Tatapan sendu terpancar dari bola matanya. Tidak ada rona kebahagiaan yang berpendar dari dalam sana. Ada kesedihan yang begitu mendalam. Menggerogoti setiap sendi dalam jiwanya, mengusik ketenangan hati kecilnya.
Jemari yang mulai keriput masih menengadah ke atas, seolah menantang sang hujan agar turun lebih deras menghantam tubuhnya. Tak peduli dengan bibir pucat yang menghiasi wajah manisnya, tak peduli dengan tatapan orang lain terhadapnya. Karena jiwanya sendiri pun sudah tak terkendali.
"Ayo, hantam terus aku! Biarkan aku mati!" teriaknya, masih menengadah menatap langit kelabu yang menitikkan begitu banyak tetesan air.
Bibirnya menyeringai sinis, dengan sekejap berubah menjadi tawa, tawa yang membuat siapa saja akan memiliki satu pikiran yang sama dan sejalan. Dia adalah wanita gila.
"Aku sendiri? Kenapa?!"