Satu minggu berlalu akhirnya tiba saatnya Jian untuk berangkat ke Korea. Ini bukan kali pertama Jian ke Korea sebelumnya Jian juga pernah pergi ke Korea untuk berlibur dan menonton konser idolanya.
# Dirumah Jian.
" Semuanya udah beres kan? " Tanya Papa Joni pada Jian.
" Udah sih kayanya." Jawab Jian sambil memeriksa barang bawaannya.
" Jian tuh ceroboh banget yah Pak? " Tanya Rania Pada Bosnya.
" Tau sendiri kan pertama kali ketemu kamu juga gara-gara kecerobohan dia." Ledek Papa Joni.
" Tapi saya bahagia pak, berkat kecerobohan dia saya jadi pegawai bapak." Ucap Rania.
" Kalo sering kan jadi nyusahin juga." Tambah Papa Joni.
" Mulai Pap, mulai ngebuli anak nya." Ucap Jian dengan wajah sinis.
" Gimana besok gak ada kamu yah, Papap jailin siapa dong?" Tanya memelas Papap Joni.
" Noh Rania aja." Tunjuk Jian.
" Dikantor aja aku dijailin terus." Ucap polos Rania.
" Yang sabar yah!." Ucap Jian.
" Diem aja Dik?" Tanya Papa Joni pada Dika. yang sedang membantu membereskan keperluan Jian.
" Dika kepikiran Om, gimana nanti dia disana? Gimana kalo lupa kunci mobil, kunci pasword pintu, hilang KTP dan lainnya." Ucap Dika dengan wajah memelas namun dibalas dengan tahtapan mata Jian yang sinis.
" Biasa aja liatnya Ji!" Sahut Papa Joni.
" Itu tandanya Jian Pinter pak. Biasanya orang ceroboh dan pelupa punya iq tinggi. Terbuktikan Jian memang pintar." Jelas Rania membela Jian.
" Riset dari mana? itu mah tandanya kurang baca Asmaul Husna." Bantah Papa Joni.
" Ey emang anaknya pinter." Ledek Jian.
" Pasport udah Ji.?" Tanya Dika.
" Udah." Jawab singkat Jian.
" Buat list gi sana, takutnya ada yang ketinggalan repot tar besok." Ucap Dika.
" Hihihi kamu harus sabar ya ngadepin Jian." Ucap Papa Joni.
" Ia om, Saya tetap bertahan. Buat saya Jian perempuan langka yang harus saya lestarikan." Drama antara Dika dan papa Joni.
" Mulai deh kalian." Ucap Jian.
" Hihihi udah - udah jangan bercanda ayo kita selesaikan." Ajak Rania.
" Ia ayo, aku sudah lapar ni Om." Rengek Dika.
" Ia om juga sudah lapar kan? yang mau pergi Jian biarin Jian yang beres-beres sendiri kita makan yu?" Ajak Papa Joni.
" Jahat banget kaleaaaan. Sana-sana biarkan aku sendiri." Ucap sinis Jian.
" Hayu." Semua kompak dan meninggalkan Jian.
" Yaaaaaa " Teriak Jian.
Semua kembali duduk.
" Serem yah Jian? " Tanya Papa Joni. Semua tertawa melihat ekpresi Jian. Semua pada takut melihat wajah marahnya Jian.
Setelah selesai packing mereka melanjutkan makan malam bersama.
" Kamu nginep kan Ran?"
" Gak yah, besok aja aku kesini lagi buat nganter kamu." Jawab Rania.
" Bolak - balik Ran, Udah nginep aja." Ajak Jian.
" Aku gak di ajak yang? " Ucap polos Dika membuat Jian menghentikan suapannya dan menatap Dika, Papa Joni pun menatap Dika polos. Rania yang polos juga melakukan hal yang sama. Bukan karena Dika berniat menginap tapi kata " Yang" membuat Shyok semua orang. Mereka sudah tau bagaimana gaya pacaran Jian dan Dika.
" Oh yaudah Nginep aja di sini ada kamar kosong kok." Ajak Papa Joni membuat Dika melongo.
" Hah?" Heran Jian denga Papapnya.
" Ia, Kandang Jeni kan luas." Canda papa Joni yang mencairkan suasana tegang. Jeni adalah kucing milik Jian.
" Enak aja om ini, Ya aku dikamar Jian lah! " Ucap Dika menggoda papa Joni.
" Alah so so an mau dikamar Jian, paling kalian maen PS. Jangankan bobo bareng ciuman aja belum pernah." Ucap Papa joni yang membuat suasana menegang.
" Papap. Teriak Jian.
" Apa sih Ji teriak-teriak sakit ni kuping Papap." Ucap Papa Joni yang kesakitan. Dika mengambil minum dan meneguknya perlahan. Jian tak berani menatap Dika begitupun sebaliknya.
Tiba-tiba telepon gengam milik Rania berbunyi.
Dan Rania pamit untuk mengangkatnya.
" Kenapa yah?" Tanya heran Papa Joni.
" Ni kebiasaan ni kalo dah gini. Satu, dua, ti...?" Jian menghitung seperti sudah memprediksi apa yang akan terjadi.
" Pak, Maaf." Ucap Rania namun terpotong oleh Papa Jian.
" Ia siap, Aku siap-siap dulu. Kalian lanjutin makan yah, Papap sama Rania nemuin klien dulu." Ucap Papa Joni yang bergegas meninggalkan meja.
" Baru dua suap pap!" Sebut Jian yang khawatir kepada papanya.
" Ia, Gak papa bentar lagi kita mau makan malam juga sama klien, gak enak kalo gak dateng." Ucap Rania.
" Udalah lah kita makan aja." Ajak Dika pada Jian. Namun perasaan mereka sedikit canggung karena kejadian tadi.
" Hmmm." Jian hanya mengangguk dan melanjutkan makanannya.
" Ji Aku pinjem baju kamu yah? " Tanya Rania.
" Ya, Ambil aja." Jawab Jian singkat.
" Kenapa Rania gak tinggal disini aja? " Tanya Dika ke Jian.
" Ia juga yah, Kan nanti ada yang jagain Papap." Pikir Jian.
" Emang Rania mau? Mungkin dia akan cangung kalo gak ada kamu!" Pikir Dika.
" Ia juga yah, Tapi gak ada salahnya juga yah aku bujuk dia untuk nemenin papap. Rania kan dan jadi kepercayaan Papap terlebih lagi dia udah kaya Kakak perempuan aku." Jelas Jian.
" Dia benran udah pernah menikah?" Tanya Dika penasaran.
" Ya." Jawab singkat jian.
" Kamu tau mantan suaminya siapa?" Tanya lagi Dika.
" Gak, aku gak berani nanya-nanya masal lalunya dia. Takut tersinggung." Jawab lagi Jian.
" Ya bagus lah, Kalo dia gak cerita jangan nanya." Perintah Dika. Sebenernya Dika termasuk orang yang cuek dan tidak terlalu kepo masalah orang lain, Dika hanya merubah suasana saja agar tidak canggung.
" Bi bantuin beresin yah." Panggil Jian pada asisten rumah tangganya bi Aneu.
" Ya teh." Jawab singkat bi Aneu. Dia asisten rumah tangga yang sudah bekerja dua puluh yahun lamanya dan tetap setia bekerja dirumah Jian.Bi aneu juga yang mengurus Jian sejak kecil. Bi aneu menikah dengan mang Maman Supir pripadi papa Joni mereka tinggal bersama di rumah Jian. Anak-anak bi Aneu sudah menikah namun bi Aneu dan mang Maman masih setia bekerja di rumah Jian.
" Aku ngeroko dulu di luar yah? " Pamit Dika untuk merokok di halaman belakang.
" Ia, Aku bantuin bi Aneu dulu yah? " Ucap Jian.
" Gak papa teh biar bibi aja yang beresin." Sanggah bi aneu yang tak membiarkan Jian membantunya.
" Jangan ah kasian bi Aneu seharian bantuin Jian, Sekarang Jian yang bantuin bi Aneu." Balas lagi Jian. Padahal sebenarnya Jian menghindari Dika karena Jian masih merasa canggung.
Jian membereskan meja. Terlihat Dika yang duduk di dikursi taman belakang, Sesekali Jian menatapnya.
" Kok bisa pria tampan itu jatuh cinta padaku? Selama ini dia yang paling sabar, penuh perhatian untuk ku. Namun apa yang ku lakukan untuknya? Selama ini hanya dia yang memperhatikanku." Batin Jian berkata. Dika sosok ya g mencintai Jian apa adanya dan Jian baru menyadari bahwa ia amat sangat mencintai Dika.