App herunterladen
1.54% not a same / Chapter 6: Dia pergi

Kapitel 6: Dia pergi

Alya side

Akhirnya hari itu tiba. Mimpi buruk yang sesungguhnya telah benar-benar menghampiriku kini.

Aku tak tau harus berbuat apa. Benar-benar tidak ada yang bisa aku lakukan, aku hanya bisa pura-pura setenang Mungkin dan biasa saja dengan semua yang akan Aku lewati beberapa Saat lagi, karena Aku pikir siapalah aku, aku tak bisa menahan nya untuk mengejar mimpinya dan memintanya untuk terus memeluk ku seperti biasanya ketika aku membuthkannya. ah Bodoh Bahkan untuk menyatakan perasaan sialan INI pun Saat INI aku tak sanggup Dan Tak bisa.

Saat INI logika INI mulai beeputar seperti mesin rusak, Dia mualai berpikir tentang Hal Hal aneh, Aku pikir. Dulu aku menyembunyikan perasaan ku karena takut ia akan pergi meninggalkan ku. Namun lihatlah APA yang akan terjadi kini, apa yang terjadi?

Bahkan dengan perjuangan sekuat hati dan pikiran  untuk tidak ketahuan pun tetap tidak bisa menahannya pergi. Dia tetap pergi, dan Aku yakin dia tidak pernah tau perasaan ku,

namun mengapa, mengapa dia tetap pergi?. Mengapa semua orang pergi meninggalkanku disaat aku membutuhkan mereka?. apakah sekarang aku benar- benar jadi sebatang kara?,

Apakah aku memang Sudah ditakdirkan menjadi seseorang yang tercipta untuk menjadi sebatang kara. Ah entah lah. Rasa mual itu mulai datang lagi.

KinI Aku sendirian di ruangan ini. mencoba meresap semua memory yang pernah terjadi disini. Tempat ini mungkin telah menjadi saksi dalam banyak kisah, namun sepertinya hanya kisahku yang terasa sangat sedih dan pengecut. Ah ntah lah, bukankah ketika seseorang terpuruk mereka hanya bisa merasakan sakit yang ia rasakan tanpa tau sakit yang orang-orang lain rasakan disekitarnya.

Gadis pulang. Ah pulang, ya pulang tidak bisakah dia menjadikan aku rumah seperti aku menjadikannya rumah ternyaman untukku. Aku janji akan menjadi rumah yang nyaman pula untuknya. Tidak bisakah begitu saja.? Dan Dia akan selalu pulang kesisiku.

Ia menyapaku selewat lalu seperti biasa bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ah gadis yang sangat bersih, rapih dan telaten.

Setelah selesai membersihkan diri dan berganti baju nya menjadi Kaos oblong kesukaannya ia pun langsung rebahan di kasurnya. Wajahnya tampak lelah, Mungkin karena banyak hal yang ia harus bereskan seharian INI Dan beberapa Hari belakangan. Kopernya telah rapih tersusun berdiri tegap di sebelah dipannya yang kokoh.

Dengan ragu aku memutuskan untuk menghampirinya. lalu Perlahan merebahkan diri di sampingnya.

Gadis yang telah memejamkan mata mengalihkan wajahnya ke wajahku lalu menatap ku lekat, kami hanya terdiam Dan berbagi pandang, ia dengan wajah lelahnya dan aku dengan wajah sedihku. Kami terdiam cukup lama. Seolah saling mengumpulkan energi untuk memulai pembicaraan.

Atau kami hanya ingin menghabiskan waktu begini saja. Mencoba menyimpan semua memory sebelum jarak benar-benar memisahkan kita. ah bisakah Tak ada Kata jarak Diantara Kita Tak bisakah waktu berhenti saja Dan membiarkan Kami Terus begini.

Dan malam ini, sialnya berjalan sangat cepat, lebih cepat dari biasanya. Ntah berapa kali aku mengutuki waktu yang terus berlari tampa mau menunggu kesiapan hatiku, walau berulang Kali Aku memohon padanya untuk berhenti sejenak.

Malam ini adalah malam terakhir untuk kami bisa bersama dikamar ini. Perlahan aku bisa merasakan pelukan gadis, ah sangat nyaman dan hangat. Air mataku mulai mengalir kami tidak berkata apa-apa . Pelukan ini seolah sudah menjelaskan semuanya. Sebuah pelukan salam perpisahan. Sebuah pelukan yang mengambang Dan ntah APA maknanya untuknya. yang jelas pelukan INI Sangat berharga bagiku. Dan rasanya Aku Tak Mau pelukan INI berakhir.

*********

Esok nya semua orang telah datang ke kosan kami. Bahkan ayahnya yang menentang kepergian gadis study keluar negri pun hadir. Kakaknya dan anya tampak serius mengobrol diluar dengan gadis. Jadwal flight gadis baru nanti malam. Namun semua orang telah kumpul dari siang hari.

"Trimakasih ya nak alya, sudah nemenin gadis selama ini. Maaf kan kalo dia sedikit keras atau membuat nak alya tersinggung" ujar ibu gadis yang sedari tadi sibuk memastikan bawaan gadis.

Aku menggerakan tangan tanda tidak setuju. 2 tahun bersama gadis sangat jarang keras padaku . Mungkin terkadang dia menyebalkan. Namun aku yakin aku lebih menyebalkan darinya.

Sore hari semua keluarga gadis sudah pulang ke kotanya. Gadis menolak diantar sampai bandara.

"Norak" katanya "aku ini mau kuliah buakan mau pergi ke medan perang, lagian sekarang ada android yang bisa menyatukan kita. Gausah lah pake anter-anter gitu. Lagian pesawatku tengah malem. Nanti kalian malah cape" ujarnya kemudian.

Dan akhirnya hanya aku, ujo dan deva yang mengantar. Karena ujo terus mendesak dia bilang dia sudah susah payah pinjem mobil ke senior untuk malam ini. Mubazir kalo ga dipake. Membuat gadis sulit menolak

Hampir tengah malam. Pesawat gadis baru akan berangkat jam 1 dini hari. Sedari tadi kami asik nongkrong di salah satu cafe bandara. Sambil menunggu waktu check in. Dava dan ujo asyik mengenang persahabatan mereka dengan gadis. Mereka pun berjanji akan menjenguk gadis kesana nanti ketika libur semester

"Loe mau ikut dek?" Deva menatapku semangat. Lalu mereka membahas ini itu sampai membahas tujuan wisata ketika mereka kesana nanti. Gadis hanya tersenyum melihat semangatnya kedua sahabatnya. Dan aku, aku hanya memandengarkan sambil sesekali mencuri pandang.

Waktu untuk check in pun tiba. Gadis bergegas untuk masuk ruangan boarding. Memeluk kami satu persatu lalu tergegas masuk. Namun aku tak bisa berpisah begitu saja ini terasa tak adil bagiku. Aku menarik gadis ke tempat sepi dava dan ujo hanya memperhatikan tanpa mengikuti. Di lorong sepi itu aku menangis sambil memeluk gadis erat. Gadis mencoba menenangkan. Namun air mataku tak berhenti. Tidak, tidak bisa begini. Aku takbisa membendung perasaan ku lagi. Tampa pikir panjang aku mendekatkan wajahku ke wajah gadis lalu mencium bibirnya. Aku tak perduli apa yang ada dipikiran gadis. Toh aku lakukan atau tidak pun dia tetap pergi. Gadis mendorong ku menjauh. Aku tak tau harus berkata apa.

"I love u dis" ujarku , lalu berlari menjauh darinya. Aku tak mau mendengarkan apa yang akan gadis ucapkan kemudian. Biarlah. Biarkan ini menjadi kesalahan fatal. Aku tak perdulilagi aku hilang akal.

Gadis tak mengejarku karena harus segera masuk ke ruang boarding.

Dan aku, aku hanya berjalan lurus tidak menoleh sedikitpun. Kakiku mulai lemas. Dava dan ujo yang telah didepanku menuntunku . Mereka tak tau apa yang terjadi. Mereka hanya mengira aku sangat sedih akan tinggal sendiri. Membuat janji akan mengunjungiku setiap hari.


next chapter
Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C6
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen