App herunterladen
5.79% Rahasia dibalik mata / Chapter 23: Bagian 23

Kapitel 23: Bagian 23

"Apa kalian melihat wajah nya itu, ada bekas luka goresan pisau. Gue pikir, kayaknya dia pernah godain cowok dan sicowok nya risih terus gak sengaja ngegores wajah jelek nya pakai pisau atau cutter,"

"Dasar miskin, Pakai sepeda ontel aja dibanggain. Gue yakin bonyok nya pemulung, Buaahhaha..,"

"Wajah jelek Tambah jelek." Timpal Siswi yang sedari tadi diam menyimak obrolan kawan kawannya.

"Bener tuh..hahahahahha.." Mereka semua tertawa mendengar tuturan mulut temannya.

Leya, gadis itu kumat kamit ingin sekali membalas perkataan mereka, tapi ia urungkan. Lagi pula perkataan mereka tidak benar semua.

Leya menggayuh sepeda nya, tapi tiba tiba seseorang merentangkan tangannya didepan Sepeda, Aleya terkejut dan mengerem mendadak sepedanya.

"Sialan, Lo Arga! Ngapain lo Diem ditengah jalan." Marah Aleya.

"Dear..kok sekarang pakai lo lo an sih? Semenjak malam itu, kamu selalu ngehindarin aku, Ada apa hemm?" Orang itu Adalah Arga, Arga tak pernah berhenti memperjuangkan perasaannya pada Leya, Meski kini sikap Aleya sudah sangat berubah pada nya. Arga juga bingung kenapa gadis itu ketus dengannya.

"Alah..Bacot, Manggir lo Arganjing!" Ketus Aleya, sengaja menabrakan ujung sepedanya pada lutut Arga.

"Aww..Haishh..Sakit..,"Arga mundur sedikit memegang lutut nya mengaduh.

"Eh, lo gak papa?" Tanya Aleya merasa bersalah.

Sejenak, Arga berpikir. Ia punya ide untuk bisa mendapatkan perhatian Aleya kembali. Leya yang melihat Arga diam, segera turun dari sepeda dan menghampirinya.

"Ar..Kaki lo..gue minta maap." Ucap Aleya mengelus lutut Arga.

"Eh, Mau ngapain kamu?" Tanya Arga.

"Liat lutut lo lah, Lagian siapa suruh halangin jalan." Jawab Alesan ketus membawa Arga dan sepeda nya kekursi tak jauh dari situ.

"Mana!"

"Apanya?" Tanya Arga polos.

"Kepala lo, gue bilang lutut lo anjing! Lemot banget si jadi orang." Sahut Alesan menepuk jidat. Sedangkan, Arga yang tujuannya itu, mengikuti arahan gadis nya kini.

"Kasar banget, ini," Arga menyodorkan telapak Kaki nya.

"Yang sakit, Kaki atau lutut sih? Cik..," Alesan berdecak.

"Ouh..I-iya lupa hehe..," Arga menyentuh telinga nya tanpa sadar.

Aleya memutar mata nya malas, ia merebahkan lutut Arga dipahanya, Ia menaikan celana panjang berwarna abu milik Arga hingga terlihat lutut yang sedikit memar karena ulah nya.

"Weh..Memar woy, Duh..Sorry ya ga, gue minta maap soal ini." Aleya merasa bersalah, meskipun ia ketus.tapi, hati lembut yang ia bawa sejak lahir tidak bisa dihilangkan. Aleya sedikit salah pokus saat melihat kaki jenjang berotot milik Arga, Betis atletis itu membuat Aleya hampir membayangkan yang tidak tidak.

"Dasar Sampah!" Pikir Aleya mengumpat pada diri sendiri.

"Haen, Ahkk!" Sahut Arga pura pura menahan linu saat Aleya mengompres memar nya, memakai tisu basah.

"Tahan dikit," Aleya tampak serius mengompres.

"Kenapa di kompres pakai tisu basah?" Tanya Arga.

"Karena, gue gak bawa kotak p3k." Jawab Aleya.

"Ouh..,Sore ini ada acara gak?" Tanya Arga tersenyum? Memandangi wajah Aleya dari dekat.

"Gak," Aleya mulai ketus kembali.

"Mm..Pulang nya gue anterin ya?"

"Lo gak liat gue bawa sepeda?" Ketus Leya sibuk mengompres memar dilutut Arga.

"Kalo sepeda kan bisa diatur, beneran aku kange- Awhhssh," Arga memekik sakit.

"Dasar lembek," Sahut Aleya terkikik.

Aleya sengaja menekan luka Dilutut laki laki itu supaya diam, tidak mengajak nya bicara dan pokus pada lukanya. " Dah tuh, lo kompres sendiri dirumah." Sahut Aleya berdiri.

"Mau kemana?" Tanya Arga mencekal pergelangan Leya, Sontak karena aksi itu, semua siswi yang tadinya lewat tiba tiba berhenti menyaksikan adegan picisan didepan mereka.

"Ya balik lah, ya kali gue nginepn," Aleya menepis kasar tangan kekar itu.

"Tunggu," Cegah Arga berdiri.

"Kenapa? Gue gak ada waktu, kalo mau ngomong capetan," Aleya berbicara tanpa menoleh sedikit pun.

"Kamu tahu gak beda nya kamu sam-"

"Aduh....Basi tahu gak? Kimi tihi gik bidi nyi Kimi simi..Udah eh gue pulang, Lain kali kalo mau gombal liat situasi!" Aleya berjalan, mendekati sepedanya dan dengan cepat meninggalkan Arga yang mematung.

"Baru kali ini ada cewek nolak gombalan gue," Gumam Arga. Ia tertawa pelan merasa lucu melihat Aleya menirukan gayanya.

"Hadeuhh..Andai gue gak minder sama muka dia yang ganteng, udah gue ajukan surat perbandingan pertahanan rumah tangga," Ucap Aleya pelan, mulai melantur sembari kaki disibukan menggayuh sepedanya.

Dirumah, Aleya tanpa permisi langsung masuk kekamar nya menghiraukan Adik nya Levin memandang Heran, "Kenapa si itu makhluk? Mana gue dijadiin angin lalu, Tak dilihat seperti doa yang pura pura tak melihat ku," Drama Levin bermonolog menggibahkan kakaknya.

'Brakk!'

Suara dentuman pintu ditutup keras, Aleya bersandar pada pintu penyanggah kamar nya. Ia berpikir, kenapa akhir akhir ini mood nya terasa Aneh, ditambah ia selalu merasa Penasaran dengan orang yang selalu hadir dalam mimpi nya akhir akhir ini.


next chapter
Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C23
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen