App herunterladen
11.11% My Single Daddy / Chapter 1: Chapter 1
My Single Daddy My Single Daddy original

My Single Daddy

Autor: Rindu_Ughi

© WebNovel

Kapitel 1: Chapter 1

Bruuukkkk..!!!!

"Maaf, maafkan saya, saya tidak sengaja."

"Tidak apa-apa nona, apa anda baik-baik saja?"

"Saya baik-baik saja, maaf saya terburu-buru, permisi."

Riana berjalan terburu-buru menuju salah satu pesawat yang akan membawanya ketanah kelahirannya.

Hakkim menatap wanita berhijab yang baru saja menabraknya hingga wanita itu masuk kedalam pesawat.

Saat hendak melanjutkan langkahnya, tak sengaja matanya melihat buku tergeletak dilantai didekat ia berdiri.

Hakkim mengambil buku itu, dan membukanya.

'ini buku milik wanita itu.' gumamnya.

Saat Hakkim ingin mengejar Riana, pesawat yang dinaiki Riana telah menutup pintu pesawat dan bersiap untuk take off.

Akhirnya Hakkim menyimpan buku itu ke dalam tasnya.

___&&&&___

Didalam pesawat Riana membuka tas nya, dan mencari-cari buku catatannya.

'Dimana buku catatan ku?' batin Riana.

'Ya Allah, apa terjatuh saat aku bertabrakan dengan pria tadi? cerobohnya aku.'

Riana menarik nafas panjang. Kemudian dia mulai mengeluarkan Al-Qur'an dengan ukuran kecil, dia mulai membacanya perlahan, hingga satu jam kemudian, pesawat yang membawanya telah sampai di kota tujuannya. Yogyakarta.

Riana turun dari pesawat dan di lobby bandara kedatangan sudah menunggu kakak laki-lakinya yang bernama Adam.

"Assalamualaikum, mas." kata Riana sambil mencium tangan kakak laki-lakinya.

"Waalaikumsalam, dek." Jawab Adam.

"Bagaimana kondisi ayah, mas?"

"Ayah merindukanmu, pasti ayah akan segera sembuh saat melihatmu, nanti."

"Semoga saja ya, mas."

"Amiin.. Ayo kita pulang."

"Mengapa pulang, mas? aku ingin ke rumah sakit, aku ingin melihat ayah."

"Apa kamu tidak lelah?"

"Lelahku akan hilang saat aku bertemu dengan ayah." Kata Riana sambil menggandeng tangan kakak laki-lakinya.

__________

Sepanjang perjalanan dari bandara ke rumah sakit, Mata Riana dimanjakan dengan pemandangan yang selalu membuatnya rindu, penjual kaki lima di kanan dan kiri jalan berjajar rapi dengan menu andalan yang khas, keramahan, serta senyum yang selalu hadir menghiasi wajah para penjual, menambah hangat suasana, becak yang berlalu lalang membawa wisatawan berkeliling ke berbagai tempat wisata dan para turis lokal maupun internasional yang sedang berjalan kaki mencari kuliner khas Jogja.

Mobil yang dikendarai Adam akhirnya sampai diparkiran rumah sakit. Riana sudah tidak sabar untuk bertemu dengan ayahnya.

Berlari kecil di ikuti Adam di belakangnya, Riana menuju bangsal kelas 1 tempat ayahnya dirawat.

Ceklek

Dilihatnya pria tua yang berbaring lemah di ranjang rumah sakit, Riana perlahan menghampiri pria itu, Pria yang menjadi cinta pertamanya, Ayahnya.

"Assalamualaikum, Ayah." Riana menyentuh tangan renta ayahnya dengan lembut kemudian menciumnya.

Pria renta yang dipanggil ayah itu terbangun, perlahan ia membuka mata, dan dilihatnya sosok gadis cantik kesayangannya.

"Waalaikumsalam, sayang." Senyum renta itu mengembang.

"Ayah kenapa bisa sakit?"

"Ayah kan sudah tua, wajar saja kalau ayah sering sakit."

"Riana tau itu, ayah, tapi Riana yakin bukan itu alasannya."

Ayah Riana yang bernama Sulaiman, menghela nafas panjang, sepertinya sia-sia saja jika dia berbohong pada anak gadisnya ini.

"Ayah kemarin lupa makan siang karena keasikan dikebun."

"Itulah ayah, besok lagi jangan sampai lupa makan ya ayah, O ya, dimana ibu?"

"Ibu mu baru saja pulang, karena harus memberi makan bebek sama ayam di rumah, nanti juga ibu mu kemari lagi, atau kamu susul ibumu pulang dulu saja, pasti kamu capek habis perjalanan jauh."

"Riana disini saja ayah, nemenin ayah."

"Kalau begitu Adam yang pulang ya yah, nanti kesini lagi bersama ibu."

"Ya sudah, pulanglah bantu ibumu di rumah."

"Baik ayah, Assalamualaikum." Adam pergi setelah mencium tangan ayahnya, dan mengecup kening adik tercintanya.

_____________

"Assalamualaikum." Hakkim membuka pintu rumah yang tidak terkunci, masuk ke dalam rumah dan mencari keberadaan malaikat kecilnya, Olivia.

"Assalamualaikum, sayang." Sekali lagi Hakkim mengucapkan salam, tapi tetap tidak ada yang menjawab. Tidak biasanya keadaan rumah seperti ini, Olivia selalu menyambut kedatangannya dengan ceria. kemudian dia akan menceritakan semua hal yang terjadi padanya selama dia tidak bertemu dengan ayahnya.

Hakkim masuk ke kamar Olivia, betapa terkejutnya dia saat melihat anak perempuan kesayangannya sedang menangis sambil memeluk boneka kesayangannya.

"Ada apa sayang, kenapa kamu menangis?" Hakkim mengangkat tubuh anak perempuannya dan diletakkan di atas pangkuan.

"Ayah.."

"Ya, ayah disini, katakanlah ada apa, hm?"

"Tadi di sekolah, teman-temanku dijemput oleh ibunya."

"Terus?"

"Kenapa aku tidak punya ibu, ayah?" Sesak itulah yang Hakkim rasakan mendengar perkataan gadis kecilnya. Hakkim membelai gadis kecilnya dengan sayang, kemudian dia mencium kening anak perempuannya itu.

Hakkim menghela nafas panjang.

"Kamu punya sayang, hanya saja ibumu sudah mendahului kita ke surga."

"Apa surga itu jauh, ayo kita kesana ayah."

"Jauh, jauh sekali."

"Ayah kan seorang pilot, ayo kita kesana naik pesawat ayah, aku ingin bertemu ibu." Kata Olivia sambil terisak.

Hakkim tersenyum kecil walau dalam hatinya kesedihan yang dalam sedang menghujam.

"Kita tidak bisa kesana sayang."

"Kenapa ayah?" masih dengan terisak.

"Ibu bersama Allah, ibu sudah menjadi bidadari di surga."

"Kata temanku kalau sudah jadi bidadari berarti dia sudah mati, apa ibu juga sudah mati ayah?"

"Iya sayang, Ibu sudah meninggal."

"Berarti kita tidak bisa bertemu ibu?"

"Suatu saat nanti, kita akan bertemu dengan ibu."

"Tapi aku ingin ibu, aku ingin ibu, ayah."

"Oke, ayah akan mencari ibu baru untukmu."

"Benarkah? ayah akan memberikan aku ibu?"

"Hm, asalkan kamu janji tidak menangis lagi dan selalu menjadi anak yang baik."

"Baiklah ayah, aku berhenti menangis sekarang, dan aku akan menjadi anak yang baik."

"Good girl."

"Aku menyayangi ayah."

"Ayah juga sangat menyayangimu."

"Sekarang, kamu mandi, kemudian kita makan bersama, ayah sudah membeli makanan kesukaanmu."

"Baik ayah."

Olivia turun dari pangkuan ayahnya dan menuju kamar mandi. Hakkim mengusap wajahnya, kemudian bangkit dan menuju kamar pribadinya.

Hakkim mengambil foto dari dalam laci meja kamarnya. Dia mengusap foto itu, kemudian menciumnya.

'Aku sangat menyayangimu, sampai aku tidak bisa menyayangi wanita selain dirimu.' gumamnya.

Hakkim menyimpan kembali foto itu kedalam laci, dia ingin meletakkan tas kerjanya di dalam rak, tapi dia mengingat sesuatu. Kemudian dia mengambil buku catatan kecil yang dia temukan di bandara, walau sebenarnya tidak sopan jika membuka buku orang lain tanpa seijin sang pemilik, namun rasa penasarannya lebih besar, mungkin nanti dia akan meminta maaf atas kelancangannya membuka catatan milik orang jika sudah bertemu dengan yang punya. Tolong ingatkan jika dia lupa..


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C1
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen