Sinta mengajak Christian bicara di kamarnya. Dengan secangkir teh yang menemani obrolan mereka. Christian masih bingung untuk memulai pembicaraan mereka. Jika ia terlalu berterus terang, apakah Sinta akan marah padanya? tanya Christian dalam hati.
"Kenapa tidak bicara?"
"Ibu jadi kejam semenjak tinggal bersama Tristan. Memangnya, Ibu tidak merindukan Tuan muda tampanmu ini," goda Christian.
"Hohoho, kalau kau tidak pernah datang, mungkin aku akan merindukanmu." Sinta menjawab sambil tertawa lepas. "Katakan! Ada apa sebenarnya?" Wajah Sinta berubah serius.
"Em …. Apakah Ibu melihat Haruna keluar tengah malam, dua hari yang lalu?" Christian baru mengingat saat ia mabuk dan diantar seorang gadis. Wajah gadis itu tergambar jelas dalam ingatan Christian. Ia yakin kalau gadis itu adalah Haruna. Namun, ia ingin memastikan dugaannya.