App herunterladen
2.48% Salju Di Korea / Chapter 6: Bab 6 Teman Yang Dirindukan

Kapitel 6: Bab 6 Teman Yang Dirindukan

"Kamu Sabda antar Syifa pulang ke rumah atau ke rumah sakit di mana kakeknya dirawat." Perintah Pak Agus kepada Sabda.

"Baik pak" jawab Sabda dengan perasaan puas sebagai pemenang.

Segera Sabda berkemas mengantar Syifa pulang ke rumahnya. Dengan sepeda motor kesayangannya Sabda menawarkan Syifa untuk diantar tujuan kemana, ke rumah dulu atau langsung ke rumah sakit menengok keadaan kakeknya.

"Kita ke rumah dulu, Aku perlu ganti baju dan mengembalikan tas sekolahku dulu baru kita ke rumah sakit menengok keadaan kakek" Kata Syifa kepada Sabda. Sabda mengikuti saja keinginan Syifa. Motor itu melaju dengan setia mengantarkan tuannya sampai ketempat yang dituju.

Sampai di rumah Syifa segera berganti baju dan mengemas bekal yang mungkin dibutuhkan selama menunggu kakek di rumah sakit. Sementara Sabda menunggu di luar rumah sambil sesekali mengamati dari sisi rumah yang sederhana namun bersih dan rapi. Rumah model joglo khas rumah kampung serasi dengan hamparan sawah yang memghijau.

"Aku sudah siap mari berangkat." Ajak Syifa kepada sabda dengan sedikit terburu-buru. Maka berangkatlah keduanya menuju rumah sakit dengan motor kesayangannya hingga sampai pada separuh perjalanan Sabda memandangi spidometernya yang mengisyaratkan motor yang ditumpanginya harus segera isi bensin. Maka berbeloklah laju motor itu ke sebuah SPBU tedekat.

Usai mengisi bensin motor itu ia pacu ke arah yang di tuju hingga sampailah ke rumah sakit di mana Kakek Syifa dirawat.

Setelah memarkirkan motornya Sabda dan Syifa segera mencari ruang ICU dimana Kakek Sifa dirawat. Tidak jauh dari lobi utama rumah sakit terlihat Nenek Syifa berdiri sendirian dengan raut muka sedih dan cemas. Syifa segera menghampiri neneknya dan memeluknya erat.

"Bagaimana keadaan Kakek Nek?" tanya Syifa dengan terbata-bata.

"Kakekmu terjatuh dari Kamar Mandi dan tidak sadarkan diri sampai saat ini." terang nenek kepada Syifa.

Dari balik ruang ICU keluar Seorang dokter dan diikuti kedua tenaga medis lainnya membuka pintu dan mendekati Nenek Syifa.

"Bisa bertemu dengan keluarga pasien didalam" tanya Dokter kepada Nenek Syifa.

"Ya Dokter, saya istrinya." Kata Nenek Syifa

"Begini bu, Kami sudah berusaha mengupayakan tindakan medis untuk menyelamatkan Kakek termasuk memasang mesin pacu jantung namun ternyata Tuhan berkehendak lain, nyawanya tidak tertolong berharap keluarga bisa mengikhlaskannya agar Almarhum pergi dengan tenang." Kata Dokter menjelaskan.

Derai air mata dan isak tangis tidak bisa ditahan Syifa memeluk Neneknya yang berdiri lemas. Sementara Sabda menghampiri keduanya dengan perasaan sedih penuh haru. Sabda segera mengurus pemulangan jenazah Kakek Syifa hingga mobil ambulan siap mengantar kepulangan jenazah Kakek Syifa menuju rumahnya.

Masyarakat sekitar dan tetangga dekat menyambut haru dan sedih atas kepulangan jenazah kakeknya. Satu persatu tetangga berdatangan untuk bertakziyah dan membantu pemulasaran jenazah hingga memakamkannya.

Hingga pada hari yang menjelang gelap Sabda mohon undur diri untuk pulang ke rumah.

"Syifa! Aku pulang dulu sampaikan juga kepada Nenek." Kata Sabda Kepada Syifa seraya mohon pamit pulang. Dipandanginnya wajah Sabda dan kemudian Syifa mengangguk tanda mengiyakan.

"Sabda!" panggil Syifa lirih dengan suara serak karena tangisan.

"Terima kasih semuanya. Kamu ada disaat aku membutuhkanmu." Sambung Syifa sambil memeluk Sabda.

"Syifa ikhlaskan hatimu dengan kepergian kakekmu juga jaga Nenek Kamu baik-baik." Kata Sabda kepada Syifa.

"Beliau Seorang Kakek yang baik sangat menyayangiku bahkan beliau orang pertama yang menjagaku sepeninggal Ayahku." Syifa terisak di dalam pelukan Sabda.

"Syifa! Aku mengerti perasaanmu. Aku berharap jiwamu bisa tegar menjalani kenyataan hidup walau seringkali tidak ramah dengan kita." Sabda melepaskan pelukan Syifa. Perlahan Sabda undur diri dan menghidupkan mesin motornya. Dengan perasaan haru Sabda memacu motornya untuk kembali pulang ke rumahnya.

Hingga maghrib menjelang Sabda sampai di rumah. Di pintu gerbang rumah Bi Inah sudah menghampiri sabda sambil membukakan pintu.

"Baru pulang Nak Sabda!" Sapa Bi Inah kepada Sabda.

"Iya Bi" jawab Sabda.

"Papa dan Mama sudah pulang Bi?" tanya Sabda kepada Bi Inah.

"Ibu sudah pulang tetapi Bapak belum Nak Sabda." Jawab Bi Inah kepada Sabda. Sabda membuka puntu rumah sambil mengucap salam.

"Assalamualaikum warohmatullahiwabarokatuh..." Ibu Sabda menghampirinya dan kembali menjawab salam.

"Waalailumsalam warohmatullahiwabarokatuh, kenapa baru pulang Sabda? Ibu mengkhawatirkanmu kenapa Ibu telfon tidak bisa?" Tanya Nyonya Indah kepada Sabda.

"Maafkan Sabda Bu! tadi Sabda diminta Pak Guru di kelas untuk mengantar pulang Syifa karena Kakeknya sakit keras di rumah sakit hingga berujung meninggalnya Kakek Syifa. Dan akhirnya Sabda menemani Syifa hingga jasad Kakeknya selesai dimakamkan." Sabda menjelaskan kepada Ibunya.

"Ya sudah segeralah mandi sana!" Perintah Nyonya Indah kepada Sabda. Beberapa saat kemudian suara mobil didepan pintu gerbang terdengar, Bi Inah segera menghampiri dan membukakan pintu.

"Selamat malam Pak" sapa Bi Inah kepada Pak Karta.

"Malam Bi" jawab Pak Karta.

Seperti hari-hari biasanya keluarga Pak Karta kumpul bersama saat malam menjelang. Dan kehangatan datang tercurah saat makan malam.

"Sabda! tadi kamu pulang sekolah menjelang larut karena antar teman kamu, siapa namanya?" Tanya Nyonya Indah mengawali pembicaraan di meja makan.

"Syifa! Bu" jawab Sabda sambil menyantap makan malamnya.

"Apa Syifa tidak punya keluarga lain selain Kekek Neneknya?" tanya Nyonya indah rasa ingin tahu.

"Syifa sejak kecil dititpkan Ibunya kepada Kakek Neneknya di Desa setelah Bapaknya meninggal akibat kecelakaan di jalan. Sementara Ibunya merantau menjadi TKI ke Arab Saudi dan tidak pernah pulang sampai saat ini. Hanya kabar lewat telpon itupun paling hanya sebulan sekali atau dua kali bahkan lebih dari sebulan tidak ada kabar." Sabda menceritakan apa yang di ketahuinya tentang Syifa kepada ibunya.

"Betapa malang anak itu, Ibu jadi kepikiran ingin bertemu dengan anak itu." kata Nyonya Indah ditengah makan malam keluarga.

"Suatu saat nanti jika ada waktu Saya ajak main ke rumah Bu" kata Sabda. Malam semakin larut, namun Sabda masih duduk di kursi belakang meja belajarnya. Ujian akhir semester tidak lama lagi datang banyak pelajaran yang harus dipelajari ulang di rumah.

Sementara Syifa masih dalam suasana berkabung dengan kesedihan yang merundung jiwanya. Dia berusaha tegar dengan tetap belajar sungguh-sungguh.

"Syifa! Kamu belum tidur Nak?" Tanya Nenek Syifa dibalik pintu kamarnya.

"Malam semakin larut sebaiknya Kamu tidur jaga kesehatanmu besok Kamu harus sekolah."tegur Nenek Syifa.

"Iya Nek" jawab Syifa dan beranjak dari kursi dan menata kembali buku belajarnya di atas meja belajar.

Dalam malam yang semakin larut matapun sulit terpejam karena pikiran yang mengganggu jiwanya. Kehilangan orang yang di cinta mencemaskan orang yang tersayang dan merindukan orang dalam kesepian. Malam semakin larut menjelang dini hari namun masih saja mata tidak bisa terpejam.

Syifa membuka pintu kamarnya dan mendapatinya Nenek sedang sholat di ruang belakang antara dapur dan kamar mandi. Segera Ia ambil air wudhu dan berjalan ke ruang terbuka wajahnya mendongak ke atas langit dan tangannya bertengadah.

"Tuhan jika caramu menjawab cintaku kepamu dengan cara yang seperti ini maka ikhlaskanlah hatiku agar tidak menjadi beban dalam jiwaku..." Doa Syifa kepada sang Khaliq.


next chapter
Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C6
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen