App herunterladen
2.27% Pradhika's Bloody Incident / Chapter 5: Mematahkan Kutukan

Kapitel 5: Mematahkan Kutukan

Reiji dikutuk menjadi kucing karena melakukan hal yang tabuh di makam keramat. Kedua saudaranya membantu banyak untuk menghapus kutukan tersebut hingga mendatangi seorang cenayang.

Siji, Yuji, Reiji yang berwujud kucing dan teman mereka yang bernama Ryushin mendatangi cenayang untuk mematahkan kutukan yang menimpa Reiji.

"Tempat ini mencurigakan banget, sumpah, Sithok!" Yuji berbisik pada Siji yang berada di sebelah kirinya. Hari ini, ia bersama Siji, Ryushin dan juga kucingnya telah sampai di tempat yang Ryushin bilang waktu itu. Ya, rumah katanya nenek dari Ryushin itu.

Rumah ini hanya satu-satunya bangunan di daerah sini. Sebelah kiri dan kanannya hanya ada area pesawahan dan kebun-kebun luas.

Rumah yang terdiri dari dua lantai ini bernuansa hitam dan abu-abu. Terdapat tumbuhan merambat juga yang menggantung di beberapa bagian tembok bercat abu-abu.

Di balkon lantai dua di sana, Yuji dapat melihat pohon besar yang tumbuh secara misterius. Bagaimana bisa pohon tumbuh bukan di tanah, tapi di lantai dua bangunan aneh ini.

Siji dan Yuji mati-matian menahan diri untuk tidak bertanya pada Ryushin. Mereka hanya memperhatikan Ryushun jauh dari belakang. Mereka masih tidak berani mendekati rumah menyeramkan itu.

Di dekat pintu, tergantung papan nama yang terbuat dari kayu dan tiga lonceng kecil menghiasinya. Papan nama kayu itu bertuliskan 'Ameri's Tarot'.

Bulu kuduk Yuji dan Siji sudah meremang sejak mereka menginjakkan kaki di halaman luas berumput, di depan rumah aneh ini. Rumput yang memenuhi halaman ini adalah rumput liar, bukannya rumput yang biasa menghiasi taman rumah seseorang. Bahkan, rumputnya pun sudah panjang-panjang, seolah tidak pernah dirawat. Seperti rumah yang tidak berpenghuni.

Ryushin saat ini berada tepat di depan sebuah pintu rumah yang bercat hitam. Daun pintu itu terbuat dari kayu jati dengan ukiran rumit di beberapa sisi. Daun pintu itu juga memiliki lubang berbentuk persegi panjang yang dapat dibuka dari dalam. Mungkin untuk memudahkan si pemilik rumah mengetahui siapa tamu yang datang ke rumah itu.

Tok!

Tok!

Tok!

Ryushin mengetuk pintu kayu bercat hitam itu. Ia tidak tahu saja saat ini bahkan Siji dan Yuji mundur beberapa langkah. Jadi, hanya Ryushin yang satu-satunya berada di depan pintu rumah yang tidak memiliki teras ini.

"Permisi! Madam Ameri! Hallo! Ini Ryushin!" Ryushin memanggil dengan suara lantang secara berulang-ulang.

Jauh di belakang sana, Siji tengah berbisik ke telinga Yuji.

"Yuyu, ini sungguhan rumah neneknya Ryushin, ya? Kok dia manggilnya madam?"

Yuji mengangkat kedua bahunya.

"Mana aku tahu, Sithok. Ryushin tidak pernah membahas sebelumnya tentang neneknya ini. Entah nenek kandung, atau hanya sebutan pada wanita yang lebih tua," sahut Yuji, sekenanya.

Bukannya tidak peduli, Yuji memang tidak terlalu tahu tentang seluk beluk keluarga sahabatnya itu. Bahkan, selama ini Yuji tahunya bahwa orang tua Ryushin adalah salah satu pekerja di gudang papanya. Ryushin tinggal di rumah kontakan selama di Jakarta, jadi Yuji tidak terlalu mengenal keluarga dari teman dekatnya itu.

"Kau itu bagaimana sih, Yu? Katanya Ryushin itu sahabatmu, kenapa hal begitu saja tidak tahu, huh?" Siji menggerutu kesal. Jawaban Yuji baru saja malah terkesan bahwa Yuji itu bukanlah sahabat yang baik.

Yuji menjitak kepala Siji dengan kejam.

"Tidak semua urusan pribadi sahabatku, aku juga harus tahu, Sithok!" Yuji menatap tajam ke arah Siji.

"Ya kali aja, Yu. Soalnya, aku 'kan tidak punya sahabat." Saat mengatakan ini, Siji sambil tersenyum miris.

"Sithok, please! Jangan menampilkan senyum menyeramkan seperti itu! Aku akan mengiramu kerasukan seperti waktu itu, Sialan!" gerutu Yuji.

Yuji kesal saja setiap kali melihat Siji tersenyum. Rasanya, Yuji ingin meremas wajah suadaranya yang khas Asia Timur itu. Yang seharusnya kembar identik dengan dirinya, tapi karena penuh jerawat dan berminyak, jadi terlihat seperti bukan saudara kembar identik jadinya. Siji jarang perawatan wajah sih. Ah, mungkin bahkan tidak pernah.

Pernah suatu ketika, Yuji iseng bertanya pada saudara kembarnya itu sabun apa yang digunakan Siji untuk cuci muka. Siji dengan polosnya malah menjawab jika dia menggunakan sabun mandi untuk cuci muka. Jadi, wajah Siji yang seharusnya tampan bak aktor Yamazaki Kento kini malah seperti Kentang.

Benar, Pradhika's Triplet memang memiliki darah Asia Timur. Papa mereka keturunan asli Korea Selatan sebelum diangkat anak oleh keluarga Pradhika. Sedangkan, Mama mereka asli keturunan Jepang dari keluarga besar Hayashi.

Jika ada pernah tahu seorang aktor dari Jepang bernama Yamazaki Kenti. Nah, kurang lebih seperti itu paras Pradhika's Triplet. Minus Siji soalnya Siji terlihat seperti tukang cilok yang biasanya lewat kompleks mereka, batin Yuji.

Meski memiliki wajah bak YamaKen, tapi Yuji sangat menyukai segala hal yang berbau India sama seperti Ryushin.

Seringkali, Siji mengejek Yuji dan Ryushun karena sangat senang dengan film Bollywood.

Meninggalkan sejenak Yuji dan Siji yang masih berdebat di belakang sana, di depan pintu itu, Ryushin masih berupaya untuk membuat sang empunya rumah segera keluar.

Dari tadi, Ryushin sudah mengetuk pintu hingga buku-buku jarinya memerah, tapi belum ada tanda-tanda seseorang akan keluar dari rumah seram itu.

"Permisi! Madam Ameri! Ini Ryushin, Madam!" seru Ryushin kembali. Ia terus saja mengetuk pintu.

Srak!

Lubang yang berada di daun pintu itu terbuka dari dalam.

Ryushin, Yuji, Siji beserta Reiji--yang berwujud kucing--saat ini berada di pundak Siji, terlonjak seketika.

Mereka bahkan berteriak, "Wuaakh!" hampir bersamaan. Siapa juga yang tidak kaget melihat mata berukuran cukup besar yang tiba-tiba terlihat dari lubang yang berada di daun pintu.

"Kim Ryushin?"

"Iya, ini Ryushin, Madam! Apa kabar?" Ryushin menyahut dengan antusias. Ia terlihat seperti sudah lama tidak bertemu dengan sosok yang berada di balik pintu kayu bercat hitam itu.

Meski hanya terlihat matanya, tapi Ryushin menyangka jika neneknya itu tengah tersenyum ke arahnya. Terlihat jelas dari mata yang dipoles pensil alis hitam itu menyipit, seperti tengah tersenyum.

"Sudah lama sekali ya, Madam!" ucap Ryushin, lembut.

Bersambung ....


next chapter
Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C5
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen