App herunterladen
7.05% Patner For Love / Chapter 12: 12. Pertengkaran Noey dan Awan

Kapitel 12: 12. Pertengkaran Noey dan Awan

Noey mengikuti mobil yang di bawah oleh Awan, dia ingin tahu apa yang di lakukan oleh gadis itu untuk menangkap pelakunya.

Mobil yang di bawah oleh Awan, kini membela di jalanan Seoul, berbaur dengan mobil-mobil yang lain, namun lebih pelan karena gadis itu memilih untuk membawa dengan hati-hati, takut jika dia menabrak.

Min-na hanya bisa duduk diam tidak memberikan komentar apapun dengan apa yang tengah terjadi. Walaupun dia merasa bosan.

"Bertanya jika kau penasaran," kata Awan memecah keheningan di antara mereka.

"Mengapa kau membantuku kelaur dari sana? Siapa kau?"

"Karena aku butuh dirimu, untuk membantuku," kata Awan sambil melirik ke arah Min-na.

"Butuh diriku?"

"Hu'uh," kata Awan sambil menganggukkan kepalanya. "Nanti kau akan tahu siapa diriku,"

"Mengapa kau membutuhkanku?"

"Akan ku jelaskan nanti," kata Awan enggan untuk menjawab pertanyaan dari anak remaja itu.

Derapan langkah kaki Awan, saling beriringan dengan langkah kaki Min-na.

"Kau tidak sekolah?" tanya Awan sambil masuk ke dalam lift.

"Tidak,"

"Kenapa?"

Min-na hanya terdiam, tidak mengomentari.

Sebagai ahli dalam psikologi, gadis itu bisa sedikit memahami tentang apa yang di pikirkan oleh anak itu. Dia seorang yatim piatu, tidak punya rumah, dan tidak punya keluarga, mungkin punya tapi dia di terlantarkan.

Kedua orang itu, kembali ke Tkp memeriksa beberapa hal, ketika Awan dan Min-na masuk ke Tkp, mereka telah mendapati Noey yang tengah memeriksa Tkp juga.

Tatapan sinis, dan dingin tiba-tiba di berikan oleh Noey pada gadis berjilbab itu. Seakan tengah mengatakan jika ada permusuhan di antara mereka. Min-na tidak berkata apapun, tubuhnya bergetar, gugup karena melihat Noey di tempat itu.

Kembali teringat tentang aksi keduanya yang saling kejar-kejaran ketika menangkap Min-na, membuat anak itu tahu, kekuatan yang di miliki oleh Noey. Sifat cuek Awan, membuat seorang Noey merasa terhina, tidak pernah ada orang tidak sehormat Awan sebelumnya.

Cekrek! Cekrek! Cekrek!

Awan mengambil gambar, dari sudut manapun, dia tidak ingin ketinggalan untuk mengambil seluruh foto ruangan itu.

Noey pun berkeliling sambil melihat dengan teliti ruangan itu, mencoba memejamkan mata dan masuk ke dalam TKP melalui imajinasinya, mencoba membuat reka adegan pembunuhan, seperti yang di katakan oleh Awan.

"Jeo ge mwoyeyo?" tanya Awan dalam bahasa korea yang berarti yang di sana itu apa, hingga membuat Noey maupun Min-na melihat kearah tatapan mata Awan tertuju.

Kini mereka melihat sesuatu seperti yang di lihat oleh Awan.

"Jeo ge mwoyeyo?" tanya Awan dalam bahasa korea yang berarti yang di sana itu apa, hingga membuat Noey maupun Min-na melihat kearah tatapan mata Awan tertuju. Kini mereka melihat sesuatu seperti yang di lihat oleh Awan.

"Oh itu…" perkataan minta terpotong.

"Kamera tersembunyi," kata Noey seketika saat mengamati apa yang tengah berkedip-kedip merah. Karena jaraknya cukup jauh, dan tersembunyi membuatnya tidak bisa terlihat.

"Min-na, kau bisa menemukannya?"

"Butuh waktu lama, Noona," kata Min-na, memanggil Awan dengan sebutan Noona yang berarti kakak perempuan dalam bahasa Korea. "Tapi, aku akan mencobanya,"

"Olmana?" tanya Awan, yang berarti berapa lama.

"Lima belas menit," kata Min-na.

Awan dan Noey masih mengamati Tkp sambil menunggu Min-na membobol kamera tersembunyi tersebut. Sesekali kami selalu mengamati tempat yang sama, membuatku selalu beradu pendapat dengan pria itu.

Awan ingin mengumpat, tapi di tahan olehnya, dia harus sabar menghadapi pria itu, dan menahan diri itu sangat susah.

"Yes… Berhasil," kata Min-na seketika membuat Awan dan Noey langsung melihat ke arah apa yang di temukan oleh Min-na.

"Benarkah? Coba ku lihat," kata Awan sambil melihat rekaman yang berhasil di bobol oleh Min-na.

Kini mereja melihat rekaman tersebut. Mata Awan da Noey terfokus terfokus pada sebuah rekaman yang begitu menarik. Hingga membuat darah Awan seakan bersemangat, sedangkan Noey mengepal tangannya dengan erat.

Adegan pembunuhan yang begitu sadis terlihat di sana, memicu adrenalin milik Awan. Begitu sempurna, dia menyukai hal itu. Sedangkan Noey tidak tega melihat seorang wanita di perlakukan secara sadis.

Sedangkan pemilik kamera itu, langsung saja terkejut, karena kamera yang di pakainya itu, di ketahui.

"Uwa," kata Awan begitu melihat adegan di dalam rekaman itu, hanya kata itu yang terpikir di kepala Awan melihat rekaman tersebut.

"Kau akan tetap disini?" tanya Awan tanya Awan pada Noey yang masih mengamati vedio tersebut.

"Bukan urusanmu," kata Noey dengan ketusnya. "Kirimkan padaku rekaman ini," kata pria itu lagi kepada Min-na.

Awan hanya menatap tidak suka, pria itu seakan tengah memancingnya untuk mengeluarkan amarahnya yang meledak-ledak.

Awan mengelus dadanya, yang di balik mantel yang dipakai olehnya itu. Dia begitu sulit mengontrol emosinya, ketika berada satu dengan pria itu.

"Min-na, aku butuh rekaman CCtv, utamakan rekaman Cctv selama sebulan sebelum kejadian, dan dua hari ini. Kau mengerti bukan?" kata Awan, memberikan perintah dengan jelas dan memberikan pertanyaan untuk memeriksa jika anak remaja itu mengerti. "Periksa riwayat internet, telfon, tempat-tempat yang dikunjunginya atau dia membeli ponsel lain. Jangan lewatkan apapun itu, sekalipun menurutmu itu tidak penting," kata Awan sambil keluar dari Tkp.

Kenangan tentang berada di TKP, membuatnya ingat pada seseorang yang bisa mengubahnya menjadi saat ini. Membawanya ke negara yang saat ini di pijaki olehnya.

Untuk apa? Mencari kebenaran kasus itu, mencari tentang seseorang yang membunuh pria itu.

Waktu bersama denganmu hanya sebentar saja, tapi begitu banyak moment yang tinggal kenangan, dan terukir di memori otakku.

Menyesakkan dada, tidak ada kisah yang romantis seperti dalam drama Korea, yang ada hanyalah berada satu TKP, memecahkan kasus dan juga bercanda, walaupun sesekali makan, dan jalan bersama.

Langkah kakinya, berganti kiri dan kanan, melangkah maju menuju parkiran bawah tanah Apartement. Sesekali kenangan menyibak memori yang membuatnya ingin berada di masa lalu.

Potongan memori yang ada, hanya sebagian kecil dari apa yang di ingatnya, wajah dalam ingatannya begitu kabur, tidak jelas, hanya nama. Dia bahkan tidak memiliki foto apapun.

Ketika hendak mengeluarkan mobil dari parkiran bawah tanah gadis Mu'alaf itu tidak sengaja berpapasan dengan Noey.

Karena ketidak mahirannya, membuatnya hampir bertabrakan dengan mobil pria itu yang tiba-tiba melaju dengan kecepatan untuk keluar dari parkiran bawah tanah.

"Yaakk... Kau gila? Minggir. Aku buru-buru. Kau menghalangi jalanku saja," kata Noey dengan nada tinggi, membuat seketika hati Awan seperti tertusuk jarum. Sakit.

"Gadis ini, kenapa selalu bertemu dengannya di mana-mana," gerutu Noey sambil memutar setir miliknya, dan menghindari mobil Awan dan pergi.

"Dasar pria menyebalkan," gerutu Awan. "Awas saja, jika aku menang aku akan melemparkanmu ke kandang buaya," dia kehilangan kontrolnya sampai membuatnya mengumpat pria itu.

"Yak. Kau membuatku kaget," umpat Awan tiba-tiba terkejut karena Neoy dan mengusap dadanya. Pria itu memompa emosinya, membuatnya ingin meledak-ledak lagi dan lagi.

Bersambung …


next chapter
Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C12
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen