Biip, biip,biip.
Suara alarm membangunkanku dari mimpi indahku. Aku perlahan membuka mata dan mulai mengumpulkan nyawa yang masih melayang di dunia mimpi.
"Kevin, cepat bangun dan bersiap. Hari ini adalah harimu pergi ke sekolah" Suara ibu terdengar dari lantai satu mengingatkanku bahwa hari ini adalah hariku pergi ke sekolah.
'Selamat pagi tuan' Suara Rina memasuki telingaku membuat nyawaku semakin berkumpul dan menyadarkanku dari tidurku. Aku perlahan mulai bangkit dan mencoba meregangkan tubuhku.
"Selamat pagi Rina" Balasku menyapa Rina.
'Hari ini cuaca sangat cerah, cocok untuk kegiatan di luar rumah' Balas Rina memberi tau laporan cuaca untuk hari ini.
"Terima kasih" Balasku sembari mengambil handuk dan bersiap untuk pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Hari ini adalah hari dimana aku akan masuk ke sekolah baru dan juga hari di mana upacara kedewasaanku akan di lakukan.
Aku tak berharap banyak pada hasil yang akan keluar dari upacara kedewasaanku karena aku hanya orang biasa. Namun tetap saja aku masih berharap untuk mendapatkan soulpower yang akan berguna untuk kehidupan sehari-hariku setidaknya.
Setelah aku selesai membersihkan diri aku lalu ke lemari pakaian dan mengambil sebuah pakaian yang diberikan oleh sekolah tempatku akan bersekolah. Pakaian itu sangat rapi dengan kancing yang berwarna putih. Warna dasar baju itu juga berwarna putih dengan corak hitam yang menghiasinya. Di bahu ada warna merah menyala yang melambangkan keberanian dan ketegasan. Celananya juga berwarna putih yang bersih dan terlihat sangat bagus. di belakang baju ada sebuah lambang dari sekolahku yang memiliki pedang dan tongkat yang saling bersilangan melambangkan prinsip sekolah yang mengandalkan sihir dan ilmu berpedang dalam pembelajarannya. Di bawah lambang ada tulisan nama sekolah itu Bima sakti dengan sebuah galaksi berada di belakang tulisan itu.
'Cukup bagus untuk di pakai' Fikirku dan memakai pakaian itu. Setelah memakainya aku langsung turun ke lantai pertama dan bergabung dengan mereka untuk sarapan. Saat aku sampai di lantai satu, aku melihat ibu dan saudara-saudaraku sudah di meja makan menungguku untuk bergabung.
"Kami selalu harus menunggumu untuk makan, kenapa kau selalu telat" Protes Paula ke arahku.
Aku hanya bisa tersenyum minta maaf sembari menuju ke kursi ku untuk duduk. Setelah duduk, ibu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan ke kiri dan ke kanan. Aku lalu memegang tangan ibuku dan mengulurkan yang satunya ke samping yang lalu di pegang oleh Naula. Kami mulai menundukkan kepala dan berdoa.
"Terima kasih untuk kesehatan hari ini, terima kasih untuk makanan kami hari ini, terima kasih untuk kecerahan hari ini, terima kasih untuk berkah hari ini. Terima kasih karena telah memberi alam berkah yang melimpah, dan terima kasih karena telah memberi kehidupan ke keluarga kecil ini, demi nama dewi alam semoga hari ini menjadi berkah dan selalu dalam lindungan dewi alam" Ibuku memimpin doa untuk kami berlima.
Setelah selesai berdoa aku langsung mengambil alat makan dan makan-makanan masakan ibu. Menu hari ini adalah seafood. Tetap, setiap aku memakan makanan dari ibu entah kenapa selalu saja enak. Tak ada kata lain yang menggambarkan rasa dari makanan yang dimasak olehnya selain enak. Saat makanan itu masuk ke mulutku, makanan itu seperti meleleh dalam mulutku dan membuatku tak dapat berhenti mengunyah. Saat suapan pertama masuk, suapan selanjutnya seperti datang sendiri dan menggantikan suapan sebelumnya yang telah tertelan.
Saat memakan makanan ibu juga aku merasa energi yang telah habis, seperti diisi kembali. Kelelahan yang timbul akibat kegiatan kemarin seperti terhapus membuat tubuhku menjadi penuh dengan energi dan merasakan semangat menggebu-gebu.
Setelah kami berlima selesai makan, aku membantu ibu untuk membereskan makanan dan kami berlima pergi untuk keluar. Ibu memakai seragam kerjanya dan bersiap untuk berangkat ke kantor sedangkan aku, Paula, dan Naula memakai seragam yang mirip, kecuali tentu saja bawahan mereka. Bawahan dari sekolahku Paula dan Naula adalah sebuah rok mini yang menutupi sampai ke atas lutut membuat penampilan mereka berdua semakin menarik. Sedangkan untuk Diana, dia memakai baju putih dan memiliki rok mini juga di bawahnya.
Kami berlima lalu keluar dari rumah, dan tak lupa mengunci pintu. Saat keluar kami disambut dengan seorang supir dan sebuah mobil yang sedikit besar namun modis di depan rumah. Itu adalah mobil ibu yang di desain khusus oleh ayahku untuk keluarga kami. Mobil itu berada di rumah ibu yang sebelumnya, dan setiap pagi akan selalu menjemput kami ke rumah ini untuk mengantar kami ke tempat yang akan kami tuju.
"Selamat pagi nyonya, semoga pagi yang indah" Kata supir itu sembari membungkuk sedikit dan membukakan pintu untuk kami.
"Terima kasih" Ibu sedikit mengangguk dan mengucapkan terima kasih ke arah supir itu.
"Selamat pagi pak" Aku dan saudara-saudaraku juga mengucapkan selamat pagi ke arahnya dan memasuki mobil kami. Mobil itu terlihat sederhana dari luar, namun saat kau memasukinya kau akan di bikin terkejut karena kelengkapan fasilitas di dalamnya. Ayahku mendesain mobil itu untuk keperluan keluarga kami dan membuat fasilitas di dalamnya sangat lengkap.
Setelah kami berlima masuk, sopir kami langsung mengantar kami ke tujuan pertama. Tak butuh waktu lama, kami sampai di tempat pemberhentian pertama yang mana Diana akan turun.
Tempat itu memiliki gedung yang sangat besar dan memiliki lambang pemerintah dunia di depannya. Jika kau berharap bahwa tempat kami berhenti adalah sekolah smp atau sejenisnya, kau salah. Diana adalah seorang anak jenius yang mana bahkan gurunya tak lagi bisa mengajari apapun kepadanya. Maka dari itu ibu menempatkannya ke tempat ini yang merupakan laboratorium penelitian milik pemerintah, yang sebenarnya dikendalikan oleh perusahaan ibu tiriku ini.
Diana adalah seorang anak jenius yang bahkan di akui oleh dunia, dia hanya bisa mendapatkan pengetahuan baru dari laboratorium tempat peneliti menemukan teknologi baru. Bahkan terkadang Diana ikut membantu dalam penelitian mengakibatkan namanya ikut dicantumkan dalam barang atau penemuan hasil dari penelitian.
Setelah menurunkan Diana kami berlanjut untuk pergi ke perusahaan yang dijalankan ibu. Jika lagi-lagi kalian mengira perusahaan itu hanya memiliki sebuah gedung pencakar langit tinggi yang menjulang menuju awan, kalian salah lagi. Tempat bekerja ibuku memang memiliki gedung pencakar langit, namun tidak hanya itu. Tempat perusahaan harimau putih berada memiliki total sekitar 50 gedung pencakar langit yang memenuhi satu blog di kota ini dan memiliki sangat banyak pegawai yang bekerja di dalamnya.
Setelah ibu turun barulah kami di antar ke sekolah tempatku, Paula dan Naula bersekolah. Saat kami tiba, kami disambut dengan kerumunan anak yang juga baru memasuki sekolah sama dengan kami. Aku, Paula, dan Naula lalu turun dari mobil dan melihat gedung sekolah kami yang sangat besar. Di taman depan gedung ada sebuah patung yang memegang pedang dan tongkat sihir. Dia memiliki penampilan seorang pemuda sekitar umur 25 tahun yang sangat gagah memegang keduanya.
Aku melihat sekeliling dan menemukan banyak anak seumuran dengan kami memakai seragam yang sama, beberapa anak masih diantar oleh orang tua mereka karena ini merupakan hari dimana mereka akan menjalankan upacara kedewasaan mereka.
Saat aku melihat-lihat sekitar, aku memperhatikan seorang anak wanita yang membawa sebuah bungkusan panjang di belakang punggungnya. Rambutnya yang dikuncir kuda membuatnya terlihat menarik. Wajahnya yang indah dan tubuhnya yang seksi membuat banyak mata melihat ke arahnya, namun saat mereka melihat lambang dari gelang yang di pakainya para penonton langsung mengalihkan tatapan mereka ke arah lain. Itu karena lambang yang di pakainya adalah lambang dari salah satu cabang keluarga besar. Keluarga Naga biru.
Aku lalu berjalan menuju ke lapangan yang mana akan digunakan untuk upacara penyambutan murid baru sekaligus upacara kedewasaan kami. Di tempat itulah nanti akan diadakan upacara untuk membangkitkan Soulpower dari pada murid baru yang akan langsung dicatat oleh sekolah dan dikirim ke pemerintahan. Sedangkan Paula dan Naula, mereka pergi dan mendatangi sekelompok anak wanita yang merupakan teman-teman mereka.
Saat aku berjalan sendiri aku tak lupa juga memeriksa sekeliling untuk memperhatikan nama-nama yang ada di laporan para 10 perintah tuhan. Saat aku tengah santai aku tiba-tiba melihat seorang anak laki-laki yang tengah bermesraan dengan pembantunya yang mengenakan pakaian maid yang bercorak hitam putih. Namun anehnya, di belakang baju pembantu itu ada lambang dari sekolah Bima sakti ini yang menandakan bahwa dia adalah salah satu murid di sini.
Aku tau betul siapa anak laki-laki itu yang tengah mengumbar kemesraan di tempat umum itu. Tanpa basa-basi aku langsung mendatanginya dan memukul belakang kepalanya dengan tanganku.
Plaaak.
"Apa yang kau lakukan mengumbar kemesraan di tempat umum dengan maid mu ini?" kata ku. Tamparanku membuatnya terkejut dan berbalik dengan cepat sembari memasang raut muka marah. Namun saat tau itu adalah aku, dia tersenyum bodoh dan berkata.
"Oh Kevin, hehe. Maaf aku tak tau bahwa kau di sini. Uggh, kenapa kau selalu menampar kepalaku setiap kali kita bertemu?" balasnya memprotes tindakan ku.
"Apa kau mau aku tampar lagi?" Tanyaku dan mengangkat tangan untuk menakutinya.
"Ahh aku hanya bercanda, bercanda" Jawabnya ketakutan.
"Selamat pagi tuan Kevin" Pelayan laki-laki itu lalu membungkuk dan memberi hormat ke arahku. Aku hanya mengangguk dan menyuruhnya untuk tidak bersikap formal.
"Bagaimana keluargamu?" tanyaku kembali ke arah anak itu.
"Semua baik. Ibu dan ayah berhasil menaiki tangga kekuasaan di keluarga dan sekarang menjadi salah satu orang yang dipercaya oleh kepala keluarga cabang" Jawabnya dengan hormat.
"Hummm, kau tak mengecewakan memang" Balasku.