App herunterladen
58.97% Overdosis: Samuel/Ah-duken / Chapter 23: Chapter 23 Samuel/Ah-Duken

Kapitel 23: Chapter 23 Samuel/Ah-Duken

POV: Misi Magang Pertama Kali

"Baiklah hari ini adalah penentuan nya," kata Hycan yang berdiri bertiga bersama Jin dan Samuel di pabrik pertemuan itu.

"Penentuan apa?" Samuel menjadi bingung.

"Dengar ini, kau orang baru, kita ini adalah tiga dari salah satu pimpinan agen. Kita pimpinan, tentu saja kita bebas melakukan apapun, karena berhubung di sini semua tugas itu sudah di selesaikan banyak anggota agen, jadi kita para atasan hanya bisa bersantai karena itu memang pekerjaan kasta atas," kata Jin.

"Tapi bukankah aku agak aneh jika langsung bergabung pada kalian?" Samuel menatap.

"Kau tidak akan bergabung pada kita, tapi kau akan bergabung pada salah satu di antara kita. Sebelum kau memilih ikut aku atau Jin, kita bermain main dulu saja sebagai detektif penyamaran di sini, sekali kali kita butuh hiburan," Tambah Hycan.

". . . Baiklah, aku hanya akan ikut saja," Samuel menjadi mengangguk manut.

"Baiklah, kalian akan aku tugaskan berdua di sebuah sekolah buruk nomor 2 di kota ini, aku harap kalian menggunakan otak kalian dengan baik dalam pekerjaan ini, mari kita lihat. Apakah Jin yang senior yang lebih baik atau malah Samuel yang masih junior," kata Hycan yang memberi tugas pada mereka.

"Tunggu, jika kita bertugas, lalu kau apa?" tatap Samuel.

"Sudahlah, ayo pergi," Jin menarik tangan Samuel lalu Hycan melambai dengan wajah senyum nya itu.

--

"Sekolah ini adalah sekolah terburuk nomor dua di negara ini, sungguh sangat buruk, dulu pernah ada teroris mengebom tempat ini, seharusnya sudah tertinggal, tapi kepala sekolah kurang kerjaan itu benar benar membangun kembali tempat ini, alhasil yang masuk ke sini semuanya tercemar.... Termasuk siswa nya yang jadi sangat buruk," kata Jin bersama Samuel yang menatap gerbang besar sekolah itu.

"Yang aku lihat, sekolah ini tampilan nya baik, sama seperti sekolah mewah, semuanya tampak bagus...."

"Itu hanya sekedar tampilan agar membohongi orang orang... Memang sekolah nya bagus, tapi siswa maupun gurunya, tak bisa bersahabat...." balas Jin membuat Samuel terdiam menelan ludah.

"Lalu, apa yang harus kita lakukan?"

"Lakukan beberapa tugas ini untuk mendekati siswa... Yang paling penting, di sini tidak boleh ada ponsel maupun rokok dan yang lain nya, mulai dari sini, kita akan berpencar, mari kita buat masing masing bisa mengalahkan keterpurukan siswa siswi itu," kata Jin lalu Samuel mengangguk serius. Lalu dia memakai masker hitam nya membuat Jin bingung.

"Kenapa pakai masker, kau hanya akan menutupi wajah ganteng mu," tatapnya.

". . . Aku tidak mau terlihat seperti pria brengsek," Balas Nya lalu pergi duluan membuat Jin bingung dengan perkataan itu tadi.

Di sekolah itu, mereka berdua berpencar dan menyamar menjadi guru pengganti baru.

"(Hal pertama yang harus aku lakukan adalah menyita HP semua murid si sini,)" pikir Jin yang berjalan sendirian ke kantin. Dia benar benar terlihat seksi dengan pakaian gurunya.

"(Baiklah, tempat ini cocok.) Eh HP aku di mana yah...?" Jin merogoh saku dengan bingung dan di saat itu ada muncul tiga orang siswa yang sedang asik pulang istirahat sambil membawa bola sepakbola dan makanan.

"Ada apa teach?" mereka mendekat. Sepertinya mereka tertarik mendekat karena Jin memang menggoda.

"HP aku di mana yah aku lupa... Bagaimana jika kalian semua telepon nomor ku?" tatap Jin.

Seketika mereka langsung mengeluarkan HP mereka. "Nomor HP nya teach berapa?" tanya mereka. Seketika Jin tersenyum kecil dan mengambil ponsel mereka semua membuat mereka terkejut.

"Biar aku sendiri, dilarang bawa HP saat ada di sekolah ini," tatap nya yang seketika pergi membuat tiga orang itu menjadi terdiam. Itu trik yang luar biasa untuk menyita ponsel.

Karena hal itu, rumor soal pengambilan HP itu menyebar dalam beberapa jam.

"Eh, aku dengar, ada guru baru yang cantik, dia tak segan segan mempermainkan murid untuk di ambil ponselnya."

"Sebaiknya kita jaga jaga jika dia datang ke kelas..." mereka mulai bergosip.

Sesampainya di kelas, Jin langsung ada di depan kelas, seketika semua murid menyembunyikan HP mereka di kolong meja.

"Ulangan kali ini, kalian ada di urutan ke tiga, untuk merayakan nya, aku punya hadiah untuk kalian," kata Jin seketika semua murid langsung mengeluarkan HP mereka. Mengetik pesan bahwa akan ada hadiah, istilahnya pamer di media sosial.

Tapi di saat itu juga, Jin tersenyum kecil. "Hadiahnya adalah..... Kumpulin HP kalian satu persatu di meja," tambahnya.

"Aaaapa!!" Semua siswa langsung kecewa dan terpaksa memberikan HP mereka pada Jin.

"(Haha.... Aku memang pandai dalam hal ini,)" Jin tertawa dalam hatinya dengan buas.

Setelah semua mengumpulkan, ia membuka buku.

"Baiklah.... Mari kembali ke pembelajaran," ia mengambil kapur akan mengajari semua siswa di papan tulis kapur.

Tapi siapa sangka, ada satu siswa laki laki yang menundukkan wajahnya melihat ke kolong meja.

"(Untung ada HP cadangan,)" pikirnya yang rupanya bermain HP di kelas.

Tapi siapa sangka hal itu di lihat oleh Jin, ia berjalan mendekat di sampingnya membuat siswa itu menoleh perlahan dari asiknya main HP seketika ia terkejut tidak karuan melihat Jin ada di samping nya.

"Beruntung sekali aku tidak melempari mu kapur," kata Jin sambil mengulur tangan. Lalu dengan pasrah, siswa itu memberikan ponselnya.

Tapi dia seperti tak mau melepaskan ponselnya membuat Jin kesal. "Kau mau aku pukul penggaris rotan?!" Jin menatap memaksa membuat Siswa itu ketakutan dan melepaskan HP nya.

"Sensei, jangan lakukan itu, kemana HP kita akan pergi?" salah satu dari mereka bertanya dengan nada protes.

Lalu Jin menghela napas panjang. "Tentu saja aku akan memberikan nya setelah kelas ku berakhir, aku tidak akan memberikan nya pada OSIS maupun melaporkan nya pada kepala sekolah, ini hanya rahasia kita ya, aku hanya menyita sementara," kata Jin.

Seketika dari mereka senang karena ponsel mereka pasti akan di kembalikan, hingga mereka menjadi serius dalam belajar demi ponsel yang akan mereka ambil. Metode seperti itu memang wajib di coba.

--

Sementara itu ada seorang guru wanita yang menangis sambil keluar dari kelas. "Huhuhu gak kuat, mau mengundurkan diri saja!!"

Di sana, samuel yang melihat itu menjadi terdiam bingung. Di saat itu juga ia bertemu dengan kepala sekolah. "Oh Guru Samuel," dia menyapa lalu Samuel menoleh dan berjabat tangan dengan nya. "(Baru ke sini saja sudah di panggil guru.)"

"Selamat pagi Guru Samuel, mulai sekarang kau akan mengajar di kelas itu tepat guru tadi keluar. Kau sudah tahu bagaimana suasana nya kan yang membuatnya menangis menyerah begitu... Apa anda yakin menerima murid tak patuh seperti itu?" tatap kepala sekolah.

"(Aku sih ya ya tidak apa apa, tapi ini pekerjaan benar benar memaksa ku.) tak apa, aku akan melakukan nya."

"Baiklah, pertama yang harus anda lakukan adalah menyita HP mereka dan menghentikan mereka yang makan di kelas, itu pun jika mereka mau," tambah kepala sekolah.

"Jangan khawatir, akan ada dua round di sini.... Kita akan mulai round pertamanya," kata Samuel.

Terlihat Samuel masuk ke kelas itu yang benar benar berisik. Di sana ia langsung ke depan kelas. Sudah jelas semua murid di sana hanya mengobrol sendiri sendiri.

"Ehem.... (Ini.... Lebih baik aku menarik perhatian mereka dulu,)" pikirnya yang mulai berasa di cuekin lalu tiba tiba ada buku terpukul di meja membuat semua siswa menoleh ke depan.

"Ah bagus.... Sangat sulit juga ya jika harus pakai suara keras untuk menarik perhatian kalian," kata Samuel.

"Siapa dia?" semua siswa menjadi bergosip sendiri sendiri.

Lalu datang kepala sekolah tadi. "Kalian semua, ayo kita tepuk tangan untuk sambut Tuan Samuel yang menjadi guru pengganti sementara," ia mendekat berjabat tangan dengan Samuel di depan mereka.

"Senang sekali, bagaimana jika foto.... Kalian foto kan semua ya," kata Samuel yang mendekat ke kepala sekolah dan berpose. Seketika semua siswa mengeluarkan ponsel mereka akan memotret. Di saat itu juga Samuel tersenyum kecil menaikan kaca mata nya. "Kamu, kamu, kamu, kalian semua serahkan ponsel kalian," ia menatap. Seketika semua siswa terkejut.

Tips yang cerdik, gak perlu banyak bicara, HP sudah di tangan. Hingga semua siswa harus pasrah memberikan ponselnya.

"Wah Tuan Samuel benar benar hebat, kalau begitu aku tinggal dulu," kata kepala sekolah. Lalu Samuel mengangguk dan kepala sekolah bisa keluar.

"Baiklah, mari mulai pelajaran nya," Samuel mulai membelakangi mereka untuk menulis materi di papan tulis.

Tapi siapa sangka ada yang diam diam makan di kelas. Samuel yang mendengar itu dengan indra tajam nya menjadi melirik dan berpikir.

"(Sepertinya round 2 sudah di mulai,)" ia berbalik badan mendekat ke lelaki yang diam diam makan itu. Tapi lelaki itu menyembunyikan makanan nya menatap menantang samuel dari mejanya.

"Sini makanan nya."

Bukan nya memberikan makanan itu, lelaki itu malah menantang. "Kalau bisa ambil tanpa tangan, saya bakal dengerin pelajaran nya."

Lalu samuel terdiam. "(Ouh mencoba mempermainkan ku rupanya, hanya bocah biasa.) Kalau kau taruh makanan nya di meja, aku bisa balikin tanpa tangan," kata Samuel. Dia yang bergantian menantang.

Lelaki itu percaya dan meletakan makanan nya itu di meja. "Coba cepat."

Tapi Samuel malah mengambil makanan nya itu dengan mudah. "Belajar yang bener."

"(Apa?)" lelaki itu baru sadar ia dipermainkan padahal ia mau mempermainkan Samuel tapi malah sebaliknya. Dia benar benar pandai mempermainkan semua siswa. Tidak hanya dia, tapi Jin pun juga begitu, sepertinya mereka bisa menyelesaikan tugas main main itu.

Setelah selesai, Samuel kembali bertemu dengan kepala Sekolah yang menyapa. "Tuan Samuel."

Hal itu membuat Samuel berhenti dari langkahnya dan menatap nya.

"Sebenarnya aku ingin bilang, ada kelas yang lebih buruk dari pada ini," tatapnya membuat Samuel terdiam.


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C23
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen