App herunterladen
100% Primer Amor 2 | Kang Daniel / Chapter 8: Pernyataan Hati

Kapitel 8: Pernyataan Hati

Disarankan sambil mendengarkan lagu, 'Crazy of You' - Hyorin.

***

Dan lihatlah, efek apa yang kau timbulkan dalam hatiku. Tidur atau terjaga hanya kaulah yang kuingat. Mata terpejam atau terbuka hanya kaulah yang kulihat.

***

Sejeong bergerak menaiki lift yang akan membawanya ke lantai paling atas di mana ruangan CEO berada. Ia akan menemui sang pemilik ruangan tersebut. Kang Daniel.

Di dalam lift wanita itu tidak sendirian, melainkan ada beberapa karyawan yang bekerja di perusahaan Daniel itu.

Awalnya Sejeong biasa saja, tidak ada yang menarik dari pembicaraan mereka —karyawan. Hingga saat di mana nama seseorang yang sekarang telah memenuhi pikirannya menjadi topik pembicaraan mereka.

"Kau tahu tidak? Kemarin CEO kita didatangi oleh pewaris Park Grup. Kurasa mereka akan dijodohkan," ucap salah satu karyawan itu.

Sontak membuat Sejeong menajamkan pendengarannya untuk mendengar lebih jelas bisik-bisik dari para karyawan.

"Iya, kudengar mereka akan melangsungkan pertunangan dalam waktu dekat. Aku tidak sengaja mendengar wanita itu bicara soal cincin pada CEO Kang," sahut karyawan lainnya.

Deg!

Tunangan?

Cincin?

Pewaris Park Grup?

Semua pertanyaan itu sungguh memenuhi pikiran wanita bersurai cokelat itu. Ia sangat penasaran dengan maksud pembicaraan para karyawan itu.

Apa maksudnya? Pewaris Park Grup? Park Hyera? Jadi ... benar? Batin Sejeong.

Detik itu juga, hati wanita itu bagaikan ditusuk-tusuk dengan ribuan jarum yang menukik tepat pada jantungnya. Sesak. Ingin tidak percaya tapi keraguan seakan menyeruak begitu saja.

Apakah sudah terlambat untuk Sejeong mengatakan yang sejujurnya pada Daniel? Bagaimana kalau yang karyawan itu katakan ada benarnya? Lalu untuk apa ia datang ke kantor lelaki itu? Begitulah sekiranya pertanyaan yang memenuhi benak Kim Sejeong.

Pintu lift terbuka, beberapa karyawan itu keluar dan tinggal lah wanita itu sendiri di dalamnya. Baru saja ingin menekan tombol agar pintu tertutup, seseorang yang sedang tergesa-gesa masuk. Napasnya yang tidak teratur begitu terdengar di telinga Sejeong.

Seseorang itu melirik ke arah Sejeong dengan tatapan bingung. Karena wanita bersurai cokelat itu melihatnya tanpa berkedip.

"Maaf, apa ada sesuatu di wajahku?" tanya seseorang itu.

Sejeong terkesiap. "Ah, tidak. Hanya saja kau terlihat seperti habis berlari," sahutnya.

"Ah, aku harus ke ruangan CEO untuk urusan pekerjaan. Jadi agak terburu-buru," jawab seseorang itu.

Wanita itu mengangguk dan tersenyum lalu mengalihkan pandangannya pada kaca yang ada di dalam lift tersebut.

Ting.

Pintu lift terbuka dan seseorang itu sedikit berlari mendahului Sejeong. Sedang wanita itu hanya menggelengkan kepalanya melihat karyawan Daniel yang begitu ketakutan kalau terlambat sedikit.

Benar saja, saat Sejeong sampai di ruangan CEO. Ia tidak sengaja mendengar Daniel sedang memarahi karyawan itu. Bahkan suaranya sampai terdengar keluar ruangan karena pintu yang tidak tertutup.

"... kerjakan ulang! Saya tidak bisa menerima hasil seperti ini! Apa kau sudah tidak ingin bekerja di sini lagi?!" ucap CEO Kang penuh penekanan dan membuat suasana terasa mengintimidasi.

Baru saja Daniel ingin melanjutkan memarahi karyawannya itu, wanita bersurai cokelat itu mengetuk pintu ruangan tersebut sambil menyembulkan kepalanya sedikit.

"Annyeonghaseyo Daniel-ssi," sapa Sejeong sambil tersenyum. Wanita itu memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan perkataan karyawan tadi saat di lift.

Lelaki bernama Daniel itu mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Seketika ia berdeham dan membenarkan letak dasinya. Lalu membalas senyuman wanita itu.

"Keluar," ucap Daniel pada karyawan yang sedang menunduk itu.

Karyawan itu pun mengangguk dan membungkuk sembilan puluh derajat, lalu pergi meninggalkan ruangan tersebut. Bahkan ia sempat berbisik mengucapkan terima kasih pada Sejeong.

Sejeong, wanita itu menghampiri Daniel dan berkata, "ternyata kau sangat tegas ya. Hingga membuat karyawanmu ketakutan seperti itu." Ia tersenyum simpul.

Lelaki itu hanya menyunggingkan senyumnya. "Tapi, tidak di depanmu 'kan?" jawabnya.

"Heum," sahut Sejeong singkat sambil mengangguk.

"Silahkan duduk Se," ucap lelaki itu mempersilahkan Sejeong untuk duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut.

Sejeong mengangguk dan menuruti perkataan Daniel. Ia duduk dengan kaki menyilang satu. "Maaf kalau aku mengganggumu Niel," ucapnya.

Daniel menggeleng pelan. "Kau tidak menggangguku sama sekali. Ada apa Se? Tumben sekali kau berkunjung ke sini," tanyanya penasaran.

Detik itu juga Sejeong teringat akan kebohongannya. Ia ingin mengakui semuanya saat ini juga. Namun, perasaan takut itu masih menghantuinya. Ia takut kalau Daniel akan marah dan tidak ingin bertemu dengannya lagi.

Dengan tekad yang mantap, wanita itu mengambil napas sebanyak-banyaknya lalu ia buang. "Maafkan aku sebelumnya Niel," ucapnya.

Daniel mengernyitkan dahinya. Dalam hati ia juga sangat gugup dengan perkataan yang akan Sejeong katakan. Walau lelaki itu sudah mengetahuinya, namun tetap saja ia takut kalau wanita di hadapannya itu kembali membohonginya.

"Maaf untuk apa Se?" tanya Daniel berpura-pura.

Lagi, wanita itu menghela napas panjang. "Maaf aku sudah membohongimu, sebenarnya aku sudah mengingatmu sejak aku sadarkan diri untuk kedua kalinya pasca operasi. Namun, aku menutupinya karena... aku—"

"— aku sudah mengetahui semuanya Se. Aku tahu kau telah mengingatku. Aku tahu semua itu," potong Daniel sambil menundukan kepalanya.

Sontak membuat Sejeong tercengang, ia tidak bisa menutupi keterkejutannya. Bagaimana bisa Daniel mengetahui semuanya? Jadi, selama ini ia tahu? Begitulah yang ada di benak wanita itu.

Bukannya menjawab ucapan Daniel, Sejeong justru memejamkan matanya sejenak dan menarik napasnya dalam. Hal itu membuat lelaki di hadapannya itu diam tak bergeming.

"Jadi, kau sudah mengetahuinya dari awal Niel? Kenapa tidak mengatakannya padaku?" tanya Sejeong setelah membuka matanya kembali.

Daniel menghela napas pelan. "Aku hanya ingin tahu sejauh mana kau jujur padaku. Aku tidak mengatakan apapun karena aku mengikuti permainanmu."

Wanita itu terdiam, ia mendengarkan perkataan Daniel dengan seksama. Padahal mulutnya saja yang terasa kelu untuk sekedar membalas ucapan lelaki itu.

"Dan aku tahu, kau langsung ke sini dan berkata jujur karena Hyera 'kan?" lanjutnya lagi.

Sejeong, wanita itu tidak bisa menyembunyikan rasa kecewanya. Kecewa pada diri sendiri dan juga pada lelaki di hadapannya itu karena lebih memilih meminta bantuan orang lain daripada mengatakan langsung padanya.

"Bagaimana bisa kau meminta bantuan Hyera? Kau mengatakan padanya agar memintaku menjauhimu? Begitu?" ucap Sejeong sambil menahan emosinya.

Wanita itu merasa dipermainkan oleh Daniel. Sebenarnya bukan hanya Sejeong tapi Daniel juga merasa kalau Sejeong yang ia cintai itu meragukan dirinya. Intinya mereka menjadi salah paham.

Lelaki itu tercengang. "Maksudmu? Hyera memintamu menjauhiku? Aku—"

"— apa? Kau memang berniat untuk itu? Aku tahu, kau dan Hyera pernah dekat di masa lalu. Apa jangan-jangan kau mulai menaruh rasa lagi padanya eoh?" ucap Sejeong dengan nada tinggi, ia tersulut emosi jika mengingat bagaimana ekspresi Hyera tadi saat memintanya menjauhi Daniel.

Daniel bangkit dari duduknya. "Cukup! Kubilang cukup! Aku tahu ini salahku, tapi kau harus mendengarkan penjelasanku," bentaknya tanpa sadar.

Wanita itu terkesiap dan menengadahkan wajahnya untuk menatap Daniel. Terlihat pancaran tatapan terluka darinya, ia tidak menyangka kalau lelaki di hadapannya itu akan membentaknya seperti ini.

"Bagaimana kalau kau ada diposisiku? Apa kau akan langsung bisa menerimanya begitu saja? Kau pasti akan langsung meminta penjelasan 'kan dan marah? Tapi aku tidak," ucapnya, lagi.

Lagi, lelaki itu menghela napas panjang. "Karena aku sangat mencintaimu. Aku percaya padamu, bahwa kau akan jujur padaku suatu saat nanti. Sulit memang, mempertahankan rasa percaya diatas keraguan yang mulai mengusaiku waktu itu."

Detik itu juga, Sejeong tidak bisa lagi membendung air matanya yang sejak tadi akan tumpah. Ia menangis sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Bahunya naik turun tanda ia terisak dalam diam. Dalam hatinya, ia sangat menyesali pemikirannya. Ternyata Daniel begitu tulus mencintainya.

Daniel, lelaki itu sangat sakit saat melihat wanita yang ia cintai menangis di depan matanya. Dengan gerakan pelan, ia menghampiri Sejeong dan duduk di sampingnya lalu merengkuhnya ke dalam pelukan.

"Mianhaeyo Se-ya. Maafkan aku yang tidak langsung bertanya padamu. Maaf karena aku malah meminta bantuan orang lain. Jujur, aku tidak pernah berkata seperti itu pada Hyera. Kau percaya padaku 'kan?" ucapnya di sela pelukan.

Wanita itu memeluk Daniel lebih erat dan terus menggelengkan kepalanya. "Aku percaya padamu. Aku tahu kau tidak akan meninggalkanku. Karena aku juga mencintaimu Niel," jawabnya.

Lelaki itu kini tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Ia tersenyum seraya mengelus surai cokelat milik wanitanya.

Daniel melepaskan pelukannya dan menatap intens tepat ke arah manik hitam milik Sejeong. Begitupun sebaliknya. Wajah lelaki itu semakin bergerak maju mendekatkannya pada wajah wanita itu. Bahkan kini hidung mereka saling bersentuhan. Napas Daniel sungguh terasa di kulit wajah Sejeong.

Detik berikutnya, hal yang Daniel lakukan membuat Sejeong seperti tersetrum aliran listrik disekujur tubuhnya. Ya, lelaki dengan bahu lebar itu menangkup pipi wanita itu dengan kedua tangannya dan mencium bibir cherry-nya. Bahkan ia sedikit melumatnya hingga menimbulkan suara decakan. Seakan mereka telah melupakan kejadian beberapa menit lalu —bersitegang.

Demi apapun. Daniel atau pun Sejeong tidak mengharapkan semuanya akan seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi? Semua sudah terjadi dan wanita itu sedikit lega karena sudah berkata jujur, begitu pun dengan Daniel.

Namun, di sisi lain Daniel masih memikirkan maksud dari perkataan Sejeong yang mengatakan kalau Hyera memintanya untuk menjauhinya. Padahal tidak seperti itu yang lelaki itu inginkan.

"You are mine," bisik Daniel disela ciuman.

Sejeong hanya memanfaatkan jeda itu untuk mengambil napas sebanyak-banyaknya.

He is good kisser. Batinnya.

Mereka pun melanjutkannya lagi. Bahkan tanpa mereka sadari ada seseorang yang mengintip dari celah pintu yang lupa tertutup itu sambil mengepalkan tangannya.

***

"Lihat apa yang akan kulakukan. Kau tidak akan pernah bahagia, Kim Sejeong."

***


next chapter
Load failed, please RETRY

Bald kommt ein neues Kapitel Schreiben Sie eine Rezension

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C8
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen