ruangan kecil itu.
Muchen dapat merasakan dirinya terjatuh pada sebuah gabus besar yang empuk, dia tak merasakan sakit sedikitpun. Namun lain halnya dengan orang yang dia tabrak, tubuhnya terasa sakit pada bagian punggungnya, karena terjatuh dengan sangat keras.
membuat dirinya sedikit mengerang kesakitan, Muchen yang mendengar suara itu segera tersadar. Sebelum sempat dia terbangun, beberapa orang membuka tirai penghalang dan melihat kedalam ruangan.
"Aaaaa..." beberapa gadis yang melihat berteriak histeris.
"Te..ternyata Muchen kamu suka yang seperti itu!" mendengar suara dari luar, Muchen mengangkat kepalanya dan mendapati dirinya berada di atas gadis gendut yang membuatnya jijik selama ini.
Mengingat kejadian itu, Muchen menjadi sangat histeris dan segera ingin menghajar wajah sahabatnya yang sangat menyebalkan itu.
tapi sebelum Muchen melakukannya, tawa seorang gadis terdengar sangat lembut di telinganya, suaranya begitu indah suara tawa yang menyejukkan hatinya.
"Aku rasa kalian sangat cocok bersama.!" azura kini angkat bicara dan ikut menggoda Muchen.