"Singkirkan tanganmu. Mengapa kamu selalu menyakitiku seperti ini, Hendar?"
Baby mencoba melepaskan tangan Hendar. Namun, ciuman panas Hendar terus merasuki jiwanya.
Ya, Hendar sedang menjelajah yang sudah menjadi kewajibannya. Dari mulai leher jenjang sampai ke dada, itu adalah area yang sangat memabukan.
"Hentikan ini, Hendar!"
Mendorong suaminya untuk tidak berbuat lebih, tetapi Hendar sudah terlanjur bernafsu kepada istrinya.
"Biarkan aku menjelajahnya, Sayang. Aku ini suamimu. Sudah hak diriku untuk mendapatkan dirimu bukan?" ujar Hendar di sela-sela desahnya.
Baby tak bisa berbuat banyak. Dia terjebak dalam permainan suaminya sendiri. Walaupun demikian, Hendar belum mau melumat bibir Baby. Entah kenapa?
"Hendar," desah Baby yang tak tahan.
Tubuhnya bermandikan peluh, namun itu penambah nikmat bagi Hendar.
"Tahanlah, Sayang. Bukankah mama sudah meminta untuk dibuatkan cucu? Jadi, malam ini kita buat saja anak," oceh Hendar seenak jidat.