App herunterladen
83.33% Please, Love Me.. / Chapter 130: Menghibur

Kapitel 130: Menghibur

Kenan turun dan berjalan menuju rumahnya. Suara sirine membuat Jesica yang berada dikamarnya menangis tak mau turun. Dia tak mau melihat jasad suaminya. Kini kaki kanan Kenan sudah melangkah masuk kedalam ruang tamu dimana ada kakaknya disana.

"Astaga..." Bella dengan tersedu-sedu menangis memeluk adiknya.

"Aku baik-baik aja kok kak.." Kenan bergantian memeluk kakak-kakaknya dengan hati-hati. Dia benar-benar lemas dan sakit sekarang. Sang ibu tak lupa memeluk dan mencium anak nakalnya.

"Dasar bisanya bikin khawatir....aja." Ayahnya sambil memukul pantat Kenan dengan tongkatnya.

"Maaf yah.."

"Riko sama Dikta ada diatas nungguin Jesica."

"Anak-anak?"

"Itu Ara diruang tengah." Ucap Lisa dan tanpa perlu menunggu lama Kenan berjalan lagi dengan tetap dibantu 2 ajudannya. Kenan bisa melihat Jay dan Kay menundukkan kepalanya dengan kaki menekuk. mereka masih menangis disana sementara Ara bersandar dipelukan Dariel.

"Halo..." Kenan dengan senyumannya membuat Jay dan Kay menaikkan wajahnya. Mereka tak percaya dengan sosok yang berdiri diujung sana.

"Dad...Daddy..." Jay terbata dan berjalan menuju ayahnya. Berlari kecil untuk mendekap ayahnya.

"Daddy...Daddy jangan pe...pergi lagi..."

"Udah-udah." Kenan mengusap pelan rambut Jay.

"Dad...daddy." Kay ikut memeluk ayahnya dari sisi kanan. Dia tak membayangkan jika hari ini ayahnya itu tak pulang dalam keadaan hidup-hidup.

"Dasar cengeng. Makasih kalian udah jadi anak yang kuat. Daddy sayang abang."

"Daddy ga boleh pergi."

"Udah jangan nangis-nangis lagi. Liat Daddy." Kenan melepaskan pelukannya.

"Abang Kay bisa lupain ini?ga usah diinget-inget lagi bisa?"

"I..iya dad.."

"Abang Jay bisa? pelan-pelan kita lupain. Ga usah dipikirin lagi orang-orangnya, kejadinnya ga usah dinget."

"Aku ga mau tinggal disini, aku ga suka liat rumah depan kita." Ucap Jay yang tak tahu jika Alyssa sudah mati bunuh diri. Jay yang sepertinya punya trauma sendiri mengingat kejadian yang menimpanya belakangan ini. Kenan harus seger membawanya ke dokter.

"Oke kita pindah tapi nanti oke."

"Daddy sakit?" Jay melirik kerangan Kenan yang diperban.

"Engga, Daddy ga sakit. Udah ya kita dirumah. Kita udah aman."

"Apa orang itu..."

"Engga...Ga ada akan orang itu lagi. Mereka ga akan ganggu kita lagi." Kenan segera memotong pembicaraan Kay. Kini Kenan berjalan lagi ke Arah Ara yang masih menangis dalam pelukan suaminya.

"Kakak..." Kenan berlutut dihadapannya.

"Daddy jahat!!Daddy jahat tinggalin aku." Ara marah.

"Maaf, Daddy ga maksud gitu sayang." Kenan mengusap rambut Ara meskipun wajahnya masih bersembunyi dibalik dada Dariel. Dia benar-benar terluka atas kata-kata Kenan sebelumnya. Ara pikir, dia tak kan bertemu Ayahnya lagi malam ini.

"Sini peluk Daddy." Kenan menarik tangan Ara pelan dan memeluk anak yang sempat dijambak Andra sebelumnya.

"Udah-udah. Cape sayang nangis, Daddy ga akan ninggalin kakak lagi..." Kenan membelai rambut anaknya yang kini hanya sebahu.

"Kakak bisa lupain ini?atau kakak punya perasaan yang ga nyaman?"

"Aku selalu inget gimana orang itu motong jari Daddy."

"Daddy ga papa sayang, cuman satu yang ilang masih ada sembilan." Canda Kenan lalu melepas pelukannya. Dengan tangannya dia menghapus air mata yang membasahi wajah anaknya.

"Ini kayanya belum mandi, kucel gini..." Canda Kenan membuat Ara memukul pelan bahu ayahnya.

"Ga lucu."

"Masuk kamar, mandi terus istirahat. Daddy temuin mommy dulu." Kenan berdiri mengecup kening Ara sebentar dan berjalan keatas.

***

Semua memang belum berjalan normal meskipun setelah beberapa hari berlalu. Wajar saja, itukan kejadian yang cukup mengerikan dan oleh karena itu sebisa mungkin Dariel memberikan dukungan untuk proses pemulihan mental keluarganya terutama sang istri Ara. Dia juga belakangan jadi sedikit manja dan tak mau ditinggal sampai Dariel harus kerja dirumah.

"Riel..."

"Iya bentar..." Jawab Dariel.

"Cepet..." Ara memanggil lagi.

"Iya-iya, aku pipis sampe buru-buru nih untung ga kemana-mana airnya." Dariel sambil menaikan resletingnya kemudian dia beranjak naik keatas ranjang. Tidur disamping Ara dan merangkulnya.

"Kamu ngantuk sayang?mau tidur?" Dariel melihat wajah Ara yang masih terlihat lesu dan lemas.

"Engga...."

"Kalo ada apa-apa ngomong sama aku ya sayang."

"Iya, aku tahu kamu lagi khawatir, aku lagi lemes aja."

"Ya udah tidur, aku temenin supaya tenaganya balik lagi."

"Aku ga mau tidur, kepala aku nanti pusing."

"Terus mau apa sayang?"

"Aku pingin minum yang ada bobanya itu loh.."

"Boba?oke kita cari online."

"Lama.... Itu di supermarket depan ada."

"Ya udah aku kesana. Aku beliin." Dariel segera mencari dompetnya.

"Aku ikut..."

"Yang....aku cuman ke depan lagian katanya lagi lemes."

"Aku pingin cari udara seger aja, pinjem motor Kay atau Jay aja ya.."

"Oh..motor yang bikin kamu nungging-nungging itu?."

"Ish..apaan sih, mana ada aku nungging."

"Ada, aku bisa bikin kamu nungging."

"Tuh mikir apa hayo.." Ara mencari jaketnya.

"Kita liburan aja yuk sayang.." Dariel memeluk Ara dari belakang.

"Liburan kemana?"

"Kemana pun yang kamu mau, aku ambil cuti buat kamu."

"Kamu bilang kamu lagi si..."

"Engga, aku ga sibuk sayang mumpung kita udah lancar nih." Dariel memotong pembicaraan Ara.

"Lancar apa?."

"Lancar kalo lagi bikin baby-nya." Dariel senyum-senyum.

"Riel..." Ara membalikkan badannya.

"Aku tahu kamu lagi ngehibur aku tapi...aku bener-bener udah ga papa."

"Sayang, ini bukan cuman masalah ngehibur kamu. Suasana belakangan ini lagi tegang, apa salahnya mencairkan kondisinya?aku pingin liat kamu senyum lagi, ngomel lagi, biasanya juga kamu cerewet sama aku. Ini kamu pendiem. Aku gimana ga khawatir sayang?Aku tahu ini berat buat kamu, ini ga mudah tapi kita udah lewatin itu. Sekarang tinggal sisa-sisanya aja. Ibarat orang lagi bersih-bersih udah nyapu ya tinggal ngepelnya."

"Makasih, kamu suami terbaik..." Ara memeluk Dariel.

"Kita honyemoon aja dimana kek yang bikin kamu tenang....gitu."

"Dari dulu aku tuh pingin ke Dubai."

"Oke kita kesana tapi pastiin dulu kamu ga lagi masa haid kan?nanti selama disana aku malah puasa."

"Engga kok justru aku lagi dimasa subur."

"Jangan sedih lagi ya sayang, kalo ngerasain sesuatu yang ga enak, ga nyaman bilang aku. Kalo emang perlu ke dokter aku anterin."

"Engga, aku masih bisa ngatasin ini."

"Iya, aku tahu kamu bisa. Istri aku kan bar-bar kata Daddy juga. Hal yang kaya gini pasti bisa kamu lewatin."

"Ish...nyebelin." Ara mencubit pinggang suaminya.

"Ya udah yuk cari minumnya udah itu kita pesen tiket onlinenya."

"Beli cemilan juga ya?"

"Iya, beli apapun yang kamu mau sayang." Dariel merangkul bahu Ara dan menuntunnya keluar kamar.

"Kay..." Teriak Ara.

"Apa Kak..." Kay berjalan ke arah sumber suara.

"Pinjem motor."

"Iya boleh, tuh kuncinya disana."

"Kakak mau beli Boba, mau ga?"

"Mau kak, beliin 2 rasa choco almond."

"Dua?serakah banget."

"Buat Kiran."

"Oh ada Kiran?udah lama kakak ga liat."

"Ada tuh di belakang."

"Pantes betah. Ya udah nanti kakak beliin." Ara kini pergi bersama Dariel.

***To be continue


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C130
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen