"Sekian banyak benda yang telah ditampilkan, tapi tak ada yang membuatku tertarik." Keluh Stacey yang kesekian kalinya, dia telah duduk di kursi dalam waktu yang cukup lama.
'Cling!'
Sebuah benda berkilau tertangkap oleh mata hijau Stacey, sebuah permata untuk perhiasan yang warnanya tercampur antara hijau terang, putih dan merah muda.
Permata itu dilelangkan dari harga 2 keping emas dan terus berlanjut.
'Aku harus memenangkan benda ini!' Benak Stacey sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi,
"25 keping emas!" Suara tegas dari Stacey terdengar di seluruh ruangan ini.
Tak mau kalah, lelaki tua yang duduk di bangku depan mengangkat tangannya.
"35!"
"40!" Sahut Stacey tak mau kalah,
"Permata itu kan jadi milikku! 60 keping emas!" Lelaki tua itu memenangkan benda tersebut, Stacey tak memiliki kepingan emas sebanyak itu. Terpaksa di merelakan permata tersebut.
"Yah, sangat disayangkan." Jason berujar, dia bosan dengan pelelangan kali ini.
"Padahal itu permata yang bagus." Stacey menghela nafas kecewa.
Jason pergi meninggalkan Stacey di ruang pelelangan dengan ijin Stacey. Jason pergi ke ruang tunggu khusus untuk Alexador dan anak buahnya. Ruangan ini mereka dapatkan berkat teman baik Alexador, Aivo.
Beberapa waktu Stacey habiskan yang akhirnya mendapatkan suatu benda, Stacey berjalan dengan murung ke arah ruang tunggu.
"Stacey! akhirnya hidungmu terlihat! ...."
"Ada apa? mengapa kau murung seperti itu?" Kata Jason yang dilanjut oleh Amanda.
Stacey tak menjawab, ia hanya menatap kecewa pada benda yang dimenangkannya. Semuanya menatap heran benda tersebut, menanyakan apakah benda itu layak dipakai atau tidak.
"Apa-apaan bunga lusuh itu?!" Maki Erissa.
"Aku benar-benar menyesal memenangkan benda yang tiada gunanya seperti ini, aku menghabiskan seluruh uangku. Fyuhhh." Stacey menundukkan kepalanya.
"Kau menghabiskan uangmu hanya untuk benda tak berguna itu? Bahkan aku tak dapat merasakan sihir dari benda tersebut." Erissa berujar heran, mengapa Stacey mau memilih benda ini.
Stacey makin dalam menundukkan kepalanya, murung dan menyesal serta bingung. Apa yang harus ia lakukan dengan benda yang ditangannya itu.
Semuanya bingung harus berkata dan berbuat apa, mereka tidak mengenal Stacey begitu dekat, takut apa yang mereka katakan bisa menyakiti hati Stacey.
Pada akhirnya Jason mencairkan suasana yang mencekam, Jason mengajak Stacey untuk pergi ke festival. Stacey menerima ajakan Jason walau dengan perasaan kecewanya, sebelum itu Amanda mengajak Stacey dan Erissa untuk makan siang tanpa mengajak Alexador dan Jason.
"Aku ikut!" Seru Jason.
"Tidak! Ini waktunya para gadis, kalian bersenang-senang lah dengan cara kalian sendiri!" Bantah Amanda sembari menepuk pundak Erissa dan Stacey.
"Tapi aku pengawal—" Belum sempat Jason menghabiskan kalimatnya, Alexador menghentikan tindakan Jason.
"Biarkan mereka, lagipula mereka bukan wanita biasa, kau ikut denganku!"
Jason mengelak dan Alexador terpaksa menyeret Jason menjauhi para gadis tersebut.
"Tidak!!! Staceyyy!!!!!!" Teriak Jason sebelum Stacey dan kedua temannya pergi sambil berbincang hangat.
Amanda memilih rumah makan bergaya sederhana yang bangunannya terbuat dari kayu berkualitas, menu yang dihadirkan disini beragam. Mulai dari makanan tradisional hingga semi-tradisional, Stacey memilih hidangan tradisional, begitu pula dengan Amanda sedangkan Erissa memilih hidangan Semi-tradisional.
Makanan semi tradisional disini dihidangkan dengan sajian yang mewah tapi tidak meninggalkan kesan tradisional. Bau lezat tercium di Indra penciuman ketiga gadis tersebut. Rasa lapar melanda perut mereka, saat makanan yang mereka pesan telah sampai di meja mereka, dengan sigap mereka memakan makanan mereka dengan penuh rasa nikmat. Kekecewaan Stacey berangsur-angsur menurun, makanan yang disajikan dengan baik dan ruangan yang indah menambah kesan nikmat dan nyaman.
Pengunjung di rumah makan ini pun tak sedikit, berbagai macam ras tengah makan bersama tanpa adanya rasa perbedaan. Penuh sudah perut mereka terisi dengan makanan mereka, dengan usul Amanda mereka akhirnya memutuskan pergi taman terdekat.
Taman dengan keindahan yang luar biasan.
"Mengapa kira harus ke taman? Kenapa tidak kembali ke penginapan saja? Aku merindukan empuknya kasur kamarku." Erissa berkata seraya memainkan tangannya.
"Anggap saja ini liburan sebelum kita melanjutkan tes kita." Kata Amanda sambil memandang sinis Erissa.
"Tes?" Tanya Erissa dan Stacey secara bersamaan.
"Tes menjadi bagian dari guild Rafoxa, tes kedua kan dilakukan setelah kita kembali dari ibukota. Kalian tau, status kita saat ini hanyalah peserta Rafoxa, bukan sebagai penyihir Rafoxa." Jelas Amanda yang dijawab 'oh' oleh Erissa dan Stacey.
"Rumit sekali, kupikir kita hanya akan menjalani satu tes saja." Erissa berujar kecewa, tak percaya dia akan menjalankan tes lagi.
"Tuan Aldero melakukan tes tersebut untuk mencari penyihir yang berkualitas." Kata Amanda sambil tersenyum khasnya yang ramah.
Erissa menggelengkan kepalanya, Stacey tiba-tiba pergi meninggalkan mereka, Stacey melihat gadis kecil yang sedang menangis mencari kedua orang tuanya.
"Hai gadis kecil, ada apa?" Stacey mencoba bertanya dengan halus tapi yang keluar dari mulutnya adalah suara yang dingin, gadis kecil itu makin menangis, sepertinya ia takut dengan Stacey.
"Dimana orang tuamu? apaka kau tersesat?" Kali ini amanda yang mencoba menenangkan gadis kecil itu sambil tersenyum hangat, gadis kecil itu akhirnya tenang, Amanda berhasil melakukannya. Stacey malu, tak menyangka dia tak berhasil menenangkan gadis kecil itu.
"Entahlah." Rintih gadis kecil itu dengan sesenggukan.
"Kau jangan cengeng! Berisik tau!" Tegas Erissa menasihati, dia benci anak-anak. Menurutnya anak-anak hanya akan merepotkan dirinya.
Gadis kecil itu kembali menangis, kali ini tangisannya lebih kencang dan bujukan Amanda tak berhasil.
"Diamlah! Menangis takkan membawa hasil apa-apa! Jika kau ingin mencari orang tuamu, tenangkan pikiranmu dan mintalah bantuan pada orang sekitar!" Erissa sangat kesal pada tangisan gadis kecil itu, tangisannya membuat gendang telinga Erissa hampir pecah.
Gadis kecil itu mendengarkan perkataan Erissa, dia mencoba berhenti menangis. Apa yang dikatakan Erissa benar adanya, menangis takkan mengubah keadaan.
Stacey dan Amanda menatap heran temannya, baru kali ini mereka berdua bisa melihat bijaknya temannya. Stacey bertepuk tangan memuji Erissa.
"Apa?!!" Tanya Erissa yang masih kesal dengan tatapan sinis.
Stacey dan Amanda tak kuasa menahan tawa mereka, gadis kecil pun ikut tertawa. Gadis kecil itu melirik ke arah benda yang berada di genggaman Stacey, benda itu terlihat sangat indah dimata sang gadis kecil tersebut.
"Ambilah." Kata Stacey seraya menyerahkan benda itu ke tangan si gadis kecil tersebut.
Gadis kecil itu mengambilnya dengan ragu dan mengambilnya secara perlahan, senyuman puasnya nampak jelas diwajah kecilnya. Amanda tersenyum hangat, Stacey mencoba menaikkan sudut bibirnya walau terasa berat dan susah dan Erissa memasang wajah cuek.
♪♪♪
"Mengapa aku harus mengangkat kotak-kotak ini?!!!!!!!!" Keluh Jason dengan sebuah kotak besar dipunggung nya, saat ini Jason sedang berada di pusat Ibukota bersama Alexador untuk membantu para warga yang sedang menyiapkan acara festival tahunan.
"Sudahlah! Lakukan saja apa yang ku perintahkan, ini semua demi kelancaran festival tahunan. Setelah ini kau boleh bertemu dengan Stacey dan berduaan dengannya sepuas mu." Alexador membalas keluhan Jason.
Jason kembali bersemangat dan membawa kotak-kotak besar tersebut dengan cepat, dia sudah tak sabar kembali ke sisi Stacey. Festival tahunan di ibukota selalu ramai tiap tahunnya, festival ini sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Ada dua festival yang diselenggarakan, pertama ada Arena Festival dan kedua Festival Wateria. Arena Festival adalah perlombaan, begitu banyak perlombaan yang diadakan. Sedangkan festival Wateria adalah sebuah festival yang khusus diadakan untuk bersenang-senang. Festival Wateria kan diadakan malam ini sedangkan Arena Festival kan diadakan besok siang.
"Terima kasih banyak! Berkat kalian pekerjaan kami jadi lebih mudah dan ringan." Kata seorang pria paruh baya yang sedang berterima kasih kepada Alexador dan Jason.
Alexador dan Jason tersenyum ramah,
"Ini memang sudah sebuah kewajiban bagi kami anggota Rafoxa untuk membantu para warga." Alexador mengucapkannya dengan nada ringan dan ramah.
♪♪♪
Stacey dan Amanda berjalan didepan sedangkan Erissa berjalan dibelakang sambil menyilang kan tangannya ke belakang kepalanya.
'Brukk'
Stacey tak sengaja menabrak seorang pria kekar berjubah,
"Kau tak apa Stacey?" Tanya Amanda,langkah ketiga gadis itu terhenti.
Pria kekar itu tersenyum ke arah Stacey dengan tatapan matanya yang tajam bak singa yang sedang melihat mangsanya.
Helo-helo ^^
apa kabar semuanya?
Saia up nihhhhh!!
Saia tunggu ya kritik dan saran dari kalian!!!! ><
Jangan lupa klik mengundi dan tambahkan cerita ini ke koleksi kalian ya!!!!
;>