App herunterladen
63.24% My Teacher My Husband / Chapter 117: Ch. 117

Kapitel 117: Ch. 117

"Kau harus mengucapkan terima kasih pada seseorang." Ujar Kris dengan senyum tipis. Menepuk pelan pundak ayahnya dan membalik badan tegap itu untuk mengahadap pada para undangan di belakangnya.

"Terima apa? Terima kasih? Siapa?" Heran Siwon. Seingat Siwon yang syukurnya masih belum pikun, semua biaya ia yang tanggung. Sehun hanya mencari fotografer dan bayaran? Itu masih pakai uang Siwon. Jika diingat-ingat lagi Siwon bisa merutuk sendiri kadang-kadang.

"Dad, aku sudah mengantarkan fotografer terbaik seantero Korea. Dia juga ikut dalam beberapa pernikahan artis dan pejabat tinggi Korea. Contoh terbaru double Song couple." Siwon bersumpah, itu kalimat terpanjang Sehun yang tak bermutu sedikit pun. Dan ajaibnya, Sehun rela membuang-buang suara hanya untuk menjelaskan berita seperti durasi pembawa acara gosip? Woah! Daebak! Siwon akan berterima kasih pada Suzy.

"Lalu apa masalahnya?" Tanya Siwon heran. Bersyukur jika fotografernya bagus bukan? Itu berarti hasilnya ju-

"Bayarannya!" Satu kata penuh makna dengan kandungan berupa lembaran won yang pasti berlembar sangat banyak.

"Kita sudah melakukan pembag-"

"Dad hanya menyuruh untuk mencari. Bukan untuk membayar!"

"Kalau begitu bay-"

"Terlambat! Bayar sendiri! Ayo keluarkan kardu kredit, atau jika malas tuliskan saja di atas cek sesuai dengan nominal yang sudah ditentukan!"

"Sungguh anak setan!"

"Kalau begitu anak setan pergi dulu bapak setan!" Siwon menghela nafas lelah, mengeluarkan selembar cek dan menatap fotografer di depannya. Bersiap-siap untuk menuliskan nominal yang sudah mereka sepakati. Kata mereka berlaku untuk Oh setan Sehun dan si fotografer double Song couple ini.

"Berapa nominalnya?"

"Satu juta won."

"Oh Sehuuun keparat!"

"Park Jiyeon. Dia yang sudah membantuku untuk mengungkap kebusukan Park Eunmi." Ujar Kris seraya menunjuk Jiyeon dengan dagu runcingnya.

"Hiks apa? Aku? Kenapa?" Heran Jiyeon yang masih berlarut dalam kesedihannya menangisi nasib Kris tang teramat sialan.

"Kemarilah." Panggil Kris menggerakan tangan agar Jiyeon mendekat padanya.

Jiyeon yang masih bingung hanya menurut dengan menaiki tangga kecil untuk mencapai tempat Kris berdiri saat ini. Sedikit membungkuk untuk memberi hormat pada Siwon yang berdiri di depannya.

"Dia yang sudah membantuku." Ujar Kris sekali lagi. Membuat Siwon mengangguk dan memeluk Jiyeon seraya membisikan kata terima kasih. Sontak saja itu membuat air mata Jiyeon jatuh kembali, kenapa? Ayah kandungnya saja tak pernah memeluknya sehangat ini. Dan sekarang, ayah orang lain yang rela memberikam pelukan senyaman ini? Katakan, siapa yang tidak akan menangis?

"Terima kasih karna sudah menyelamatkan keluargaku hmm." Jiyeon mengangguk cepat. Jika saja si Tuan Park gila hormat itu seperti ini padanya, pasti hidup Jiyeon sangat tenang hingga sekarang.

**

Jiyeon mengeryit heran. Menajamkan penglihatannya kesudut Cafe tempat ia menanti kedatangan si pasangan sepupu idiot Byun Baekhyun dan Park Chanyeol.

"Perasaanku saja atau itu memang Park Eunmi kekasih si Dragon ball?" Gumam Jiyeon penasaran. Berimigrasi dari satu meja ke meja lain agar bisa lebih dekat dengan si sepupu Somi alias kekasih Kris. Bermaksud menguping walau ia tau itu sangat tidak sopan. "Persetan dengan tata krama untuk sekarang ini. Aku sangat penasaran." Bisik Jiyeon.

"Kita berbelanja setelah ini?" Si pria bertanya, dan Jiyeon sangat yakin jika itu bukan Kris karena apa? Pertama rambut Kris masih berwarna kuning emas atau blonde atau apalah itu. Yang kedua, suara Kris itu khas, berat-berat basah berkharisma.

"Tentu sayang. Aku ingin kalung yang baru keluar itu." Dan Jiyeon yakin ini suara si Eunmi.

Tanpa pikir panjang, Jiyeon mengeluarkan ponselnya. Berniat merekam apa yang ia dengar dan apa yang ia lihat, dan taukah kalian? Jiyeon langsung terperanjat kaget saat rekaman yang ia lihat adalah Eunmi yang sedang berciuman dengan si pria entah berantah. Sumpah demi apapun, Jiyeon benar-benar mual sekarang. Sungguh pemandangan yang mengejutkan.

"Dasar manusia sialan tak tau malu!" Dengus Jiyeon jengah. Cari tempat lain jika ingin berciuman apa salahnya hah?! Memuakan saja!

"Bagaimana dengan kekasihmu?"

"Kris Wu?"

"Tentu saja dia."

"Biarkan saja! Aku tak peduli!"

Nah.. ini dia point penting dalam penguntitannya hari ini. Jiyeon bersyukur bahwa ia masih merekam gambar dua manusia menjijikan ini sampai sekarang.

"Kalau begitu mari pergi."

Jiyeon tak mau kalah, segera saja ia simpan rekaman laknat itu dalam ponselnya dan menelfon Chanyeol. "Yak Dobi!"

"Lebih lembutlah sedikit." Ujar Chanyeol.

"Terserah! Kita batal kencan bertiga hari ini. Aku ada urusan penting dan mendadak!" Keputusan sepihak yang menyebalkan memang.

"Apa maksudmu?!" Geram Chanyeol. Tak tau kah Nona Park yang terhormat ini bahwa mereka, Baekhyun dan Chanyeol, sudah berusaha secepat kilat untuk bersiap-siap?

"Baiklah para sayangku! Sampai jumpa! Kencan bertiga saja dengan Kai."

Tut.. tut.. tut..

Chanyeol mendesis geram. Enak sekali mulut wajan Jiyeon ini berkata ya. "Kita kencan bertiga dengan Kai!"

"Apaaa?!"

"Kai! Kita kencan hari ini. Titik!"

**

Dan disinilah Jiyeon sekarang. Di pusat perbelanjaan di Gangnam, masih menguntit pasangan yang berselingkuh dengan tak lupa merekam atau memfoto mereka berdua. "Mencari masalah saja!"

"Apa ini bagus?" Eunmi bertanya.

"Tidak! Pinggangmu terlalu lebar! Mengerikan." Jawab Jiyeon dalam diam. Tak tau diri, sudah syukur Kris mau dengan gadis buruk rupa ini. Malah mencari yang lain? Jika lebih tampan dari Kris tak apa, ini? Malah lebih jelek dari Kris. Di bawah standar sekali.

"Ayo menginap di apartemenku!" What?! Jiyeon hampir saja menjatuhkan ponselnya. Apa kata si perempuan gila ini? Menginap? Berdua? Wajah Jiyeon memerah. Bukan karena malu tapi karena marah. Dasar penyelingkuh tak tau diri!

"Ok." Apaa? Dan si pria sialan ini menjawab ok? Serius? Ini tak bisa dibiarkan.

Jiyeon berlari dari pusat mall dan dengan gerakan cepat menghentikan taxi yang kebetulan lewat di depannya. Tak bisa dibiarkan.

Tujuan Jiyeon kali ini adalah kantor Kris. Tak peduli dia sudah membuat janji atau belum yang penting Jiyeon harus bertemu Kris hari ini juga. Jika perlu Jiyeon akan menerobos saja nanti.

"Antarkan aku kealamat ini paman." Ujarnya seraya memperlihatkan layar ponsel yang menampilkan alamat kantor Kris. Tak perlu kartu nama, internet saja sudah cukup untuk zaman sekarang ini.

"Kau berhutang budi padaku Tuan Wu Yifan yang terhormat." Dengus Jiyeon dengan nafas yang tersengal-sengal. Ini melelahkan, sungguh!

Setengah jam berlalu dan tanpa pikir panjang lagi Jiyeon merogoh dompetnya, mengeluarkan beberapa lembar won tak peduli itu berlebih banyak, anggap saja itu bayaran lebih karena sudah mau mengebut karena desakan Jiyeon.

"Ini paman. Terima kasih banyak. Hati-hati dijalan." Anggap Jiyeon gila karens apa? Saat turun dari taxi ia langsung melangkah masuk kedalam gedung menjulang tinggi milik Kris dan menerobos saja memasuki lift. Anggap ia sudah sangat lancang. Tapi tak apa.

"Kau pegawai baru?" Salah satu karyawan di perusahaan Kris bertanya padanya.

"Bukan. Aku adik sepupu dari Wu Yifan. Bisa aku tau dimana ruangannya? Aku jauh-jauh dari China hanya untuk ingin bertemu dengannya." Jawaban asal yang tak masuk akal keluar dari mulut Jiyeon. Ini sungguh konyol! Sepupu dari China? Tapi bahasa korea sungguh lancar sekali? Dasar bodoh!

"Sepupu presdir?" Karyawan tadi bertanya kembali. Jelas sekali bahwa ia tidak percaya.

"Ia. Sepupu presdir kalian. Tidak percaya?" Tantang Jiyeon dengan dagu terangkat. Pasti ini gaya keluarga Oh sekali. Mengangkat dagu setinggi langit.

"Maafkan temanku Nona. Dia memang sedikit kurang ajar. Ruangan presdir ada di lantai tiga puluh dua." Karyawan yang satu lagi menjawab dengan sopan. Sedikit membungkuk untuk memberi salam dan dibalas Jiyeon dengan anggukan kecil. Keluarga Oh itu identik dengan keangkuhan.

"Lantai tiga puluh dua?" Ulang Jiyeon bergumam pelan. Sedikit ragu dengan langkahnya karena ia takut ia akan salah ruangan. Oh ayolah, itu tidak akan lucu teman.

"Ia Nona. Lantai tiga puluh dua. Hanya ada satu ruangan di sana. Itu milik Presdir Wu." Jiyeon bersyukur karyawan Kris di sampingnya ini mau memberi tau. Entah dia bodoh entah bagaimana. Intinya Jiyeon sangat berterima kasih kali ini.

"Baiklah Nona. Kami permisi."

"Oh ya, terima kasih."

Ting.

Dan ini dia. Lantai tiga puluh dua. Jiyeon berjalan pelan, menyusuri lorong hingga ia menemukan sebuah pintu kayu luas yang bergagang lebar dengan ukiran yang sangat rumit. "Serumit orangnya." Gumam Jiyeon.

"Baiklah. Tenangkan jiwa dan ragamu. Dorong gagang ini dan masuk lalu tutup kembali pintunya. Ini hanya perlu sedikit waktu dan kau bisa langsung perg-"

"Itu dia! Penyusup itu ada di depan ruangan Presdir." Jiyeon terperanjat kaget saat suara berat orang-orang berpakaian serba hitam menusuk indra pendengarannya.

"Aish sialan! Mereka menemukanku? Dasar pengkhianat besar!" Dengus Jiyeon saat ia sadar bahwa yang memberi tau dimana ruangan Kris itu sungguh pandai berakting. Lihat saja jika mereka bertemu lagi. Hanya tinggal nama!

"Tangkap dia!"

"Dalam mimp-"

Sret.

Jiyeon membulatkan matanya tak percaya. Sungguh?! Sejak kapan para pria berbadan besar ini berada di belakangnya? Cengkramannya benar-benar kuat. Pasti meninggalkan bekas.

"Lepas!"

"Tidak!"

"Lepas!"

"Diam kau penyusup!"

"LEPAAAAAAS!"

Ceklek.

"Kenapa kalian sangat ber-" dahi Kris berkerut heran saat ia lihat Jiyeon menggeleng dengan mata membesar menatap padanya. Apa ini? Bathin Kris heran.

"Maafkan kami Presdir. Dia penyusup yang mengaku menjadi sepupu anda dari China. Apa ini benar Presdir?" Dahi Kris makin berkerut heran. Sepupu? Park Jiyeon? Cih, mimpi macam apa ini?

"Bukan." Satu kata sialan yang keluar dari mulut Kris. Apa salahnya mengatakan ia? Huh?

"Lepaskan aku! Sialan!" Maki Jiyeon menggebu-gebu. Ini penting, tolonglah. Satu kali ini saja. Jiyeon memohon dalam hati.

Kris mendengus tak suka. Moodnya sangat tak bagus hari ini dan Jiyeon datang mengganggu? Mati saja! "Usir dia." Titah Kris dingin. Hendak menutup pintu kayu di depannya.

Sret.

Bugh.

Sret.

Ceklek.

Mata Jiyeon melebar tak percaya. Setelah ia menendang 'masa depan' anak buah Kris ia menerobos masuk kedalam ruangan Kris dan inilah hasilnya. Ia terjerembab jatuh dan mendarat tepat diatas tubuh Kris dengan tangan si Presdir yang memegang pinggangnya. Oh my god! Jantung Jiyeon berdegub kencang Ya Tuhan. Rasanya wajahnya terbakar dan apa ini? Seperti ada kupu-kupu di dalam perutnya.

"Bisa kau beranjak dari atasku Nona Park?" Desis Kris dengan mata terpejam menahan amarah.

"Maafkan aku. Ku mohon dengarkan penjelasanku. Ini penting. Ku mohon." Jiyeon memohon dengan tangan mengepal di depan dada.

"Bawa dia pergi dari sini!" Teriak Kris pada para pengawalnya yang ia yakin masih berdiri di depan pintu.

Ceklek.

"Kris. Ku mohon. Kali ini saja. Ku mohon!" Jiyeon memohon dengan memegang kaki Kris dan mata yang berkaca-kaca. Jiyeon tidak tau apa yang terjadi padanya, ia hanya ingin Kris tau, maka dari itu ia rela berlutut seperti ini. Semuanya terjadi begitu saja.

"Rrrh! Keluar kalian!" Usir Kris. Menyisakan Jiyeon yang masih tertunduk dan sibuk menghapus air matanya yang jatuh begitu saja.

"Ini. Video, aku ada video yang harus kau lihat." Ujar Jiyeon dan merogoh tas kecilnya. Mengulurkan ponselnya dengan tangan bergetar entah kenapa, berusaha berdiri walau ia tau kakinya masih bergetar takut. Bayangan ayahnya kembali menyelinap masuk dalam kepala Jiyeon dan berputar bagai roll film rusak.

"Ini ap-" ucapan Kris terhenti saat matanya menangkap rekaman apa yang Jiyeon maksud. Tangan Kris terkepal erat dengan buku-buku jari yang memutih dan gigi yang bergemeletuk geram.

Tak.

"Apa maksudmu dengan video ini hah?!" Geram Kris dengan sebelah tangan yang mencekik leher Jiyeon. Membuat pekikan tertahan Jiyeon dengan kedua tangannya yang memukul lengan kekar Kris. Meminta dilepaskan.

"Apa maksudmu?!" Pekik Kris murka. Membanting ponsel Jiyeon kearah sofa disampingnya dan mata yang menatap nyalang pada manik berurai air mata Jiyeon.

"Lep.. arkh.. lephaskan. Rrh.. leph.. lephas!" Mohon Jiyeon memukul-mukul lengan Kris. Kakinya sudah berjinjit karena cekikan Kris yang makin kuat pada lehernya.

Bruk.

Kris menghela nafas pelan dan tatapan matanya melembut saat melihat Jiyeon yang berusaha bernafas dengan benar. "Aku minta maaf. Sungguh." Ujar Kris memegang bahu Jiyeon.

"Aku baik. Hanya saja percaya padaku. Aku bersumpah itu baru aku ambil siang tadi di Cafe tempat aku menunggu Baekhyun dan Chanyeol. Dan.. dan aku melihat dia, hiks.. bersama p.. pria itu. Ak-"

Sret.

"Maafkan aku hmm? Sekarang bernafaslah dengan benar. Tarik nafas, hembuskan, tarik, hembuskan." Bisik Kris di telinga Jiyeon. Memeluk gadis kecil itu dan mengusap punggungnya lembut. Sungguh Kris merasa bersalah sekarang.

"Aku.. hiks aku bersungguh-sungguh. Aku hiks.. aku mengikuti mereka hingga ke mall dan.. dan.. hiks kekasihmu meminta pria itu untuk menginap di apartementnya. Aku hiks.. aku bersungguh-sunguh hiks." Ujar Jiyeon susah payah. Memberanikan dirinya untuk memegang pinggiran pinggang kemeja Kris. Entah kenapa Jiyeon sangat emosional sekarang.

"Sst.. tenanglah hmm. Terima kasih dan maaf karena sudah mengagetkanmu." Bisik Kris lagi. Mengusap kepala serta punggung Jiyeon yang masih bergetar takut karena ulahnya tadi.

"Apa kau mau menemaniku ketempat Eunmi?" Tanya Kris. Jiyeon mengangguk pasti dan melepaskan pelukan Kris. Meraih ponselnya dan menarik tangan Kris agar pria itu bergegas. Mereka harus cepat. "Kita hiks.. pergi sekarang saja." Ajak Jiyeon.

**

Jiyeon mematung dengan tangan yang meremat erat kemeja Kris. Dia benar bukan? Si wanita sialan ini benar-benar selingkuh dari Kris. Jiyeon meneguk salivanya dengan susah payah saat Kris menutup matanya dan tak lama yang Jiyeon rasakan adalah pelukan hangat yang penuh dengan kesedihan.

Jiyeon tau Kris terpukul sekarang. Kecewa, sedih, dan marah. Maka dari itu Jiyeon memberanikan diri  untuk mendongakan kepalanya tapi Kris kembali membuat kepalanya tertunduk dan hanya melihat pada dada bidang Kris.

"Kris?"

"Stt.. kita keluar." Bisik Kris pelan. Membawa Jiyeon keluar dari tempat sialan ini dan akan mentraktir gadis dalam pelukannya ini makan ice crean sepuasnya.

"Kris? Kau tidak baik."

"Aku baik."

"Tap-"

"Aku akan membelikanmu ice cream."

"Aku bukan bocah! Dan tolong katakan pada bawahanmu itu jika ingin mencengkramku pelan-pelan saja! Sakit tau!" Dengus Jiyeon saat ia teringat dengan insiden pencekalan beberapa waktu lalu.

"Siapa yang menyuruhmu menyelinap hah?" Tanya Kris heran. Orang macam Jiyeon lolos dari keamanannya? Sangat patut dihargai.

"Ada karyawanmu yang mengatakan dimana ruanganmu dan yah, aku hanya mengikuti arahannya."

"Kenapa bisa? Hanya satu orang karyawanku yang tau dimana ruanganku."

"Seperti yang kau dengar, aku sepupumu dari China. Dia pria polos yang ternyata sangat licik itu!" Sungut Jiyeon berapi-api.

"Dia sekretarisku. Hanya dia yang tau ruanganku." Balas Kris.

"Tak mau tau!" Sungut Jiyeon.

Kris terkekeh dengan tangan yang mengusap rambut Jiyeon pelan, "bagaimanapun terima kasih untuk informasimu dan maaf untuk ini." Ujar Kris seraya mengusap leher Jiyeon yang terdapat bekas merah cekikannya.

"Tak apa. Aku lega sekarang. Batalkan saja pernikahmu dengan wanita itu. Cari yang lebih baik." Saran Jiyeon dengan wajah polosnya. Menatap Kris dan tersenyum lebar saat ia tau Kris juga tersenyum padanya.

"Aku tidak bisa."

Uhuk.

"Kenapa?"

"Tidak. Aku ada rencana lain."

**

Dan Jiyeon tidak tau jika rencana lain maksud Kris itu adalah ini. Sungguh naga tonggos yang licik. Pikir Jiyeon.

"Aku tidak tau jika kau membantu sebanyak itu." Ujar Siwon dengan senyum tulusnya. Mengusap kepala Jiyeon yang jujur saja membuat Jiyeon begitu nyaman.

"Aku hanya membantu sebis-"

"Bahkan dia yang menangis untukku dad." Jiyeon memaki dalam hati. Apa tak bisa bagian itu di lewatkan saja? Itu sungguh memalukan Ya Tuhan.

"Oouuu benarkah? Jika Jiyeon membantumu sebanyak itu kenapa Jiyeon juga tak membantumu mencari pendamping hidup yang baru?" Canda Siwon dengan tangan yang memeluk bahu Jiyeon. Sungguh, apa mereka tidak bisa cepat karena para tamu undangan mulai bingung dengan acara ini. Mereka seperti berada diacara bincang keluarga.

"Itu yang ingin aku bicarakan dad." Ujar Kris mulai serius. Menatap mata Siwon dan mengambil jemari Jiyeon untuk ia genggam. "Aku ingin dia yang mendampingiku di altar untuk mengucap janji suci."

"Huh?" Sungguh respon terbodoh.

"Oke. Lanjutkan acaramu." Kekeh Siwon dan turun dari altar untuk kembali pada tempat duduknya.

"Park Jiyeon."

"Huh?"

"Apa kau mau menikah denganku? Hari ini?"

"Kau, serius? Ini lelucon tergaring Naga tonggos!"

"Uahahahahahahaha. Naga tonggos?" Tawa Suzy pecah saat ia mendengar ucapan Jiyeon. Temannya sungguh berani.

"Pelankan suaramu Oh Suzy." Desis Sehun menatap tajam pada mata Suzy. "Maaf Oh Sehun. Tapi itu sungguh lucu." Bisik Suzy dengan kekehannya.

"Aku serius." Ujar Kris.

"Ya?"

"Terima kasih."

Cup.

Satu kecupan mendarat di dahi Jiyeon. Menatap Kris tak percaya dan beralih pada tangannya yang sudah melingkar nyaman di lengan Kris. "Dasar sialan! Itu pertanyaan bukan pernyataan!" Dengus Jiyeon dengan wajah memerah.

Lamaran garing macam apa ini? Romantis tidak malu iya!

Dan Jiyeon bersumpah ia melihat senyuman Kris saat mereka kembali menghadap pada pendeta yang siap mengucapkan janji suci untuk mereka.

"Jangan menatapku terlalu lama. Kau bisa jatuh cinta lagi." Gumam Kris melirik jiyeon.

"Jijik." Dengus Jiyeon.

"Saudara Wu Yifan. Maukah anda mencintai dan menyayangi istri anda Park Jiyeon baik dalam keadaan senang atau pun sedih, suka atau pun duka, hingga ajal memisahkan kalian?"

"Tentu."

"Jawaban sialan macam apa ini?" Lirih Jiyeon pelan.

" Saudari Park Jiyeon. Maukah anda mencintai dan menyayangi suami anda Wu Yifan baik dalam keadaan senang atau pun sedih, suka atau pun duka, hingga ajal memisahkan kalian?"

Jiyeon diam beberapa saat. Melirik kris yang hanya tersenyum tampan padanya, tak sadar bahwa bibirnya juga membentuk senyuman tipis dan tanpa tau kepalanya sudah mengangguk mengiyakan dan mulutnya sudah sangat lancang mengatakan, "aku bersedia."

"Oh my god! Hastag save Jongin hitam yang tersakiti. Hastag tikungan tajam." Gumam Chanyeol tak percaya. Ini di luar dugaan. Sungguh suatu kejutan yabg benar-benar Oh sekali.

"Tenang Jong. Masih banyak wanita normal di luar sana." Hibur Baekhyuh mengusap bahu Kai.

"Aku tak menyimpan secuil perasaan apapun pada wanita itu. Kalian paham? Berhenti bicara omong kosong." Dengus Kai.

"Tenang Kamjong. Jodoh jika tak ditangan Tuhan ya ditangan teman." Bisik Suzy pura-pura bersedih.

"Ok fix. Menantuku kedua-duanya tak ada yang normal." Bisik Siwon tanpa sadar. Kenapa begitu? Karena Jiyeon teman sangat dekat Suzy dan sudah pasti kelakuan mereka tak akan beda jauh. Okee semakin hebohlah rumah Oh nantinya. Teriakan Suzy dan teriakan Jiyeon ditambah tamu tak diundang Chanyeol, Baekhyun, dan Kai. Oh my god rasanya kepala Siwon akan pecah sekarang.

"Tabahkan hatimu dad." Ujar Sehun prihatin. Sehun sudah terbayang akan seperti apa rumah mereka nanti. Pasti akan sangat heboh.

Mungkin setelah Suzy melahirkan Sehun akan mengangkut barang mereka kerumah utama keluarga Oh. Agar Suzy mendapat bantuan untuk mengurus Haowen nanti. Dan Sehun yakin, Kris juga akan pindah kerumah utama nantinya. Menemani si tua bangka yang kesepian itu.

"Tak usah berlagak prihatin Setan bungsu." Dengus Siwon.

"Dengan senang hati Ayah Setan." Balas Sehun.

Lihat? Belum jika mereka tinggak seatap nantinya. Sungguh sesuatu yang.. ah sudahlah.

**

"Terima kasih." Bisik Kris.

"Tak masalah." Balas Jiyeon.

TBC

THANK U

DNDYP


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C117
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen