Pagi itu seusai pelajaran matematika muncul niatan di benakku untuk mangkir dari pelajaran kimia yang sangat tak kusukai, ditambah lagi aku tak menyukai ibu gurunya, Yang kerap mengejek dan mengolok-olokku. ini di karenakan ia pernah memergokiku saat aku lompat pagar ketika terlambat masuk sekolah. selalu saja aku dipermalukan olehnya atas tindakan bodohku itu. seisi kelas selalu menertawakanku, kecuali fani. Fani adalah teman sekelasku, ia gadis yang cerdas dengan berpenampilan sederhana tapi cukup manis, walau gak secantik amel yang merupakan gadis paling cantik di kelasku.
Aku tak pedulikan lagi akan nilai kimiaku yang selalu kurang dan dapat catatan khusus dari ibu tia.