langkah ku diiringi kang Sardi dan Bu Sri , tak jauh dari rumah Bu Sri sudah ku tangkap tanah luas , tanah wakaf milik warga setempat , kakiku semangkin bergetar, berjalan ragu penuh haru dan kebimbangan , benarkah yang terjadi pada ku, sampai di hari terakhir kedua adikku pun tak ku dapati isyarat bahwa mereka ingin meningalkan ku selama - lamanya , detik bergulir sampai waktu menggantikan langkahku di hadapan dua gulungan tanah merah bertabur bungga, dengan tulisan Ardan dan Dina si gadis kecilku yang malah , nasib mu tak bisa ku topang lagi , oh Dina maafkan mas , " gumam hati ku berkata terus menerus . ..
tak bisa berkata -kata lagi , aku hanya bisa memeluk tanah merah dan nisa kayu bergantian ...
" dinaaaaaaaaa .... ardaaaaannnn... maafkan mas lalai menjaga kalian, sunggu mas tak percaya ini terjadi pada kita , Dina bidadari mas , Ardan lelaki tangguh yang selalu menguatkan mas , kenapa yallah .... " suaraku pecah , tak terdengar beradu dengan air mata , lirih ku sunyi , serak disembangi pilu yang tak menentu .
" Aryo ,cukup nak , waktunya mengirimi doa terbaik mu untuk kedua adikmu ini , jangan sia-sia kan waktu hanya meratapi dan menangis , percayalah Aryo mereka tak bahagia melihat Kaka tertua yang di cintai ya begitu tersedu , bangkit lah Aryo , mari kita doakan ke dua mendiang adik-adik mu " tegur dan rangkulan kang Sardi pada ku
tak banyak berbuat apapun , kata penyesalan ku tak bisa menebus nyawa mereka kemabali , bahkan air mata deras tak juga membangkitkan masa yang telah hilang , saatnya aku membuktikan semua kasih sayangku melalui doa , doa yang akan terus aku kirimkan untuk orang-orang yang ku cintai , ibu ayah dan yang tercinta Ardan dan Dina .
ku usap pipiku berkali-kali meski tak bisa dusta , rintik nya jatuh satu persatu melewati sisi mata , ku tahan dengan tarikan nafas , menghempas melepas ikhlas semua nasib yang berujung takdir kematian keluarga ku .
" alfatihah ... " suara doa kami bertiga mengiringi kepergian Ardan dan Dina
setalah selesai berdoa , ak tak ingin lekas pergi masih dihantui rasa penasaran dan tak percaya bahwa kedua adik ku sudah tiada , ingin sekali memeluk mereka walau untuk yang terakhir kalinya , sayang nya aku tak dapat kesempatan emas itu .
" Ardan Dina , percayalah , masa akan selalu berkunjung ke makan kalian, doa mas tidak akan pernah putus sampai akhirnya mas menutup mata , mas mencintai kalian berdua , semoga kalian bertemu ayah dan ibu disurga , mas pergi dulu , assalamualaikum adik-adik ku "
meski berat langkah kaki , tapi tak mungkin aku berlama -lama di makam , belum lagi waktu semangkin berjalan cepat , setalah ini aku masih di runding pilu dan kebingungan mau kemana aku berjalan , sudah tak ada tujuan , sudah mati seperti kehidupan kelam .
" aryo mari ikut aku ..ada satu lagi yang akan aku tunjukan .. " ajak kang Sardi dengan merangkul ku
" apa lagi kang hidupku sudah tak ada artinya aku kehilangan semua , tujuan ku ikut terkubur bersama mendiang adik-adiku "
sambil berjalan meningalkan makam Ardan dan Dina
" jangan begitu Aryo , kau masih muda , langkah mu masih panjang , kau ingin Ardan dan Dina Bangga padamu kan ? " .
aku hanya melirik kang Sardi dengan wajah penuh duka
" nak Aryo , mampir dulu ke rumah ibu, setidak nya minum lah dulu mas , kalian terlihat lelah , mari Aryo ,kang Sardi " tawaran Bu Sri pada ku dan kang Sardi
" maafkan kami Bu Sri, melihat waktu yang sudah semangkin petang , sepertinya saya dan Aryo akan melanjutkan perjalanan pulang , karena mobil yang kami bawa juga harus di pakai mangangkut sayuran, takut kemalaman dijalan Bu " kang Sardi menolak dengan ramah
" sayang sekali kang , padahal Aryo terlihat lelah , tapi yasudah , nak Aryo jangan sungkan untuk mampir ke rumah ibu , kau tau kan ibu tak memiliki anak , kau dan adik-adik mu sudah seperti anak ibu sendiri , sering- sering mampir kerumah ibu ya nak , yang sabar yang tabah , sing ikhlas Yo nak " sambil mengelus bunggung
" terimakasih Bu Sri , maafkan Aryo selama ini selalu merepotkan Bu Sri , Aryo minta maaf Bu ' sambil memeluk Bu Sri yang sudah seperti ibu kandungku sendiri .
" saya pamit Bu " assalamualaikum .
" waalaikumsalam "
akhirnya kami berpisah dengan bu Sri , aku dan kang Sardi meneruskan perjalanan pulang , memang tak banyak yang kami bicarakan , aku lelah , aku butuh istirahat , dalam perjalanan pulang pun mata ku kerap tak terbuka , rasa kantuk ku menyingkap sela kornea mata , kang Sardi tak coba membangunkan aku selain telah tiba depan rumah nya .
" Aryo , sebaikanya kau langsung mandi setelah itu kita sholat Isa bersama " kata kang Sardi
lepas sholat Isa , aku duduk depan rumah kang Sardi , yang Haning dengan suasana desa nya , beberapa warga silih berjalan menuju surau tempat mengaji anak-anak warga , sungguh sejuk melihatnya seandainya Ardan dan Dina masih bersama ku , mungkin kami masih bisa beribadah bersama seperti dulu di solo , bersama mendiang ayah .
" kang kau bilang ada yang ingin disampaikan pada ku , apa itu kang " tanya ku
" sudahlah Aryo terlalu malam untuk ku sampaikan , kau liat kondisimu , sudah sangat terlalu lelah , mandi lalu istirahat lah " kang Sardi berkata pelan melihat aku yang kacau dengan nasib yang menimpaku .
aku sudah di dalam kamar ukuran petak berdinding bilik yang kokoh dan rapih , kang Sardi sangat pintar sekali merawat rumah sederhana ini menjadi rumah desa yang mungil dan nyaman , tak ingin berlama menunggu kabar apa lagi dari kang Sardi , aku tak habis rasa penasaran , setalah mandi dan sholat Isa ku sambingi kang Sardi yang sedang duduk di teras rumah sembari menyeruduk kopi hangat buatanyan , kang Sardi memang tingal sendiri setalah istrinya mengalami keguguran bebrpa tahun yang lalu menyusulah istrinya pula , sampai bertahun -tahun kang Sardi hidup sebagai duda.
" kang , sedang apa ? " tanya ku menghampiri
" loh kau ga istirahat Aryo , ?
" hemm mana bisa kang , walaupun lelah tapi rasa kantuk ku tak datang-datang , oh ya kang apa yang yang ingin kau sampaikan , "
" kau yakin Aryo , ga manunggu setelah kau istirahat aja , ?"
" sekarang atau besok sama saja rasanya bang , aku tetap harus mendengar bukan ? "
" bisa saja kau , duduk lah "
aku duduk persis di atas bale tua yang nyaman , kang Sardi meninggalkanku sejenak sekedar membuatkan aku secangkir kopi , lalu membawa beberapa cemilan khas Jawa .
" biar santai kita sambil ngopi ya Yo '
" ga usah repot-repot kang, "
"cuma kopi " sambil tersenyum kang Sardi
masih diam dengan menikmati kopi pahit khas Jogja buatan kang Sardi , dan sebatang roko kang Sardi terus menyembuh asap nya , aku yang hanya diam menunggu apa yang ingin di sampaikan kang Sardi , sesekali ku coba kopi yang beraroma khas di penciumanku ini .
" ini mungkin takdirmu aryo . sebelum mbok mu pergi . dan sebelum tragedi itu terjadi , istri burhan sudah mencium gelagat suaminya berselingkuh , walau saat itu Sinta belum jelas tau betul bahwa wanita selingkuhanya adalah ibu mu , sinta menitipkan surat-surat rumah dan perkebunan kepada mbo parmi , saat itu mbo parmi mu lah orang kepercayaan Sinta istrinya Burhan , sinta takut burhan meninggalkannya tanpa sepeser uangpun , mangknya sinta menitipkan surat-surat ini dan beberapa perhiasan yang begitu banyak nya, dan sebelum parmi mengalami depresi berat lalu meningal setalah membunuh Burhan , beliau mempercayai aku untuk memegang ini semua ,
" .. ambil ini .. " dengan menyodorkan beberapa berkas surat rumah dan sekotak besar berisi perhiasa didalam nya padaku
" ini bukan hak ku kang, ini bukan milik ibu , ini hak Clara atau nyonya Burhan . bukan aku " sautku ringat dengan pandangan mengalihkan .
" aku tak tau harus kemana mencari identitas Sinta dan keluarganya , belasan tahun parmi mengenal Sinta sebagai wanita penghibur , parmi menjadi orang kepercayaan karena sinta bertahun-tahun menumpang di rumah parmi , saat tu Sinta merantau , dan tak pernah bercerita tenang siapa kelauraganya , sampai Sinta hamil dengan turis bule lalu mempunyai anak bernama Clara , seperti sudah ku katakan allah selalu memberi imbalan yang setimpal pada ujian hambanya aryo , terimalah "
" aku lelah kang , aku istirahat dulu " tanpa menjawab lagi aku segera masuk ke kamar , entah kebingungan apa yang melanda ku .
aku berfikir panjang semalaman , duduk diatas sajadah sampai ketiduran , mata ku terbuka dalam tahajud di pertengahan malam, mengadu dan bertanya apa benar ini semua sudah jalan takdirku .
pagi cerah menyapaku , bebrpa petani sayuran sudah hilir melaju .
" sudah Bagun Aryo , " tanya kang Sardi
" aku ga tidur semalaman kang , masih bertanya-tanya apa yang terjadi dengan hidupku "
" duduklah , kita ngeteh dulu " saut kang Sardi dengan senyum nya
" kang , apa kau yakin menyerahkan semua milik nyonya Burhan dan Clara pada ku ? kenapa tidak kau saja yang kelola kang ? " tanyaku pada kang Sardi
" Aryo , aku sudah tua , entah berapa lama lagi aku masih berjalan , kau lihat sendiri batuk ku semangkin manjadi , bahkan merawat kebun sekedar jadi mandor pun aku sering mengigil masuk angin ,aku percaya , kau anak muda yang bisa membawa amanah " dengan suara tawa menyemangati ku .
" kau mau membantuku kang ?" tanyaku
" dengan senang hati , apa ?
" entahlah kang , apa keputusan ini tidak terlalu egois dan serakah , tapi mendengar penjelasan mu aku seperti terpilih menjadi yang di amanahkan , begini kang tolong bantu aku mengurus surat-surat kepemilikan rumah , lalu robohkan rumah megah itu , di atasnya bagaiman kalo kita membangun pesantren untuk warga setempat dan membuka sekolah Islam untuk orang-orang yang tidak mampu , perkebunan nyonya Burhan kan cukup luas bagaiman separoh nya kita jual untuk dana pembangunan pesantren , lalu sisanya kita kelola untuk kebutuhan dan kemajuan pesantren , "
" kau yakin Aryo " pertanyaan kang Sardi setengah heran
" kenapa tidak ? buat apa aku kelola sendiri , ini bukan hak ku , lebih baik kita fasilitas kan untuk orang-orang yang memang membutuhkan kan !"
" aku memang tidak salah orang aryo memilihmu menjaga amanat ini , hemm ... Alhamdulillah , baik lah kalo begitu kebetulan aku kenal orang yang paham soal pengurusan surat-surat rumah dan pembagunan pesantren , kebetulan beliau juga kiyai pemilik surau kita bisa kerja sama untuk pembangunan pesantresn nya ,insyallah beliau amanah " . jawab senang kang Sardi
" Alhamdulillah ,kalo begitu kang semoga semua di permudah , Amin
" Amin .. "
" oh iya kang , ada satu lagi aku ingin merepotkan mu "
" apa Aryo "
" aku bisa menumpang di rumahmu sampai aku dapat pekerjaan? "
" yampun Aryo tak pikir apa , hei baru aku ingin menyampaikan ini dengan mu , jgn meminta untuk tingal disini , anggap rumah bilik tua ni rumah mu juga , kau lupa aku sepupunya mbo parmi , dan parmi Kaka ibu mu berarti kau pun masih keponakan ku seperti anakku sendiri , apa lagi aku sudah tua dan sendiri , kau ini ada-ada aja Aryo Aryo , aku senang sekali untuk hal itu "
mendengar kang Sardi tanpa berkeberatan aku lega setidaknya aku tak perlu cemas terang tempat tingal .
" Aryo , kau dulu sekolah ? " tanya kang Sardi
" ya kang , tapi berhenti saat sedang ujian akhir kelas 3 SMA , ibu dan ayah sangat ngos-ngosan membiyayai kami, apa lagi alm. Ardan saat tu juga masih SMP , kasihan kalo harus dia yang tidak sekolah mangkanya biarlah aku saja yang mengalah . "
" Aryo , bagaiman kalau kau mengejar pake c untuk mendapat ijasah kelulusan lalu kau lanjut kuliah , kau ini cerdas, masih mudah ,baik hati dan tampan pula , sayang kanasa depan mu kalo nanti hanya ikut menanam kol di kebun aja . " goda kang Sardi pada ku
" entahlah kang aku belum kepikiran " jawabku pelan
" lebih cepat lebih baik Aryo, karena pesantresn juga butuh generasi muda yang berpendidikan dan amanah seperti mu , kau ingin pesantren itu berkembangkan , saran ku kau perlu menjadi contoh bagi santri-santri yang sudah putus sekolah , kau harus sucsess dan memotifasi mereka . "
saran kang Sardi ku fikir dengan matang dan baik , kang Sardi pun tak keberetaan untuk membantu ku dalam segala hal .
tiga tahun berlalu aku akhirnya saran kang Sardi ku terima dengan baik , amanah ku jalankan dengan jatuh bagun bersama kang Sardi , kini Diploma ku telah selesai , aku menjadi siswa terbaik di universitas Jogja .
kini usiaku 25 thn , aku melanjutkan beasiswa S1 ku di luar negri , pesantren pun berjalan baik , semangkin tahun semangkin bertambah santri dan Wati nya , pesantren yang ku beri nama " pesantren al' ikhlas "
aku pun membuka sekolah Islam terpadu usia dini , sebagai dedikasi kecintaan ku terhadap agama dan adik kecil ku Dina , yang harus nya sekolah TK .
dina dan ardan merekalah alasan untama ku untuk bangkit kembali , semoga arwah keluarga ku berkumpul di surga dengan doa-doa para santri dan Wati disini , dan arwah pak Burhan nyonya Burhan serta Clara bisa bersatu juga bahagia di surga karena insyallah hak hartanya di dunia mengalir dalam amalan amalan sedekah Sholeh murid -murid santri yang selalu mengirimkan doa .
hidup manusia memang tak ada yang bisa menebak , bahkan 5 menit kedepan ,
sebagai manusia yang lemah dan tanpa daya aku hanya bisa pasrah dalam doa ku ,dan ikhlas dalam ujian yg aku trma . kini allah mengantikan dengan semua yg tak pernah ku miliki sebelum nya , semoga keberhasilan duniawi tidak akan membuat ku lupa bahwa sebagian harta adalah milik org lain juga , dan tidak ada kehidupan yang kekal di dunia selain takdir yang tak bisa ditolak , tujuan ku kini hanya membangun istana di surga , mencapai perjalanan takdir akhir ku sampai kematian tiba . wahai kalian anak manusia percayalah firman Allah yang selalu jelas makna nya , jangan mengeluh ,jangan pernah takut dengan kendala , karena jika Allah sudah berkata " kun fayakun _ jika allah mgatkan terjadi maka terjadilah "
sampai ketemu di kehidupan yang berbeda ...
menuliskan ini dengan hati yang bergetar udara yang sengar , asing tak terasa , sudah memasuki tahun pertama di negri orang , Tahuan depan akan ku muat ceritaku dalam kisah RUMAH ANGKER ( mengantar ku menuju surga ) , insyallah ...
00.30
2009 ,London university ...
Muhamad Aryo .
S.E.L.E.S.A.I
KARYA
_Juliapnjul_
mksh yang dah mampir 😆😊😚
— Bald kommt ein neues Kapitel — Schreiben Sie eine Rezension