App herunterladen
70.81% My Teacher My Husband / Chapter 131: Ch. 131

Kapitel 131: Ch. 131

Sehun sungguh sangat bahagia saat ini. Ini benar Suzy? Istrinya? Ah, Sehun benar-benar bersyukur Ya Tuhan.

"Kau baik-baik saja? Syukurlah. Ya Tuhan." Bisik Sehun. Menarik Suzy dalam pelukannya dan menghirup aroma vanilla yang menguar dari rambut panjang wanitanya. Sehun benar-benar bersyukur.

"Aku baik. Apa kau baik-baik saja?" Tanya Suzy. Melepas pelukannya dan mengusap kedua pipi tirus milik Sehun. Prianya.

"Aku baik." Jawab Sehun. Mencium dahi Suzy yang hanya tersenyum padanya.

"Kau makan dengan baik?"

"Tentu. Jika tidak anak-anak akan memegangiku di kursi dan memaksa makanan masuk dalam mulutku."

Suzy tertawa. Mencium lama dahi Sehun yang memang sedang menunduk karena sedang menatap padanya. "Aku bersyukur kau baik-baik saja." Bisik Suzy.

"Apa mommy baik-baik saja?" Tanya Sehun. Membawa Suzy dalam pangkuannya dan tersenyum hangat saat Suzy hanya terperanjat kaget tanpa protes.

"Mm," Suzy mengangguk mantap, "mama menitip salam untukmu dan semuanya." Ujar Suzy. Merapikan rambut Sehun yang terbang terbawa angin.

"Titip salamku untuk mama." Pinta Sehun.

Suzy mendengus kesal. Bukannya tidak mau hanya saja, yah... kalian tau lah.

"Kenapa?" Heran Sehun.

"Aku sudah menyuruh mama datang, hanya saja nyonya besar itu selalu menolak. 'Mama belum siap' belum siap apanya?" Dengus Suzy. "Jika seperti ini aku akan menjadi tukang pos." Gumam Suzy pelan.

Cup.

"Tak masalah, dengan begitu kita akan sering bertemu."

"Bertemu pantatmu."

Dahi Sehun berkerut, apa wanitanya sedang datang bulan? Kenapa pemarah sekali?

"Kau datang bulan?" Tanya Sehun.

"Datang bulan?" Ulang Suzy. Memiringkan kepalanya dan matanya membulat besar, "benar juga! Ini jadwalku datang bulan jika dihitung-hitung." Acuh Suzy. Menatap dalam mata kelam Sehun yang selalu berhasil membuatnya tertarik masuk dalam magnet penuh kesempurnaan yang disebut cinta.

"Kenapa?"

"Aku... minta maaf karena baru mengunjungimu. Aku benar-benar merindukanmu, hanya saja aku takut akan menangis kencang jika bertemu denganmu." Mata Suzy berkaca-kaca. Menunduk dalam karena ia rasa kabut penghalang itu bisa saja mengalir sewaktu-waktu, dan itu akan semakin buruk jika jatuh di depan Sehun.

"Tak masalah. Aku juga benar-benar merindukanmu." Ujar Sehun. Membawa Suzy dalam pelukannya dan mengusap sayang kepala wanitanya. Sehun mati-matian menahan air matanya yang memberontak keluar agar tidak membuat perasaan Suzy makin kacau.

"Aku benar-benar ingin kembali." Isak Suzy. Mencengkram kuat kemeja Sehun pada bagian punggung.

"Hanya tunggu aku oke." Bisik Sehun dengan tangan yang mengusap pundak Suzy yang bergetar.

"Aku tidak mau pergi." Dapat Sehun rasakan jika cengkraman pada punggungnya makin erat dan isakan Suzy yang makin kuat.

"Hey, tenanglah. Kau masih bisa mengunjungiku sayang." Bisik Sehun. Mengecup puncak kepala Suzy yang menggeleng heboh dalam pelukannya.

"Itu butuh waktu yang lama hks."

"Aku akan menunggu."

"Aku tidak mau. Aku ingin sebentar lagi."

"Hey, eyes on me." Sehun menangkup pipi Suzy. Mengecup dahi Suzy yang masih terisak hebat di depannya. "Aku akan menunggu, jangan menangis lagi. Aku tidak bisa."

"Aku ingin lebih lama."

"Aku juga."

"Sehun. Aku tidak mau hks."

Sehun hanya bisa tersenyum dengan matanya yang sudah berkabut, perlahan tubuh Suzy mulai memudar dan pergi meninggalkannya dengan bisikan lembut, "jangan sakit. Aku mencintaimu."

"Aku juga mencintaimu."

**

"Daddy!" Haowen memekik keras saat Sehun tak juga bangun-bangun dari tidurnya. Dengan langkahnya yang di perbesar, Haowen berlari menuju pintu dan menggedor kencang pintu kamar Jesper.

"Hyuuung!" Teriak Haowen histeris.

Ceklek.

"Ada apa?" Itu bukan Jesper, melainkan Jinyoung.

"Daddy tidak mau bangun." Ujar Haowen. Mata Jinyoung membulat lebar dan dengan gerakan cepat, langsung saja ia membawa Haowen dalam gendongannya dan menerobos masuk dalam kamar Jesper.

"Ya! Hyung! Bangun!" Heboh Jinyoung. Mengguncang keras tubuh Jesper yang masih terbalut selimut tebal.

"Nggh why?" Suara serak mengerikan milik Jesper membuat Jinyoung mendelik kesal. Dasar lamban!

"Daddy tidak mau bangun!" Kesal Jinyoung.

Sret.

"Dimana?" Tanya Jesper yang langsung melompat turun dari ranjangnya.

"Kamar." Haowen menunjuk keluar dengan sebelah tangan yang masih memeluk erat leher Jinyoung. Dia ketakutan.

**

"Dad?" Panggil Jesper.

Hening.

Tak ada jawaban.

Dahi Jesper berkerut heran, ada yang aneh. "Baejin, berapa suhu AC?" Tanya Jesper.

"Enam belas."

"Enam belas? Seharusnya duda ini tidak akan berkeringat." Gumam Jesper. Sebelah tangannya terangkat untuk memeriksa suhu tubuh Sehun.

Panas.

"Baejin, ambil air dingin dan handuk kecil."

"Oke."

"Haowen duduk di sini oke? Hyung akan ke dapur sebentar."

"Mm."

Jesper berlalu pergi dengan pintu kamar utama yang ia biarkan terbuka. Jika terjadi sesuatu misalnya, Haowen tidak akan perlu susah-susah lagi untuk meraih gagang pintu.

"Uncle, daddy tidak bisa masuk sekarang." Ujar Jesper dengan tangan kanan yang memegang ponsel dan tangan kiri yang sibuk membongkar-bongkar lemari.

"Terjadi sesuatu?" Tanya Suho khawatir. Mau bagaimanapun, Sehun itu tetap sudah dia anggap sebagai adik.

"Mm,, yeah. Demam." Jesper bergumam pelan saat ia rasa ada yang kurang. "Aah panci!" Serunya.

"Ada apa dengan panci?" Tanya Suho heran. Jesper ini kenapa sebenarnya?

"Aku tidak berbicara denganmu, aku tutup uncle. Bye." Jesper menaruh begitu saja ponselnya pada sisi meja makan. Tangannya dengan telaten memotong semua bahan yang sudah ia ambil dari lemari pendingin seperti brokoli, wortel, kentang, dan entah apa lagi namanya. Jesper tidak terlalu peduli.

"Hyung." Panggil Jinyoung dengan tangan yang sudah berisi wadah air dingin dan handuk kecil.

"Kau tau apa yang harus kau lakukan Baejin adikku tercinta." Ujar Jesper dengan bola mata yang memutar jengah.

"Aku tau, aku hanya ingin mengatakan bahwa aku juga lapar." Tatapan memelas Baejin berikan lengkap dengan kedipan mata anak anjingnya.

"Tidak usah banyak tingkah. Bergegaslah." Suruh Jesper. Mengusir Jinyoung dengan tatapan tajamnya yang benar-benar mengganggu.

"Aku tau! Menyebalkan." Sungut Jinyoung. Melangkah lebar menaiki anak tangga yang akan mengantarkannya pada Sehun.

**

"Daddy." Bisik Haowen. Menekan-nekan pipi Sehun yang tengah mengeryit.

"Haowen."

"Hyuuuuuung! Daddy thudah bangun." Pekik Haowen seraya memeluk erat leher Sehun yang masih dalam mode setengah sadarnya. "Daddy panath?" Gumam Haowen. Menempelkan dahinya pada dahi Sehun yang hanya tersenyum kecil.

"Oh? Dad? Sudah sadar?" Tanya Jinyoung. Meletakan air dingin dan handuk kecil tepat di sebelah ranjang Sehun.

Pluk.

Sehun mengeryit samar saat handuk yang baru saja Jinyoung rendam dalam air es mendarat nyaman di dahinya.

"Daddy thakit?" Tanya Haowen dengan wajah bingungnya. Merayap pada Jinyoung yang hanya mengangguk seraya merentangkan tangan padanya.

"Ya begitu kira-kira."

"Jethper hyung?"

"Membuat bubur untuk daddy."

Dahi Haowen mengeryit jijik. "Bubur? Nathi dengan air yang banyak itu?" Haowen memastikan dengan bola matanya yang membulat lucu.

"Benar. Jesper hyung juga membuatkan untuk Haowen." Goda Jinyoung. Haowen itu paling anti dengan yang namanya bubur dan sayuran.

"Nooo. Haowen tidak thuka." Tangan kecilnya ia bawa untuk menutupi mulutnya yang baru saja menolak pernyataan Jinyoung.

"Haowen harus memakannya."

"Tidak."

"Harus!"

"Tidak!"

"Har-"

"Jinyoung, sudahlah." Suara serak Sehun membuat Jinyoung dan Haowen menoleh heran. Mengerikan sekali.

"Ugh dad, suaramu menyedihkan." Dahi Jinyoung mengeryit dengan anggukan Haowen sebagai tambahannya.

"Theram." Tambah Haowen. Memeluk erat leher Jinyoung hingga pemuda itu terbatuk keras dengan tawa Haowen yang menjadi-jadi.

"Jinyoung, ambil sarapanmu dan Haowen di bawah." Itu Jesper yang baru datang dengan nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air putih.

"Benarkah? Woooah daebak! Thank you so much my lovely brother." Pekik Jinyoung gembira. Mendudukan Haowen tepat di samping Sehun yang sudah bersandar nyaman pada headbadnya.

"Dad. Buburmu." Ujar Jesper. Mengusak surai hitam legam milik Haowen yang hanya tersenyum manis padanya.

"Daddy mau Haowen thuapkan?" Tawar Haowen dengan senyuman sejuta wattnya yang membuat Sehun mau tidak mau mengangguk lesu.

Bubur itu menjijikan.

"Thay aaaaaa..." tangan kecil Haowen menyendok bubur untuk Sehun, tidak terlalu banyak memang, hanya seujung sendok saja.

"Bagaimana dad?" Tanya Jesper dengan suara tawanya yang terkikik-kikik.

"So ba-"

"JESPEEEEEEER HYUUUUUUUUUUUNG!"

"Ahahahahaha."

TBC.

SEE U NEXT CHAP.

THANK U.

HAVE A NICE DAY.

DNDYP.


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C131
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen