Flashback
Siang itu hujan turus dengan deras, awan terlihat gelap dan matahari pun enggan untuk muncul. Laras tengah berdiri diantara rintiknya air yang mulai membahasi tubuhnya. Airmatanya yang berlinang pun tidak bisa ia rasakan, karena terpaan rintikan air hujan yang begitu deras.
Antara sebuah kesedihan dan kebahagian yang sedang meliputi hatinya, walaupun hasil persidangan memutuskan dirinya tidak bersalah. Tapi tetap saja bagi dirinya, masih banyak hal yang terlalu abu-abu.
"Hei... apa kau ingin mati disini?" Ucap seorang lelaki tua dengan jenggot putihnya yang tebal, mengenakan jas hujan yang berwarna hitam yang lusuh, mata hitamnya yang terlihat sayu memandangi Laras dengan aneh.
"Ahh... semakin banyak orang seperti kau. Entah dimana aku akan tinggal lagi." Ucap pria tunawisma tersebut dan berjalan menjauhi Laras.
***
Beberapa bulan sebelumnya
Laras bisa bernapas dengan lega, ketika gelang besi itu telah lepas dari pergelangan tangannya. Ia pun langsung memberikan pelukan erat pada Sarah.
"Aku sudah bebas? Apa benar, aku tidak sedang bermimpi, bukan?" Ucap Laras masih dalam pelukan Laras. Sarah langsung saja melepas rangkulan Laras, dan menggengam kedua tangan Laras.
"Kau sudah bebas, Larasa! Kau tidak perlu khawatir lagi sekarang." Jawab Sarah meyakinkan kembali.
Pintu ruang persidangan terbuka, membuat kedua wanita tersebut melirik ke arah suara pintu yang cukup menggelegar tersebut.
Seorang wanita datang dengan menggila, menarik rambut Laras dengan kuat bahkan memberikan sebuah tamparan yang kencang pada pipi Laras.
"KAU?! BAGAIMANA MUNGKIN KAU BISA BEBAS!!" Ucap Wanita tersebut dengan lantang.
Seorang anak laki-laki yang berada disebelahnya menatap Laras dan memperlihatkan ekpresi wajah yang amat datar.
"Kau tetaplah seorang pembunuh! Kau yang telah membunuh suamiku, bagaimana bisa kau bebas?!" Wanita itu lebih berteriak kembali, ia semakin menarik rambut Laras dengan erat.
"Mrs. Vivian, tolong kendalikan diri anda. Ini adalah hasil keputusan pegadilan, dan anda harus menerima dan menghormati." Sarah mencoba memisahkan Vivian dari Laras, tapi wanita itu semakin menjadi dan menggila.
Keributan pun terjadi, petugas keamanan datang dan membantu memisahkan mereka berdua. Laras masih saja syok dengan kejadian yang baru saja menimpanya.
***
Setelah Laras Bebas, dia melakukan pertemuan dengan Sarah
Hari yang cerah itu, Sarah menghubungi Laras untuk bertemu dengannya. Laras saat itu tengah mengandung tujuh bulan, perutnya semakin membesar dan kehamilannya sudah membuatnya semakin menjadi lelah untuk beraktifitas berat.
Sarah benar-benar mengkhawatirkan kondisi Laras saat itu, tapi sayangnya Laras selalu menolak bantuan yang diberikan cuma-cuma olehnya.
"Maafkan aku Sarah, karena aku. Banyak orang yang jadi tidak percaya denganmu." Ucap Laras kembali bersedih.
"Tidak apa-apa Laras, aku justru lebih mengkhawatirkan kondisimu. Apa kau yakin tidak mau menghubunginya? Alan harus tahu kalau kau sedang mengandung darah dagingnya!" Tanya Sarah dan ia memandang perut Laras yang sudah membesar.
Laras hanya terdiam, dan mengelus perutnya sendiri dengan perasaan yang sedih.
"Laras ada hal yang ingin aku katakan. Aku mendengar rumor, bahwa Marioline terlibat dalam masalahmu?
"Apa kau yakin, Sarah?" Mata Laras membesar, seperti sudah menduga.
"Belum ada bukti kuat mengarah ke wanita itu. Tapi lebih baik jika kau lebih berhati-hati dengannya. Kau harus memulai hidupmu yang baru, bukan?" Sarah masih saja memberikan tatapan cemas.
"Asal kau tahu saja, jika Alan melakukan sesuatu pada kasusmu." Sarah melanjutkan pembicaraannya.
"Apa maksudmu, Sarah?" Tanya Laras.
"Alan menyuap beberapa orang penting pada kasusmu, itulah sebabnya kau bisa bebas dengan cepat."
"APA, TIDAK MUNGKIN?"
"Untuk apa dia melakukan hal itu? Kenapa kau baru mengatakan sekarang, Sarah?"
"Aku tidak membunuh siapapun Sarah!! Apa kau juga tidak percaya padaku?" Laras sudah dengan marah dan meninggikan suaranya, bibirnya bergetar karena menahan kesal.
"Laras, semua bukti mengarah padamu. Walaupun dari hasil pemeriksaan, kau memang tidak berhubungan dengan Carlton Lewis. Tapi itu tidak cukup untuk membuatmu bebas, semua uangmu sudah habis! Dan kepada siapa lagi aku harus meminta bantuan, kalau bukan pada pria itu."
Laras menunduk dalam diam, pikirannya sedang berkecamuk memikirkan semua penjelasan Sarah. Ia bahkan memainkan jari jemarinya sendiri, larut dalam kebingungan yang sedang ia pikirkan.
"Vivian Lewis, sepertinya mendapatkan bantuan dari Aaron Prime. Kau tahu, terakhir kali hubungan kau dan Aaron juga tidak begitu baik. Ada baiknya jika kau menjauh dan tidak muncul kembali, aku hanya takut mereka berencana ingin memenjarakanmu lagi." Ucap Sarah. Dia meraih tangan Laras, berharap temannya mau mendengarkan nasihatnya.
Sarah kembali menyodorkan amplop yang sebelumnya Laras tolak, "Mulailah hidup barumu, aku tahu kau memerlukan biaya untuk membesarkan anakmu nanti."
Laras menatapi amplop dan wajah Sarah secara bergantian, ia menyangka bahwa ini adalah akhir bahagia dari hidupnya.
Kenyataannya, masih banyak rintangan yang harus ia hadapi. Laras harus masih terus berjuang, dan terus bertahan untuk keluarga kecilnya.
***Flashback end