Menggunakan sihir pelontar secara terus menerus, Odo menjauh dari Naga Hitam setelah monster itu menyemburkan bola plasma dari mulutnya dan membuat ledakan dahsyat. Melewati celah Lembah Api dengan tanah panas yang menyemburkan api membara, Odo memanggul Reyah pada bahu kanannya seraya mempertahankan struktur sihir pelontar yang tersimpan pada lingkaran sihir di bawah kaki kanannya.
"Reyah, naga itu masih mengikuti kita ...?" tanya Odo dengan tetap mempertahankan konsentrasinya.
"Untuk sekarang mungkin tidak, Naga Hitam itu masih terlihat bingung. Hem, jujur gerakanmu memang sangat cepat. Tidak salah kalau diriku membawa dirimu dalam rencana ini ...."
Mendengar perkataan Reyah dimana Roh Agung tersebut sedang dipanggulnya, Odo memasang ekspresi datar dan tidak menggubris perkataan yang terasa sombong itu. Setelah menghela napas ringan, pada jarak yang hampir keluar dari daerah Lembah Api dan memasuki daerah Hutan Pohon Suci, secara bertahap Odo menurunkan kecepatan dan daya lontar sihirnya.
"Arah berlawanan membuat gaya berkurang, sampai batas tertentu dan percepatan berakhir sesuai kehendakku ...."
Sebuah lingkaran sihir muncul di jalur loncatan Odo. Saat mereka menabrak lingkaran sihir tersebut, kecepatan loncatan berkurang drastis tetapi mereka berdua tidak langsung jatuh ke bawah dengan cepat karena lingkaran tersebut merupakan sihir gravitasi.
"Delete Save .... Ersetzen, Double Boundering!" Struktur mantra pada lingkaran sihir di kaki kanan Odo dihapusnya, kemudian diganti dengan struktur sihir serupa tetapi dengan konstruksi pembangun sedikit berbeda dan tenaganya lebih kuat.
Saat masih melayang, Odo melemparkan Reyah ke depan dan membuat Dryad tersebut melayang berkat efek sihir gravitasi yang masih ada. Mengulurkan tangan ke depan, Odo kembali membuat lingkaran sihir pelontar yang dibaliknya dibuat juga lapisan lingkaran sihir gravitasi tingkat rendah.
"Reyah ..., kita mulai rencananya ...."
"Ya! Tentu saja!"
Reyah berbalik dan menghadap ke arah Hutan Pohon Suci. Dengan punggung menyentuh telapak tangan Odo yang diulurkan ke depan, lingkaran sihir pada tangan anak berambut hitam itu mengecil dan aktif.
Bouh!
Reyah langsung terdorong melesat dengan cepat keluar dari daerah Lembah Api. Saat sampai di daerah hutan, lingkaran sihir gravitasi yang ditempel bersama lingkaran sihir pelontar aktif, dan dalam hitungan detik laju momentum Reyah yang melesat terhenti bertahap. Ia berpijak di tanah, kemudian berbalik dan melihat ke arah Odo yang terlihat jauh dan masih melayang menggunakan sihir gravitasi.
"Wahai hutan di daratan, pepohonan yang memiliki penyesalan. Bentuk awal kalian adalah benih yang berasal dari satu induk, berkembang dan terus tumbuh seiring berjalannya waktu. Cahaya merupakan sumber kehidupan kalian, tetapi yang memberi arti adalah diriku ini. Aku, penguasa yang memberikan kehendak pada kalian semua. Bangunlah, wahai hutan, wahai penghuninya, segalanya yang bertuan pada Pohon Suci ...."
Pepohonan di sekitar Reyah mulai bergetar, akar mereka saling menyatu satu sama lain, lalu perlahan membentuk sebuah jaringan kehidupan tunggal yang bersumber pada Pohon Suci. Akar-akar mulai naik ke atas permukaan, lalu memancarkan cahaya hijau terang. Semua Roh dari tingkat rendah sampai tingkat atas⸻ Mana mereka mulai keluar dari tubuh dan menjadi partikel-partikel bercahaya yang melayang di udara dan menyatu dengan hutan. Kesatuan jaringan kehidupan yang bernaung pada Pohon Suci seketika bersatu menjadi tunggal, langsung terhubung dengan Reyah sebagai induknya dan komando kekuatan besar tersebut.
Merasakan kekuatan sihir Reyah yang semakin meningkat, Odo menyeringai dengan penuh rasa percaya diri. Berbalik dari Reyah dan melihat ke arah Naga Hitam, Odo meningkatkan sihirnya sampai batas maksimal yang bisa dicapainya. Saat perlahan turun dan menyentuh permukaan tanah panas Lembah Api, Odo langsung menggunakan sihir pelontar dan meloncat sampai ketinggiannya sama dengan Naga Hitam.
"All Delete."
Seketika, seluruh tekanan sihir Odo menghilang dan hampir seluruh struktur sihir yang telah disiapkannya terhapus dengan cepat. Karena perubahan tekanan sihir tinggi yang mendadak menghilang tersebut, perhatian Naga Hitam langsung terarah pada daerah Pohon Suci, dan karena hanya Odo yang berada di ketinggian yang sama dengan makhluk tersebut, yang pertama dilihat makhluk itu adalah anak berambut hitam tersebut.
Naga Hitam menatap Odo dengan tajam, lalu mengepakkan sayapnya dan terbang cepat ke arahnya. Menggunakan sihir gravitasi untuk menjaga ketinggian dan menyerahkan pemrosesannya pada Auto Senses, Odo meningkatkan tekanan sihirnya sampai batas tertentu.
"Halilintar adalah bagian dari komponen dunia, cuaca yang diselimuti awan. Diriku dan tubuhku adalah bagian dari dunia, tubuh ini aku serahkan pada petir yang menyatu dengan langit!"
Seketika tubuh Odo diselimuti oleh petir biru terang, secara signifikan kecepatan dan pertahanan meningkat drastis saat itu juga. Tanpa memedulikan Naga Hitam yang semakin mendekat, anak berambut hitam tersebut menunjuk ke arahnya seraya merapalkan mantra lain.
"Singa langit yang menggelegar, meraunglah!"
Jdeer!
Petir keluar dari ujung jari telunjuknya dan langsung menyambar cepat ke arah Naga Hitam. Meskipun sambaran tersebut tepat mengenai bahu sayap, tetapi naga tersebut tidak bergeming dan tetap terbang melesat ke arah Odo.
Odo menyeringai melihat itu. Tanpa mengubah posisi tubuhnya, Ia mengubah struktur sihir, lalu memuat sihir petir yang tadi digunakan. Ia membuat lingkaran sihir pada ujung jarinya, kemudian menyimpan struktur sihir petir dan melipatgandakannya.
"Fivefond Thunderbolt, Save Apeiro .... Drei!"
Dengan tanpa merapalkan mantra lagi, Odo kembali menembakkan sihir sambaran petir secara beruntun. Terus menerus dan tanpa henti, petir yang keluar dari ujung jarinya menyambar pada titik yang sama pada tubuh Naga Hitam. Meskipun tubuh naga tersebut sangat keras dan tidak bisa ditembus hanya dengan sihir petir tingkat menengah seperti itu, tetapi daya hentak setiap kali petir menyambar membuat lajunya perlahan berubah.
Jdeer!!
Jdeer!!
Jdeer!!
Semakin dekat Naga Hitan, Odo meningkatkan kecepatan dan kekuatan sihirnya. Saat Naga hitam hendak menyeruduk, anak berambut hitam itu dalam hitungan detik mengubah struktur sihir pada ujung jarinya. Ia membuka telapak tangan kanan, kemudian memunculkan lingkaran sihir pelontar dengan kekuatan lima kali lipat.
"HAA!!"
Odo mengayunkan tangannya ke kepala Naga Hitam dan menggunakan sihir pelontar pada tangannya. Saat telapak tangan Odo menyentuh bagian kanan rahang Naga Hitam, lingkaran sihir kecil pada telapak tangan seketika melebar dan dampaknya juga meluas. Lingkaran sihir tersebut mendorong kepala Naga Hitam dengan sangat kencang, sampai naga tersebut menukik tajam ke bawah dan menabrak lereng lembah.
Brukk!!
Lereng longsor dan menimbun makhluk bersayap itu. Tetapi, dalam hitungan detik puing-puing yang menimbunnya meledak dan naga tersebut melebarkan sayapnya dengan penuh amarah. Tubuhnya membara, jalur merah pada tubuhnya terlihat jelas seperti lava yang mengalir. Saat itu, Odo baru benar-benar melihat sosok sang naga. Tinggi makhluk itu hampir mencapai 20 meter, dengan kedua sayap yang saat direntangkan mencapai lebih dari 24 meter, memiliki kulit tebal dan keras berwarna gelap, melambangkan bagaimana semua orang memanggilnya.
"Uwah ..., naga ini ..., dia benar-benar bisa berpikir dan punya kepribadian seperti yang dikatakan Reyah. Dia ... berniat membuatku takut, jadi dia bersikeras tidak menggunakan semburan bom sihir itu lagi dan menyeruduk, ya? Arogan banget nih naga .... Tidak, mungkin lebih tepatnya bodoh ya ...."
Odo sedikit menghela napas, kemudian menatap tajam ke arah sang naga. "Ya, biarlah ..., lagi pula sifatnya itu sedikit menguntungkanku saat ini," ucapnya dengan nada tenang.
Naga Hitam mendongak ke arah anak berambut hitam yang melayang di udara. Seketika aura sihir di sekitar monster itu meningkat, dan beberapa detik kemudian sang naga menggeram. Ia meraung penuh amarah dan membuat daratan bergetar.
"AKKHHHHH!!!"
Hembusan angin yang tercipta membuat Odo sedikit terdorong mundur saat di udara. Meningkatkan sihir dan mengganti struktur sihir pada lingkaran sihir di telapak tangan kanan, Odo kembali merapalkan mantra petir untuk menyerang.
"Singa langit yang menggelegar, meraunglah!" pikir Odo seraya menunjuk ke arah Naga Hitam. Petir keluar dari ujung jari telunjuknya dan menyambar ke arah kepala sang naga. Seperti sebelumnya, itu tidak terlalu berdampak dan Naga Hitam tak bergeming.
"Fivefond Thunderbolt, Save Apeiro!"
Sebelum bisa melancarkan serangan petir beruntun, sang Naga Hitam mengepakkan sayapnya dan membuat hempasan angin kuat. Odo yang berada di udara hanya mengandalkan sihir gravitasi tingkat rendah untuk melayang, terhempas karena tidak bisa mempertahankan posisinya. Saat keseimbangan kembali, tiba-tiba Naga Hitam telah terbang tepat di depan Odo. Wajah sang naga sangat dekat, udara panas yang berhembus dari hidung dapat dengan jelas dirasakan anak berambut hitam tersebut.
"He ....?"
Naga Hitam membuka mulutnya, Ether mulai berkumpul dan berubah menjadi Mana beratribut api. Merasakan pergerakan Ether di sekitarnya, Odo langsung tahu apa yang dilakukan Naga Hitam itu berbeda dari sebelumnya.
"Ini ... bukan meriam sihir! Api!?"
Odo langsung mengubah struktur sihir pada lingkaran sihir di ujung jari telunjuknya menjadi sihir pelontar. Pada detik terakhir sebelum Naga Hitam menyemburkan napas api, Odo meloncat ke atas melewati sang naga.
Bouuuuus!
Semburan api keluar dari mulut sang naga, membakar udara dan membuat tekanannya menjadi tidak beraturan. Napas api tersebut juga membakar daratan lereng dan lembah di bawah, mengubahnya menjadi hamparan bebatuan dan tanah yang meleleh panas.
Odo mendarat di atas punggung sang naga. Melihat daratan yang meleleh dan bebatuan yang berubah menjadi lava di bawah, bulu kuduk anak berambut hitam itu berdiri. Ia benar-benar disadarkan kalau Naga Hitam memang bukanlah lawan yang bisa dikalahkan hanya dengan modal nekat.
"Naga i⸻ Eh!?"
Tiba-tiba sebuah galah runcing keluar dari atas permukaan punggung Naga Hitam. Berkat refleks yang dimilikinya, Odo menghindar dengan meloncat mundur. Sebelum kakinya mendapat pijakkan di atas punggung sang naga, galah-galah kembali bermunculan di tempat yang sangat akurat, seakan memang telah mengetahui keberadaan Odo di tempat tersebut.
"Sialan, naga ini ...."
Odo kewalahan. Sadar kalau dirinya membuang stamina di atas punggung sang naga, Ia meloncat turun dan terjun bebas ke bawah. Tanpa membiarkan Odo menyiapkan mantra lainnya, Naga Hitam menyabetkan ekornya. Syuu! Odo menghindar menggunakan sihir pelontar dalam skala kecil untuk menggeser posisi tubuh di udara.
"Sudah kuduga, naga ini ..., dia bisa tahu keberadaanku tanpa melihatku. Begitu ya, jadi ini namanya kepekaan yang dimaksud Reyah. Uwah ..., padahal ukurannya saja sudah menyusahkan, ditambah lagi insting dan tingkat kepekaan ini ...."
Odo yang melesat ke bawah memperlambat lajunya dengan sihir gravitasi. Dengan cepat Ia berbalik ke arah Hutan Pohon Suci berada, lalu menggunakan sihir pelontar secara beruntun dan melesat cepat ke arah Reyah yang berdiri dan selesai dengan persiapannya. Tidak butuh lama untuk Naga Hitam menemukan Odo, keberadaan anak berambut hitam itu benar-benar telah diingat sang naga sebagai lawan.
Menyadari tekanan sihir yang semakin meningkat dari arah belakang, Odo mempercepat lajunya. Saat keluar dari daerah Lebah Api dan masuk ke daerah Hutan Pohon Suci, Ia segera melepas Jubah Dimensi dan mengeluarkan beberapa benda penting dari dalam jubah tersebut. Pedang sihir, belati sihir, beberapa bungkus pisau berlumur racun Giftmelata, dan benda-benda lainnya terjatuh dari penyimpanan jubah. Reyah yang berdiri di belakang Odo langsung paham apa yang hendak dilakukan anak berambut hitam tersebut.
Melihat Naga Hitam mengumpulkan Ether dan membuat bola plasma raksasa, Odo sadar kalau jubah dimensi tidak bisa menahannya secara penuh karena penyimpanan yang ada terbatas, oleh karena itulah Ia mengeluarkan barang-barangnya. Naga Hitam mengarahkan bola raksasa plasma ke arah mereka berdua. Tidak peduli dengan dampak seranganya, sang naga menembakkan bola plasma bercahaya putih kemerahan itu.
Giing!
Suara plasma yang bergesekan dengan udara saat melesat melenting keras, lembah yang dilewati benda itu meleleh karena suhu yang sangat tinggi dan membuat bebatuan lava melebur menjadi abu.
"Reyah!!!"
"YA!!"
Reyah langsung memanipulasi akar-akar pohon dan membuat tembok pelindung berlapis-lapis setinggi delapan meter untuk menahan serangan tersebut. Odo meloncat mundur, anak itu secara insting sadar kalau tembok akar saja tidak akan bisa menahan bola plasma tersebut.
Persis seperti perkiraan, hampir seluruh lapisan tembok akar terbakar dan berubah menjadi abu. Saat sampai pada lapisan terakhir akan hancur, Odo merentangkan Jubah Dimensi dan memakainya sebagai tameng. Brukkk! Lapisan terakhir dari tembok akar ditembus bola plasma bersuhu tinggi, dan langsung mengarah ke Odo. Pada saat dalam jangkauan, anak berambut hitam itu mengaktifkan Jubah Dimensi dan menghisap masuk bola plasma tersebut. Syuuuut!! Dengan cepat serangan dari sang naga tersebut terserap, hampir seluruh Rune pada Jubah Dimensi menghitam karena terisi penuh. Pembagian ruang pada jubah tersebut secara otomatis merata, dan membuatnya mengeluarkan asap putih pada permukaan kain.
Momentum yang ada saat Odo memasukkan bola plasma membuat tubuh kecilnya terhempas ke belakang. Tetapi berkat dedaunan dan cabang pohon yang dimanipulasi Reyah untuk menangkapnya, Odo tidak menderita luka parah karena hempasan tersebut dan mendarat di pepohonan.
"Odo, engkau baik-baik saja!!?" Reyah segera menghampiri Odo yang terpental beberapa meter. Tetapi, saat itu Dryad tersebut langsung sadar kalau serangan Naga Hitam tidak sampai di situ saja. Ia mendeteksi pergerakan dari balik dinding akar yang porak-poranda.
"Jangan bilang ...."
Reyah segera memanipulasi akar untuk mengambil pedang sihir, belati sihir, dan pisau racun yang dijatuhkan Odo dari Jubah Dimensi. Ia langsung berlari menjauh bersama akar yang dimanipulasi untuk membawa barang-barang Odo.
Seperti apa yang dirasakan Dryad tersebut, serangan kedua sang naga datang. Kali ini sebuah bola plasma yang ukurannya lebih kecil dari sebelumnya melesat cepat melewati lubang pada tembok akar yang rusak, membakar semua barang-barang Odo yang tidak sempat Reyah selamatkan, dan langsung melambung ke arah ke Pohon Suci.
Duarrrkk!!
Serangan itu dengan telak mengenai batang Pohon Suci, membakar beberapa ranting di bagian atas dan mematahkannya. Secara tidak langsung dampak kerusakan tersampaikan pada Reyah, pada bagian wajah dari kening sampai mulutnya Dryad tersebut retak. Melihat pohon tempatnya tinggal dirusak, Reyah murka dan meningkatkan tekanan sihirnya.
"Dia benar-benar mengincar Pohon Suci. Sialan ..., memang sepertinya engkau ingin berperang denganku! Akan diriku ladeni, Naga Hitam!!"
Reyah berbalik menghadap arah serangan pola plasma itu datang. Tetapi, dari sana sang naga menerjang masuk melewati tembok akar yang rusak dan bersiap menyemburkan napas api bersuhu tinggi dari mulutnya.
"A ...??" Reyah menganga terkejut. Ia benar-benar tidak bisa membaca pergerakan tersebut dan sama sekali tidak mempersiapkan pertahanan untuk serangan Naga Hitam itu. Ketakutan seketika menggantikan amarah Reyah, membuatnya tidak bisa berpikir jernih dan membatu.
"Gawat ..., serangan ini ..., aku tidak sempat menahannya ...," pikir Reyah seraya memejamkan mata dengan penuh rasa pasrah.
"Jangan tutup matamu!!"
Odo langsung meloncat cepat menggunakan sihir pelontar dan melesat ke arah bagian bawah dagu sang naga. Reyah membuka mata, melihat anak laki-laki itu yang sama sekali tidak merasa takut berhadapan dengan Naga Hitam, Reyah terbelalak. "Odo ....?" pikirnya.
Saat Odo berada di bawah dagu sang naga dan masuk pada titik butanya, dengan cepat anak berambut hitam itu merentangkan Jubah Dimensi ke atas dan menekan Rune kunci untuk memuka penyimpanan.
"Heh, meledaklah!"
Duarkkk!!!
Bola plasma yang telah dibagi-bagi dan disimpan pada Jubah Dimensi dikeluarkan secara serentak dan membuat ledakan dahsyat di bawah dagu Naga Hitam. Dagu naga itu hancur, gigi-giginya rontok dan tenggorokannya mengalami luka parah sampai napas api yang hendak disemburkannya bocor dari leher. Naga Hitam menggeram kesakitan, mengangkat kepalanya. Tubuhnya membentur tembok akar, lalu rubuh.
Dari ledakkan tersebut bukan hanya Naga Hitam yang terkena dampaknya, tetapi odo juga. Meskipun arah ledakkan dengan jelas mengarah ke atas, tetapi daya hempas dan efek tekanan dari ledakkan plasma itu membakar Jubah Dimensi sampai habis dan kedua tangan Odo. Bisa dikatakan beruntung, berkat gelombang kejut dari ledakkan yang membuat tubuh Odo terpental, Ia tidak sampai terbakar habis oleh ledakkan plasma yang ada. Tubuh anak itu terpental, dan mendarat pada semak-semak yang berada beberapa belas meter dari ledakkan.
Reyah yang berada cukup jauh tidak terkena dampak terlalu parah, Ia hanya sedikit terpental ke belakang dan tangannya mengalami luka bakar ringan yang bisa sembuh dalam hitungan detik.
"O-Odo!!" Panik karena tepat di depan matanya Odo membuat ledakkan tadi, Reyah lekas menutup mata dan melacak keberadaan anak berambut hitam tersebut. Menemukannya berada di balik semak-semak, Reyah segera berlari menghampirinya.
"A!!!" Ia terkejut sekaligus panik saat menemukan Odo, kedua tangan anak itu benar-benar melepuh dagingnya sampai bahu, dan tulang kedua tangannya hanya tersisa sampai siku saja. Wajah Odo terlihat sekarat dengan mulut menganga, pakaiannya sebagian besar terbakar dan pada tubuhnya terlihat beberapa luka bakar serius. Melihat Odo masih bernapas dengan berat, Reyah segera bersimpuh di sampingnya dan mulai menggunakan sihir penyembuh.
"Graaaaakkkkkk!!!" Raungan penuh rasa sakit sang Naga Hitam terdengar, perhatian Reyah sesaat teralihkan. Sadar dirinya tidak punya banyak waktu untuk memulihkan Odo, Reyah lekas menoleh ke arah anak itu terbaring. Tetapi, tiba-tiba beberapa lingkaran sihir muncul di bagian luka di tubuh Odo. Reyah kebingungan melihat itu, saat diamati kembali, Ia langsung tahu kalau lingkaran sihir tersebut merupakan sihir penyembuh tingkat tinggi.
Dalam hitungan detik, partikel Ether di udara diolah menjadi Mana dan digunakan untuk memulihkan luka dan memperbaiki bagian tubuh Odo yang hilang. Seakan udara berubah menjadi tulang, daging, dan kulit, jaringan tangan Odo dengan cepat terbentuk kembali, bertahap dari tulang, otot-otot, sampai pada bagian kulit luar secara sempurna disusun ulang. Pada luka bakar di beberapa bagian tubuhnya juga hal serupa terjadi, luka-luka yang ada dengan cepat pulih dan sama sekali tidak meninggalkan bekas.
Melihat apa yang terjadi, Reyah hanya bisa menganga dengan wajah tidak percaya akan apa yang dilihatnya. Odo perlahan membuka mata, kemudian duduk dengan menyelonjorkan kedua kakinya ke depan. Wajahnya terlihat sangat pucat, gejala kekurangan Mana terlihat jelas darinya.
"O-Odo ..., engkau baik-baik saja ....?" tanya Reyah dengan rasa takut dan cemas.
Odo menoleh ke Reyah, melihatnya dengan tatapan lemas. "Apa ... aku terlihat baik-baik saja, hah ...? Menggunakan sihir Instan Regen ternyata lebih memakan tenaga dari perkiraanku .... Rasanya sekujur tubuhku mati rasa .... Akh ..., sialan, rasa sakit saat terkena ledakan juga sangat terasa sampai sekarang .... Lain kali mungkin sebaiknya aku memasang sihir peningkat adrenalin untuk menekan rasa sakit ...."
Odo menutup sebelah matanya, menarik napas dalam-dalam dan menenangkan diri. Ia hendak bangun, tetapi tenaga yang dimilikinya tidak cukup dan pada akhirnya harus dipapah Reyah untuk bisa berdiri.
"O-Odo ..., tadi itu ....?"
"Ah ..., sihir Instan Regen. Sihir pemulihan cepat yang aku buat sendiri. Memulihkan pengguna saat menderita kerusakan sangat parah dengan menggunakan sebagian besar Mana yang ada pada Inti Sihir .... Aku sudah memasang struktur sihir itu sebelum meledakkan Jubah Dimensi. Tapi ..., jujur pasti kerusakannya sangat parah sampai-sampai pemulihannya menguras habis Mana-ku , ya?"
"Iyalah! Kedua tanganmu hancur dan tubuhmu penuh luka bakar, tahu!!"
"Jangan berteriak, kepalaku sakit ...!"
Saat memapah Odo dan memegang tangan anak tersebut, Reyah sangat tahu kalau Odo bisa berdiri dan masih sadar seperti sekarang adalah karena anak tersebut memaksakan dirinya. Tubuh Odo sangat lemas, tubuhnya terasa kering sampai tulangnya bisa Reyah rasakan dengan jelas saat menyentuh pergelangannya.
"Odo ..., sebaiknya kau istirahat dulu .... Seranganmu sebelum⸻"
"Naga itu masih hidup. Kalau dia pulih, bisa gawat, loh .... Reyah, kamu cepat manipulasi Pohon Suci dan padamkan api di sana .... Kita mulai tahap selanjutnya," ucap Odo dengan lemas, Ia membuka kedua satu matanya yang tertutup dan menatap Reyah. Melihat tatapan tajam penuh semangat dari anak yang benar-benar sudah mencapai batasnya, Reyah tergerak dan sangat mengagumi semangat hidup tersebut.
"Baiklah ...."
Seperti apa yang diminta Odo, setelah menyandarkan anak berambut hitam itu pada salah satu pohon, Reyah memanipulasi Pohon Suci untuk memadamkan api yang membakar pohon tersebut karena serangan Naga Hitam Sebelumnya. Setelah itu, Reyah kembali memapah Odo dan berjalan ke arah lautan api yang membakar sebagai pepohonan di hutan.
Naga Hitam berdiri dengan kedua kakinya, menggeram penuh rasa sakit karena rahang dan lehernya terluka parah. Pada lehernya, lelehan Mana berbentuk seperti lava panas meleleh keluar dan membakar kulit sang naga. Mana tersebut yang menciprat ke hutan membakar pepohonan dengan cepat, dan mengubah tempat itu menjadi lautan api merah dalam radius beberapa meter.
Odo dan Reyah berdiri cukup dekat dari kobaran api. Mereka berdua menatap dengan tajam ke arah sang naga, mengamati apakah Naga Hitam tersebut akan berakhir hidupnya karena luka yang dideritanya.
"Sudah kuduga ..., ini tidak cukup untuk membunuhnya .... Perlahan Mana-nya yang lepas kendali bisa ditahan," ucap Odo dengan suara lemas.
"Makhluk dari masa peperangan Dewa dan Iblis memang tak gampang mati, ya? Keras kepala sekali ...."
"Reyah .... Apa kau menyelamatkan barang-barangku ....?" tanya Odo.
"Ya .... Tapi, maaf ..., hanya ini yang diriku bisa bawa ...."
Menggunakan manipulasi akar, Reyah membawa barang-barang Odo yang berhasil selamat dari serangan Naga Hitam. Melihat hanya ada pedang sihir beratribut cahaya, belati sihir beratribut air, satu pisau kecil berlumur racun, dan beberapa kantong kain berisi potong sisik dan tubuh Giftmelata, Odo memikirkan serangan lanjutan untuk bisa menghabisi Naga Hitam.
"Reyah, turunkan aku sebentar ...."
"Y-Ya ...."
Odo duduk berselonjor di atas rerumputan, Reyah mengikuti dengan duduk bersimpuh di samping anak berambut hitam tersebut. Tanpa memedulikan lahap api merah yang semakin besar di hadapan, pikiran Odo berputar dengan sangat jernih dan tanpa rasa takut. Memikirkan cara paling tepat untuk situasi yang ada demi menghabisi Naga Hitam.
"Entah aku atau Reyah, Mana kita hampir habis. Ya, kurang lebih aku hanya bisa menggunakan sihir pelontar satu kali. Untuk Reyah , kurasa selama Pohon Suci masih ada suplai Mana miliknya tidak perlu dicemaskan, dalam beberapa menit juga Mana miliknya pulih secara penuh. Tapi, dalam beberapa menit itu kemungkinan besar naga sialan ini ...."
Odo menghela napas ringan, kemudian berkata, "Reyah, tolong pedangnya ...."
Akar yang mengikat pedang sihir mendekat, lalu gagang pedang tersebut Odo pegang. Dengan sisa Mana yang ada, anak berambut hitam itu menanamkan struktur sihir pada pedang sihir beratribut cahaya itu.
"Meski ini pedang buatan Ibu, kurasa tidak punya pilihan selain menggunakan cara ini ...."
Selesai menanamkan struktur sihir, stamina Odo benar-benar habis dan wajahnya bertambah pucat.
"O-Odo ..., jangan memaksakan dirimu! Kalau engkau mati, diriku ...."
"Jangan khawatir, aku tak gampang mati ..., mungkin. Reyah ..., percayalah padaku dan lakukan apa yang aku perintahkan ini, setelah itu lakukan tahap akhir rencana kita."
Mendengar itu, Reyah bergetar seperti kesemutan. Perasaan aneh merasuk masuk dalam dirinya. Entah itu senang atau cemas, Reyah tidak tahu. Tetapi yang jelas, dirinya tahu kalau Odo sangat bersungguh-sungguh mengatakan hal tersebut.
"Apa yang harus diriku lakukan ....?"
"Tancapkan pedang ini pada bagian leher Naga Hitam. Bagian mana saja terserah kamu, yang penting di leher .... Setelah itu, tahap akhir rencana kita ...."
"Baiklah ...."
Reyah mengambil pedang yang diserahkan Odo. Berdiri dan menatap tajam ke arah naga sekarat yang perlahan memulihkan diri, Dryad tersebut mengumpulkan Mana dari pepohonan di hutan. Ia hanya punya satu kesempatan, dirinya sangat paham kalau kesalahan tidak boleh terjadi sekarang.
"Bagaimana sekarang?! Apa harus memanipulasi akar untuk menancapkannya? Tapi, kalau ada kemungkinan terbakar percikkan api yang keluar dari lehernya ...."
Memikirkan beberapa cara, Reyah menarik napas dalam-dalam dan memantapkan tekadnya. Seraya menodongkan ujung pedang ke arah sang naga, Reyah mulai memusatkan Mana yang telah Ia kumpulkan.
"Atas nama penjaga Pohon Suci dan penguasa hutan, diriku perintahkan .... Tumbuhlah dan menjalar!!"
Dari bawah kaki Reyah, keluar akar yang perlahan menyelimuti tubuh Dryad tersebut. Akar yang tumbuh dari dalam tanah itu membentuk sebuah zirah kayu yang tak mudah terbakar dan dikenakan olehnya. Zirah itu bentuknya hampir mirip dengan zirah yang dikenakan prajurit Kerajaan Felixia⸻ Memiliki helm pelindung, tetapi terbuat dari kayu yang tercipta dari topi kerucut yang dikenakannya. Menggenggam pedang sihir di tangan erat-erat, Reyah berlari masuk ke dalam kobaran api yang melahap pepohonan di sekitar Naga Hitam.
Zirah kayu yang dikenakan tetap tidak bisa menahan panas secara penuh, Reyah yang berlari menerjang kobaran api, kulitnya melepuh dibalik lapisan zirah kayu tahan yang tidak mudah terbakar itu. Tidak memedulikan hal tersebut dan tetap berlari, Reyah sampai di hadapan sang Naga Hitam. Ia mengulurkan tangan kiri yang tidak memegang pedang kepada sang naga dan membuka telapak tangannya, lalu merapalkan mantra.
"Pohon hidup dan layu di atas tanah , karena itu segalanya berasal dari itu dan mulai berkembang menjadi sebuah simbiosis! Root Shot!"
Dari telapak tangan berlapis zirah akar, keluar tombak kayu lancip yang langsung melesat ke arah tenggorokkan Naga Hitam. Sebelum mengenai sasaran, tombak itu terciprat Mana berbentuk lava dan terbakar habis. Serangan itu hanya sebagai pengalih perhatian karena Reyah sendiri sadar kalau Naga Hitam bukanlah makhluk yang bodoh. Dryad itu langsung memanipulasi akar sebagai pijakkan yang mendorongnya ke atas setelah tombak kayu terbakar habis, lalu langsung meloncat ke arah Naga Hitam.
Jleeb!
Pedang sihir beratribut cahaya tertancap pada luka di bagian tenggorokkan -dibawah rahang Naga Hitam. Pada hitungan detik sebelum Reyah bisa menjauh, tiba-tiba pedang yang ditancapkan itu bercahaya terang. Itu merupakan tanda aktifnya susunan sihir yang Odo tanamkan sebelumnya, membuat senjata sihir itu lepas kendali dan struktur pedang itu menjadi malfungsi dan meledak.
Duar!!
Reyah terpental sampai keluar dari daerah hutan yang kebakaran. Zirah kayu yang dikenakannya bobrok dan mulai rontok. Berdiri dan tidak memedulikan tubuh yang terluka, Reyah terbelalak melihat apa yang terjadi pada Naga Hitam setelah ledakkan.
Luka yang disebabkan karena ledakkan pedang sihir bukanlah luka fisik, tetapi lebih terlihat seperti menyerang Mana yang hendak dipulihkan Naga Hitam. Lelehan Mana seperti lava yang mengalir dari luka di leher Naga Hitam mulai mengkristal, bercampur dengan partikel keemasan yang bertebaran setelah pedang sihir beratribut cahaya meledak.
"Ini ... tumpang tindih antar elemen ...? Ledakan tadi ..., apa itu berisi perintah untuk meretas dan mengambil alih Mana yang luber itu, lalu mengubah sifatnya ...?"
Reyah terbelalak melihat itu, Naga Hitam perlahan benar-benar berubah menjadi kristal berwarna merah kekuningan transparan dari leher yang terluka dan perlahan terus merambat. Api yang membakar hutan mulai padam karena sumber api tertutup kristal. Saat Reyah diam terbelalak, Odo tiba-tiba berteriak.
"Apa yang kau lakukan!! Capat lakukan tahap akhirnya!! Sekarang akarmu tidak akan terbakar!!"
Tubuh Reyah gemetar, bukan karena rasa takut tetapi lebih seperti dorongan yang membuat semangatnya mendidih. Dryad itu mengumpulkan kembali Mana dari pepohonan di Hutan Pohon Suci, lalu mulai mempersiapkan serangan terakhir dari rencana mereka.
"Semuanya ..., pinjamkan kekuatan kalian ... . Demi diriku ..., dan juga anak ini ...."
Dari dalam tanah, akar-akar mulai tumbuh dan langsung menusuk ke arah Naga Hitam. Jumlah akar yang digunakan memang tidak banyak, tetapi kekuatan dan ukuran lebih besar dan kuat dari yang biasa Reyah gunakan. Akar-akar menusuk kulit keras sang naga, tetapi dari semua serangan hanya beberapa saja yang berhasil menusuk masuk sampai daging.
"Berhasil masuk! Heh!" Reyah tersenyum lebar. Wajah penuh semangat dan rasa senang yang tidak pernah ada darinya nampak jelas terlihat.
Akar-akar yang dimanipulasi untuk menusuk Naga Hitam ditarik kembali oleh Reyah. Dalam hitungan detik setelah itu, dari dalam lubang luka yang telah dibuat oleh Reyah dari serangannya perlahan mulai tumbuh tunas dan dengan cepat berubah menjadi tanaman merambat. Dari serangan sebelumnya, Reyah memasukkan Bijih Pohon Suci untuk ditanamkan ke dalam tubuh Naga Hitam dan merusak makhluk surgawi itu dari dalam.
Semua pertarungan dan serangan yang Odo lakukan hanyalah sebuah cara untuk bisa membuat kulit Naga Hitam yang keras bisa ditembus dan melemahkan stamina sang naga karena ada kemungkinan Bijih Pohon Suci bisa diserap seperti halnya apa yang terjadi pada Odo sebelumnya. Tetapi karena sekarang kondisi Naga Hitam sedang sangat lemah, Bijih yang masuk langsung tumbuh cepat dengan mengonsumsi Mana yang mengkristal, lalu merambat langsung ke Inti Sihir sang naga.
Tanaman merambat dan akar-akar tumbuh sangat cepat sampai menutupi sekujur tubuh Naga Hitam, meski begitu hidup sang naga belum benar-benar berakhir. Reyah yang merasakan hawa kehidupan Naga Hitam sangat tidak percaya karena ada makhluk yang masih bisa hidup setelah Mana-nya diserap habis-habisan seperti itu.
"Tangguh sekali naga ini ...," ucap Reyah. Luka pada tubuhnya dengan cepat sembuh berkat Mana yang berhasil dicuri dari Naga Hitam. Paham kalau situasi masih belum aman, Dryad itu segera berlari ke arah Odo.
"Odo ...."
"Ya ...."
Saat melihat Odo yang berdiri dan bersandar pada salah satu pohon, Reyah merasa cemas kembali melihat kondisi anak berambut hitam itu yang terlihat sangat kelelahan dan bisa ambruk kapan saja.
"Dia ... sepertinya masih hidup, ya .... Sungguh, keras kepala. Modar langsung apa susahnya, sih ...."
"Hmm .... Naga Hitam merupakan salah satu naga yang bisa bertahan hidup di masa yang dikenal dengan Awal Kiamat itu ..., tidak heran kalau dia tidak mudah mati," ucap Reyah.
"Hah? Awal Kiamat?"
Duarkkkkk!!
Tiba-tiba kepala Naga Hitam yang tubuhnya ditutupi tanaman merambat dan akar meledak. Kepalanya putus dan jatuh ke bawah. Dari dalam lehernya tanpa kepala Naga Hitam, keluar kabut hitam yang amat pekat dan penuh dengan hawa mengerikan. Itu bukan sekedar aura, Odo dan Reyah langsung tahu saat melihat itu dengan mata kepala mereka.
Kabut itu keluar dengan sangat cepat dan menggumpal sepenuhnya di udara. Dalam beberapa detik, kabut hitam pekat itu berubah bentuk menjadi hal yang tidak asing bagi Odo dan Reyah.
"Jangan bilang ...."
"Reyah ..., sepertinya memang dia keras kepala, ya ...."
Kabut itu berubah menjadi bentuk Naga Hitam. Meski ukurannya sangat lebih kecil dan hampir seukuran manusia dewasa, tetapi kabut pekat itu benar-benar memuat kekuatan sihir dari sang naga. Dengan cepat kabut hitam yang menjelma menjadi Naga Hitam itu menemukan keberadaan Reyah dan Odo.
"Gawat ...!"
Kabut itu melesat dengan cepat ke arah mereka. Dengan stamina yang tersisa, Odo mendorong Reyah menjauh. Syeet! Kabut itu menabrak tubuh anak berambut hitam itu dan membuatnya sedikit terpental dan jatuh berguling di atas rerumputan, lalu berhenti setelah menabrak pohon.
"Odo!!" Reyah panik dan menghampirinya. Saat melihat kulit anak itu yang mulai menggelap karena infeksi dari kabut tadi, Reyah tahu apa yang hendak dilakukan oleh jelmaan Naga Hitam itu.
"Jangan-jangan ... naga itu ingin mengambil alih tubuh Odo ...?"