"Lili buka pintunya"
Jennie sudah lelah membujuk Lalisa agar gadisnya itu membukakan pintu. Bukan hanya Jennie, Jisoo Seulgi Rose bahkan Wendy dan Joy sudah angkat tangan membujuk Lalisa.
"kita dobrak saja" usul Seulgi
"jika kau mau menanggung uang mengganti rugi, skuy gaskan" Jisoo mendukung usul Seulgi
"Kenapa harus aku, kan semua ini karena Jennie"
"kenapa jadi aku? Kan sudah kukatakan ini hanya salah paham" Jennie si tertuduh membela diri
"bagaimana Lili tidak salah paham, aku sendiri saja juga salah paham" Seulgi membantah pembelaan Jennie
"sudah hentikan. Biar aku saja yang membujuknya" Irene bangkit dari sofa.
"lihat baik baik" kata Irene memasang wajah angkuhnya.
"tok tok tok, Lili" suara ketukan disusul suara lembut Irene.
"ceklek" suara pintu terbuka.
cukup dengan 3 kali ketukan dan satu kali panggilan saja Lalisa membukakan pintu untuk Irene, membuat semua orang memasang wajah tercengang.
"lihatlah" Irene mengangkat sebelah alisnya dan kedua tangannya menyombongkan diri.
"Lili" panggil Irene memasuki kamar yang gelap gulita tanpa pencahayaan.
"hiks hiks hiks" suara isakan terdengar dari balik gundukan selimut
Irene membuka selimut dan terlihatlah Lalisa yang berwajah bengap.
"unnie" tangis Lalisa memeluk Irene
"husstt, sudah jangan menangis. Lihatlah wajah menawanmu menjadi buruk rupa begini" Irene melepas pelukan dan mengusap seluruh wajah Lalisa dengan tisu di nakas
"unnieeeee" rengek Lalisa. Ia pikir kedatangan unnienya itu untuk menghiburnya, tapi lihatlah unnienya itu malah meledeknya.
"hehehe, mianhae. Unnie hanya bercanda" Irene tertawa garing
"unnie, Lili ingin tidur dengan unnie" manja Lalisa memeluk pinggang Irene menenggelamkan kepalanya di perut Irene.
"tapi ada syaratnya"
Lalisa mendengus sebal. Minta ditemani tidur saja harus ada syaratnya pelit sekali, batin Lalisa.
"katakan" datar Lalisa melepas pelukannya mendongak menatap Irene yang tersenyum lebar
"selesaikan urusanmu dengan Jennie terlebih dahulu" kata kata Irene seperti alarm bagi Lalisa, karena ia langsung teringat dengan kejadian tadi.
Lalisa mencebikkan bibirnya hendak menangis
"Lili dengarkan unnie. Semua yang tadi Lili lihat hanya kesalah pahaman saja. Jennie sudah menjelaskan semuanya pada unnie"
"biarkan Jennie menjelaskannya juga pada Lili" lanjut Irene
Lalisa menganggukkan kepalanya.
"mau unnie temani?" tanya Irene yang mendapatkan gelengan kepala dari Lalisa
sebelum Irene benar benar keluar dari kamar dan memanggil Jennie, terlebih dahulu ia menghidupkan lampu kamar. Kamar gadis kok suram, batinnya
"bagaimana unnie?" tanya Jennie yang langsung menodong Irene yang baru keluar
"masuklah, dan jelaskan semuanya kepada Lalisa. Ingat ini kesempatan terakhirmu, awas saja sampai aku masih melihat Lalisa menangis besok pagi. Dan untuk Jisoo, ikut aku ada beberapa hal yang harus kita selesaikan" Irene menatap Jennie setelah itu menatap Jisoo
"yang lain kembalilah kekamar dan istirahatlah. Besok kita memiliki flight pagi" lanjut Irene.
Jennie menarik nafasnya dalam dalam, ia menyiapkan diri sebelum bertemu dengan Lalisa. Selangkah, dualangkah, dan seterusnya Jennie memasuki kamar dengan pencahayaan remang remang. Dilihatnya Lalisa duduk membelakanginya.
"Lili"
Flashback on
Jennie kebingungan menoleh kesana kemari, saat ia keluar dari kamar mandi dan hendak kembali ia lupa jalan mana yang tadi ia lewati. Bodohnya Jennie juga tidak menghapal nama kedai tampat ia makan. Banyaknya pengunjung yang berlalu lalang dan semakin padat membuat Jennie bertambah semakin pusing. Jennie mengambil ponselnya yang berada di dalam tas mahalnya. Menghubungi Lalisa adalah hal pertama yang terlintas di pikirannya. Jennie mengatai dirinya sendiri saat ia menyadari bahwa ia lupa mengisi baterai ponselnya.
"Jennie pabo" umpat Jennie
Karena sibuk dengan ponselnya yang mati, tanpa Jennie sadari namja di depannya menghentikan langkahnya tiba tiba.
"awh " rintih Jennie memegang keningnya, ia menabrak punggung namja di depannya
"eoh, Jennie? Wah kebetulan apa ini kita bertemu lagi disini?" namja itu membalikkan badannya dan terkejut saat mengetahui Jennie orang yang menabraknya. Hobi banget ya jen main tubruk tubruk aja.
"Taehyung oppa?"
"kau bersama dengan teman temanmu?" tanya Taehyung mencari keberadaan teman teman Jennie tapi nihil.
"kebetulan aku sedang kehilangan mereka"
"ahh, apa kau sudah coba menghubungi mereka?"
"itu masalahnya, ponselku kehabisan daya"
Tahyung menganggukkan kepalanya
"kalau begitu bagaimana jika aku menemanimu berkeliling? Siapa tau kita bisa menemukan temanmu"
"boleh jika oppa tidak keberatan"
mereka berdua berjalan sesekali mengobrol mengenai banyak hal, Taehyung adalah anak dari kolega appa Jennie. Pertama kali mereka bertemu itu sekitar beberapa tahun yang lalu saat Jennie menempuh sekolahnya di New Zealand. Taehyung bisa dikatakan sunbaenim Jennie saat junior high school. Karena berasal dari negara yang sama membuat Jennie merasa cocok dengan Taehyung. Jennie sendiri juga tidak tau kenapa sunbaemin nya itu kembali lagi ke Korea. Padahal setau Jennie sunbae nya itu sudah tidak ingin menginjakkan kaki ke tanah kelahirannya karena beberapa alasan yang membuatnya trauma berat. Bahkan untuk menyembuhkan traumanya sunbae-nya itu sampai harus pindah ke negara lain. Jennie sendiri menjadi saksi saat sunbae-nya berperang melawan traumanya.
Disela obrolan mereka mata Jennie tidak sengaja kemasukan abu yang tersapu angin dari kedai yang baru saja mereka lewati, kedai tersebut menjual makanan yang dibakar.
"awwhhh" rintih Jennie memejamkan matanya
"Jen, gwenchana?" tanya Taehyung.
"sepertinya mata Jennie kemasukan benda asing" Jennie menutup sebelah matanya yang kemasukan.
"biar aku lihat" Taehyung mendekat dan menundukkan tubuhnya. tau sendirilah tubuh Jennie mungil dan menggemaskan sedangkan Taehyung tinggi menjulang.
"apa kau membawa tisu?" tanya Taehyung yang melihat ada titik abu di mata Jennie.
"ini" Jennie mengeluarkan tisu dari dalam tasnya
"maafkan aku jika lancang" ijin Taehyung mengambil abu tersebut
"sudah, apa merasa baikkan?" Jennie mengerjap ngerjapkan matanya
"KIM JENNIE" teriak Seulgi menggelegar menarik semua perhatian terpusat padanya
"apa yang kau lakukan dengan laki laki murahan ini?" murka Seulgi menatap tajam Taehyung dari bawah hingga atas.
"kenapa kau datang lalu marah marah tidak jelas?" tanya balik Jennie
"kau salah bertanya seperti itu, saat jelas jelas aku sudah mencidukmu berciuman dengan namja ini" telunjuk Seulgi ia arahkan pada wajah menawan Taehyung.
Jennie dan Taehyung mengerutkan keninganya, bingung dengan perkataan Seulgi.
Jisoo, Irene, Wendy, Joy, Yeri, Rose dan Tzuyu datang dari arah yang berbeda.
"akhirnya aku menemukan kalian" Jennie tersenyum melihat kedatangan para sahabat sahabatnya tapi senyuman itu luntur saat penglihatannya tidak menemukan kehadiran Lalisa.
"Kim Jennie" pekik Seulgi
"wae? Dimana Lalisa?" tanya Jennie mengabaikan sekitar dan mencari keberadaan Lalisa.
Seulgi tertawa terbahak bahak, lalu ia memasang poker face-nya
"kau masih bertanya dimana Lalisa? Setelah kau bericuman dengan orang lain? Kau tidak memikirkan perasaan Lalisa?"
Jennie semakin bingun dengan ucapan Seulgi
"maksudmu?" tanya Jennie.
"saat kau asik berciuman dengan namja ini, tanpa kau sadari Lalisa melihatnya" Jelas Seulgi mengangkat dagu menunjuk Taehyung yang sedari tadi diam menyimak.
"ha? Aku berciuman? Dengan Taehyung oppa? Kapan? Dimana?" tanya Jennie beruntun
"tepat sebelum aku memanggil namamu. Jika bukan berciuman namanya, lalu apa?"
"hahaha" Jennie tertawa terbahak bahak, diikuti dengan Taehyung bahkan Jennie sampai meneteskan air matanya mendengar ucapan konyol Seulgi.
"ha ha kau, jangan bilang kau mengira kami berciuman" Jennie mengusap air matanya
"biar aku jelaskan, mataku tadi kemasukan abu. Dan ini kenalkan di Taehyung, sunbae ku waktu junior high school di New Zealand. Dia yang membantuku mengeluarkan sisa abu dari mataku"
"Jadi, kalian tidak berciuman?" tanya Seulgi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal
Jisoo dan yang lain menghela nafas lega.
"aish jinja, paboya" Seulgi merutuki dirinya sendiri. Ia sangat malu sudah menuduh orang yang tidak tidak
"mianhae, aku sudah menuduh yang tidka tidak pada kalian" Seulgi membungkukkan badan.
"sekarang jawab pertanyaanku. Dimana Lili?" pertanyaan Jennie membuat semua orang membisu termasuk Seulgi yang ditatap Jennie menunggu jawaban
"dia, pergi setelah mengira kau dan namja itu berciuman?" Lirih Seulgi menundukkan kepalanya
"pergi kemana?"
Flashback off
"jadi begitu ceritanya, apa Lili masih marah?" Jennie mengusap rahang tegas Lalisa.
Lalisa menggelengkan kepalanya.
"mianhae" Jennie menyatukan keningnya dengan kening Lalisa.
Sejak awal cerita tadi ia sudah duduk di pangkuan Lalisa.
Lalisa menganggukkan kepalanya
"jika kau tetap tidak mau bersuara, aku akan marah padamu" Jennie membuang mukanya
"ck, kenapa jadi Nini yang marah" decak sebal Lalisa tidak terima
Jennie mengungingkan senyuman, ternyata begitu cara membujuk Lalisa yang membisu
"chupph" Jennie mencium bibir Lalisa, kemudian menghisap bibir bawah Lalisa dengan sangat lembut.
"ting" notif pesan masuk
"ngghhh" lenguh Lalisa, ia tak mau kalah membalas lumatan Jennie
"ting" notif pesan masuk
"ting" notif pesan masuk
"ting" notif pesan masuk
Jennie menghentikan ciumannya, merogoh saku celana Lalisa dan mengambil ponsel Lalisa.
Seulgi Unnie
Seulgi mengirim link video ▶️
Seulgi mengirim link video ▶️
Seulgi mengirim link video ▶️
Seulgi mengirim link video ▶️
Jennie yang penasaran menekan salah satu link yang Seulgi kirim, dan betapa terkejutnya saat link itu menuju ke website yang berisi video iya iya.
Lalisa meneguk kasar salivanya mendapatkan tatapan mematikan dari Jennie
"Jelaskan!" dingin Jennie membuat Lalisa bergidik ngeri
Lalisa pun menjelaskan kepada Jennie, tentang cerita awal mula Seulgi sampai mengirimkan link video padanya. Pada saat itu Lalisa dan Seulgi sedang mengobrol random di basecamp, lalu Seulgi yang iseng mulai membahas hal hal yang tidak tidak. Lalisa yang super polos dan kepo terus saja bertanya pada Seulgi, Seulgi sudah jengah jika harus menjelaskan pada Lalisa akhirnya ia mengirimkan video video seperti itu pada Lalisa. Agar Lalisa memahaminya sendiri, begitu mungkin pikir Seulgi.
Jennie menahan amarahnya mendengar cerita Lalisa. Ternyata bayinya yang polos ini diam diam diracuni oleh Seulgi.
Sebenarnya Jennie sudah sedikit curiga ada yang salah dengan Lalisa sejak kejadian di rumah Lalisa saat ia terpergok oleh Jisoo unnie. Tapi Jennie masih berpikir positif kalau Lalisa melakukannya dengan spontan naluri alaminya. Ternyata Lalisa sedang mempraktekkan apa yang dia tonton selama ini dari Seulgi.
"sudah berapa lama? Dan sudah berapa kali Lili menontonnya?" tanya Jennie penuh selidik
"1 bulan yang lalu" Jennie membelalakkan matanya
"tapi Lili hanya menontonnya sekali saja. Lalu Lili tidak melanjutkan menonton lagi karena Lili merasakan aneh pada tubuh Lili" lanjut Lalisa memajukan bibirnya, ia juga menunduk menghindari tatapan Jennie
"tapi lumayan juga. hanya melihat sekali, dan langsung mempraktekkannya dengan baik" batin Jennie, ia menggeleng gelengkan kepalanya menangkis pikiran kotornya.
"ikut Nini" tanpa melihat jam yang sudah menunjukkan tengah malam Jennie menarik Lalisa menuju kamar sebelah, kamar Seulrene. Rencana Jennnie ingin memarahi Seulgi.
"ting tong, ting tong, ting tong" tidak tanggung tanggung Jennie meneror dengan menekan bel berkali kali
"aaahhhh ssshhhhh dih sanahhhh leh bihh dalamm" desahan Irene
Seulgi menghentakkan lebih dalam dan memaju mundurkan jarinya di dalam milik irene
"ssshhhhh ahhhh ahhhh ahhhh" Irene mendongakkan kepanya merasakan kenikmatan yang luar binasa
"ting tong, ting tong, ting tong" suara bel, tidak ada artinya bagi Seulrene
Semakin cepat tempo keluar masuk jari jari Seulgi pada milik Irene
"desahkan namaku baby" pinta Seulgi meremas payudara Irene dengan brutal
"aahhhhh ssshhhhh seulgiyahhhhh lebihhh cepattthhhh" Irene ikut menggoyangkan pinggulnya berlawanan arah.
"as you wish babe" Seulgi yang mendengar desahan merdu Irene semakin bersemangat. Ia semakin mempercepat kerja jari jarinya
"aaahhhh ahhhh ahhhhh Seulgiyahh sssshhhhh aaaahhhh" desah Irene semakin nikmat saat seulgi memainkan kedua puting nya yang sudah mengeras.
"ting tong, ting tong, ting tong, ting tong, ting tong" Seulrene seolah tuli dengan suara bel, telinga mereka hanya menerima suara desahan dan suara hasil pergulatan mereka
"Seulgiyahhh ahhhhh leh bihh cepathh akuhh mauhh ke luarhh" Irene mencengkram tengkuk Seulgi sesekali menjambak rambut Seulgi
Service Suelgi memang tidak akan pernah mengecewakan.
"ting tong, ting tong, ting tong, ting tong, ting tong, ting tong" ini manusia yang mencet bel memang ngga peka nih.
"aaaahhhh aaaahhhhh sssshhhhh aahhhh Seul ahhhhh" Desah Irene semakin nikmat merasakan permainan Seulgi, ia sampai memejamkan.
"jangan ditahan keluarkan baby" Seulgi merasakan milik irene semakin menjepit jari jarinya
"aaahhhhh ssshhhhhh seulgiyaahhhh" dengan sekali hentakan Seulgi, Irene melengkungkan tubuhnya melepaskan semua cum-nya hingga membajiri tangan Seulgi dan meluber keluar.
"ting tong, ting tong, ting tong" suara bel
"ck, siapa sih malam malam begini. Mengganggu saja." Sulgi mengambil tisu di sebelahnya dan membersihkan cairan cum Irene ditanggannya. Setelahnya Seulgi mengambil bathrobe dilantai dan dipakaikannya di tubuh polosnya
"ting tong, ting tong, ting tong, ting tong, ting tong, ting tong" suara bel
"iya sabar" teriak Seulgi
"apa?" bentak Seulgi
"asihh, seharusnya aku yang bertanya. Ini apa?" bentak balik Jennie, sebelah tangnnya mengulurukan ponsel Lalisa.
"eoh, kau mengadu?" Seulgi mengalihkan tatapannya pada Lalisa
"aniyo" jawab Lalisa bersembunyi di belakang Jennie
"Yak, Kang Seulgi" bentak Jennie
"bisa bisanya kau mengirimkan hal yang tidak tidak pada Lalisa. Bukankah kau tau Lalisa masih dibawah umur, dan lagi itu tontonan orang dewasa" Jennie mengomel habis habisan
"aku hanya membantumu Jenniya, bukankah kau menyukai hasilnya?" Seulgi menaik turunkan alisanya
pipi Jennie memerah
"Kang seulgi, aishh, paboya. Aku harap ini terakhir kalinya kau mengirimkan seperti ini pada gadisku atau"
"atau apa?" potong Seulgi
"Jen kau juga membutuhkan link itu suatu saat nanti" Seulgi membuat pipi Jennie semakin memerah bak kepiting rebus.
"Yak Kang Seulgi" pekik Jennie
~to be continued
Update Setiap Hari Kamis
Stay Tune !
— Bald kommt ein neues Kapitel — Schreiben Sie eine Rezension