App herunterladen
1.85% My dokter saranghae / Chapter 1: Chapter 1
My dokter saranghae My dokter saranghae original

My dokter saranghae

Autor: Babynami99

© WebNovel

Kapitel 1: Chapter 1

Tap

Tap

Tap

Tap

Tap

Suara langkah kaki yang begitu nyaring memenuhi koridor Rumah Sakit saat malam hari tiba.

Dan suara langkah kaki itu berasal dari seorang pria tampan yang tengah berlari menuju ke ruang IGD di mana di sana terdapat adik nya yang baru saja di lari kan ke dalam ruangan tersebut karna faktor kelelahan

Adik dari pria tampan ini , memiliki riwayat penyakit yang cukup mematikan untuk segelintir orang. yaitu Kanker darah , atau yang bisa kenali dengan Leukimia.

Leukimia yang di derita adik dari pria tampan ini sebenarnya baru saja memasuki tahap kedua . yang di mana di setiap tahap dari penyakit ini akan membuat si penderita akan semakin sulit untuk sembuh.

Meski begitu , tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. keajaiban itu pasti ada menghampiri siapa pun , apalagi adik dari pria tampan ini masih memiliki peluang besar untuk sembuh.

Namun seperti nya rasa khawatir itu tak bisa ia kompromi lagi , Untuk itu ia berlari semakin kencang menyusuri koridor agar cepat sampai di tujuan , sebelum ayah nya akan semakin marah jika ia tidak segera datang ke sana.

Tapi seperti nya dewi fortuna sedang tidak berpihak padanya

Braak

Pintu ruangan itu baru saja di buka dengan kasar oleh nya , mengakibatkan keterkejutan orang - orang yang sedang berada di dalam ruangan tersebut.

Bulu kuduk nya langsung berdiri ketika manik mata nya bertemu langsung dengan manik mata milik Ayah nya yang tajam , saat ia baru saja tiba di ruangan ini. membuat nyali nya sedikit menciut akan hal itu .

" Vero Atmajaya. Di mana sopan santun mu itu Huuh " bentak sang Ayah membuat pria tampan yang baru saja di panggil Vero atmajaya tadi , tak berani menatap langsung Ayah nya dan lebih memilih menundukkan kepala takut dan berucap gagap.

" Ma maafkan aku pa , aku telah membuat mu terkejut tadi. A aku sangat mengkhawatirkan kondisi Lisa saat ini sampai melupakan tata krama ku" jawab Vero gagap dengan masih menunduk kan kepalanya tak berani menatap sang Ayah ketika sedang marah

"Masuk lah "titah sang Ayah membuat Vero sedikit tersentak kaget , lalu menuruti perintah Ayah nya ketika ia mulai tersadar perintah dari Ayah nya tadi

" Kamu dari mana saja nak , Mama mengkhawatirkan mu sedari tadi" ucap sang ibu membuat kepala Vero terangkat sedikit dengan membentuk sebuah senyuman kecil di sudut bibir nya , namun tetap saja tak bisa menghilangkan rasa takut dan gugup nya kepada sang Ayah.

"A aku.. , a aku.. "jawab Vero malah gagap di depan Ayah nya , langsung di hadiahi sebuah cengkaraman kuat di jaket yang ia kenakan saat ini.

" Jika Mama mu sedang berbicara , maka jawab lah dengan benar. Bukan nya aku aku terus yang kamu katakan , Kamu ini punya mulut bukan ! jadi gunakan lah mulut mu itu sebelum aku memotong nya karna kesal melihat kelakuan mu yang semakin hari semakin membuat ku darah tinggi "bentak Ayah Vero membuat rasa takut Vero semakin menguat

" Maafkan aku Pa" cicit Vero sepelan mungkin membuat Ayah nya semakin geram menghadapi sikap anak nya yang satu ini , hingga pukulan keras langsung ia berikan kepada sang anak.

Bugh

"Mas , apa apa'an kamu ini. Kenapa kamu memukul anak kita hanya karna masalah sepele? "tanya Ibu Vero sambil membantu anak nya untuk berdiri dan langsung menatap tajam suami nya yg masih tersulut emosi

" Sepele kamu bilang? , jika ini masalah sepele. Tak mungkin aku melayangkan sebuah pukulan terhadap nya" jawab Ayah dari Vero dan Lisa menatap geram istri nya yang selalu membela putra mereka ketika ia melakukan kesalahan

"Setidaknya Mas bisa bukan , tidak berlaku kasar terhadap Vero. Dia putra kita satu satu nya "ucap sang istri mulai tersulut emosi juga membuat Jarwo selaku kepala keluarga hanya bisa tersenyum remeh memandang istri nya tersebut

" Lalu kamu sendiri bagaimana , bukan kah kamu sama saja seperti ku?. Bahkan tindakan mu mungkin lebih buruk dari tindakan ku tadi , bukan kah begitu Tania "ucap Jarwo sinis membuat sang istri gelagapan

" A apa maksud mu Mas , a aku tidak mengerti" jawab sang istri membuat Jarwo tertawa hambar

"Hahahaha , kamu munafik sekali Tania. Kamu tidak memperboleh kan aku berlaku kasar terhadap putra kita yg sehat ini , sedangkan kamu berlaku kasar terhadap putri kita Lisa yg jelas jelas mempunyai riwayat penyakit yang cukup mematikan. Kamu bukan hanya terlihat buruk sebagai seorang Ibu , tapi kamu adalah istri dan wanita terjahat yang pernah ku temui "ucap Jarwo sarkas membuat Tania selaku istri diam membeku di tempat

" Pah , Mah. Sudah hentikan" ucap Vero mencoba menghentikan pertengkaran orang tua nya ini , karna mereka bertengkar di tempat yg tidak tepat.

"Kamu diam saja Vero , seharusnya yang kamu fikirkan saat ini adalah Bagaimana caranya membuat ku bangga tanpa mengandalkan nama besar keluarga kita yang cukup berpengaruh di negara ini , lagi pula.. Papa tidak menyekolah kan mu sampai Kuliah seperti ini bukan untuk menjadikan mu preman tak bermoral di luar sana"ucap Jarwo melekit hati membuat Vero kembali menunduk kepalanya karna takut kembali dan membuat Jarwo berdecih pelan melihat mental putra nya yg lemah

" Kamu lihat sendiri kan Tania , putra mu ini. Menatap ku saja tidak berani , apalagi menghadapi orang orang yang selalu meremehkan ku di luar sana akibat perbuatan nya yang sangat buruk itu. aku jadi curiga , Apa benar jika dia ini adalah putra kandung ku? "ucap Jarwo menatap remeh anak dan istri nya secara bergantian remeh

" Mas , aku" ucap Tania terpotong oleh Lisa yg sudah mulai sadar dari pingsan nya

"Hentikan perdebatan kalian , ini di Rumah Sakit. Bukan di Rumah yang bisa sepuas kalian berteriak se enak nya , meski Rumah Sakit ini miliki keluarga kita. Tapi tetap saja jaga sopan santun kalian , bukan kah itu yang kamu ajarkan padaku Pah ?. Tapi mengapa kamu melanggar ucapan mu sendiri "ucap Lisa sambil duduk bersandar di bangsal Rumah Sakit dengan menatap keluarga nya datar tanpa ekspresi

Jarwo yang melihat putri tercinta nya sudah mulai terbangun , langsung ia dekati dengan langkah cepat yang menimbulkan rasa sakit di hati Vero saat melihat nya.

" Papa selalu saja mementingkan mu di atas segala nya Lis , sedangkan aku tidak"lirih Vero dalam hati sambil menatap iri adik nya yang mendapatkan perhatian lebih dari Ayah mereka

" Nak , kamu sudah bangun! . Katakan pada Papa apa kamu merasa ada yg sakit?" tanya Jarwo penuh ke khawatiran membuat Lisa tersenyum tipis sambil menatap Ayah nya yang selalu perhatian dan membela nya di situasi apapun

"Aku tidak apa - apa Pah , kamu tidak perlu khawatir padaku. Dan Pah , Bisa kah kamu tidak membanding - bandingkan ku dengan Kak Vero? "jawab Lisa melirih membuat Jarwo mengehembus kan nafas panjang nya

" Maaf kan Papa Lisa , Papa tidak bisa melakukan hal itu"

"Kenapa Pa? , apa alasan Papa tidak bisa melakukan hal kecil seperti ini? "tanya Lisa penuh kekecewaan , membuat Jarwo tersenyum tipis lalu mulai mengusap rambut anak nya dengan penuh kasih sayang

" Papa hanya ingin agar Kakak mu ini bisa bersikap dewasa , dan agar dia tidak gegabah lagi dalam mengambil keputusan. Apalagi Kakak mu itu seorang laki - laki , tak sepantasnya ia di manja. Tapi di didik dengan benar dan keras agar bisa membanggakan nama keluarga kita Lisa , sama seperti mu nak. Meski kamu anak perempuan , kamu tetap mengharumkan nama keluarga kita di depan publik . Sehingga sikap buruk Kakak mu ini bisa tertutupi oleh prestasi yang kamu capai selama ini "jawab Jarwo bijak sana membuat Tania yang mendengar itu memutar bola mata nya malas karna menganggap jika ucapan suami nya ini terlalu di lebih lebih kan

" Pah , aku tau niat mu baik. Tapi" ucap Lisa terpotong

"Sudah lah Lisa , buang jauh jauh fikiran mu itu. Yang paling penting sekarang adalah kamu harus cepat istirahat agar cepat pulih , dan agar kamu bisa beraktivitas kembali seperti sebelumnya "ucap Jarwo mengalun lembut membuat bibir Lisa tercetak senyum yg indah

Grep

"Aku menyayangi mu Pah " ucap Lisa pelan setelah ia memeluk Ayah nya secara tiba tiba

"Papa juga menyayangi mu nak "ucap Jarwo tersenyum dalam pelukan hangat sang anak tanpa tau jika istri dan putra nya sedang memperhatikan mereka dengan tatapan iri dan dengki

" Kenapa Lisa selalu bisa mencuri hati Jarwo , sedangkan putra ku tidak! . Vero selalu saja di abaikan oleh Papah nya sendiri , padahal Lisa dan Vero sama sama saudara kandung. Tapi kasih sayang mereka tidak sama , aku benar benar tidak mengerti dengan jalan fikiran mu mas "ucap Tania dalam hati geram melihat interaksi antara ayah dan anak ini

*********

Ke esokan harinya 🌛

New Zealand *

Di Salah satu Rumah Sakit terbesar di New Zealand tepatnya di Auckland city Hospital , terdapat seorang Dokter spesialis Kanker bernama Jennie ruby.

Tabuh nya yang mungil dan sexy adalah daya tarik tersendiri bagi para kaum adam untuk tak berpaling dari pandangan mata , ketika ia lewat di hadapan mereka semua .

Di umur nya yang masih terbilang cukup muda yaitu sekitar 20 tahun , Jennie sudah berhasil mengantongi prestasi yang sangat luar biasa sehingga ia di nobat kan menjadi seorang profesor termuda di Rumah Sakit ini.

Ckleeaakk

Sebuah pintu baru saja ia buka , dan langsung di sambut oleh suara dari anak kecil yang selalu membuat nya bahagia di setiap waktu.

"Yeyy ... , Doktel cantik datang lagi "pekik anak kecil itu senang membuat hati Jennie menghangat ketika mendengar nya

" He 'em , seperti kata ku kemarin. Aku akan datang lagi besok , apa kamu senang sekarang?" ucap Jennie sambil mengusap rambut anak kecil itu dengan penuh kasih sayang

"Kevin sangat senang sekali , kalna di setiap pagi Kevin akan ada bidadali yang datang menemui ku "ucap anak kecil itu membuat Jennie terkekeh pelan

" Astaga Kevin , siapa yg mengajari mu berkata seperti itu" ucap Jennie sambil mencubit pelan kedua pipi anak kecil bernama Kevin ini

"Iihh.. , kenapa pipi Kevin di cubit sih Doktel cantik "ucap Kevin merajuk kesal karna Jennie mencubit pipi nya tadi

"Makanya , jawab dulu pertanyaan Dokter cantik ta" ucap Jennie terhenti ketika pintu ruang rawat Kevin terbuka

Ckleeaakk

Dan munculah Suster Merry di sana

"Ah.. , maaf kan saya Dokter Jennie . Saya mengganggu waktu anda bersama dengan Kevin , saya hanya ingin menyampaikan sesuatu Jika Direktur memanggil anda untuk segera ke Ruangan nya "ucap panjang lebar Suster Merry menjelaskan pesan yg ia sampai kan tadi membuat Jennie menghela nafas panjang , karna lagi lagi. Direktur memanggil nya di saat ia sedang meluangkan waktu bersama dengan Kevin .

"Baiklah , aku akan datang ke sana setelah Kevin meminum obat nya "ucap Jennie dan Suster Merry hanya mengangguk sebagai jawaban dan saat ia hendak ingin pergi. Suara Kevin lebih dulu menghentikan pergerakan Suster Merry

" Sustel Melly jangan pelgi dulu , tetap di sini belsama dengan Kevin saja. Dan Doktel cantik bisa pelgi sekalang , kalna Kevin tadi sudah meminum obat nya belsama dengan Mommy "ucap Kevin membuat Suster Merry dan Jennie saling pandang satu sama lain sebelum akhirnya mengehembus nafas gusar mereka

" Aku tau kamu sedang berbohong Kevin" ucap Jennie dalam hati, mengingat. Bahwa ibu kandung Kevin tidak akan pernah kembali lagi ke sini , walau anak nya sedang sekarat seorang diri sekalipun.

"Baiklah , kalau begitu Dokter cantik pergi dulu sebentar ya. Nanti Dokter cantik akan kembali lagi ke sini "ucap Jennie lembut sambil mengusap rambut Kevin penuh kasih sayang dan ia menoleh ke arah Suster Merry terlebih dahulu sebelum pergi

" Jaga Kevin baik baik , dan suruh dia untuk meminum obat nya. Aku akan kembali lagi ke sini setelah urusan ku selesai" ucap Jennie pelan

"Baik Dokter , saya akan berusaha membujuk Kevin nanti. Dan sebaiknya anda cepat pergi sebelum Direktur semakin marah karna anda tak kunjung tiba di Ruangan nya "ucap Suster Merry ramah membuat Jennie yakin bisa mempercayakan Kevin terhadap Suster Merry selama ia pergi

*********

Jakarta_indonesia *

Saat ini Lisa tengah uring uringan di bansal nya , karna rasa bosan telah datang menghampiri nya. Sehingga ia merasa frustrasi dan berteriak cukup keras di dalam ruangan VIP tersebut

"Arrrgggghhhh... , Aku bosan . Adakah yg bisa membantu ku? "erang nya sangat keras meluapkan emosi di dalam diri nya yg mulai memuncak

Sampai beberapa menit kemudian , ponsel nya mulai berdering dengan menunjukkan nama sahabat nya yang bernama Chacha tukang makan .

Tuut Tuut Tuut

"Lisa , kamu di mana sekarang. Kenap"ucap Chacha terpotong lebih cepat oleh Lisa

"Huuuaaaaa.. Cha , tolong selamat kan aku dari hukuman Papa "rengek Lisa keras membuat Chacha di seberang sana menghela nafas gusar nya , ia harus ekstra sabar menghadapi sikap manja sahabat nya ini jika sedang di hukum oleh Ayah nya .

"Haish.. , kamu ini selalu saja memotong perkata'an ku. Dengar kan dulu apa yang ingin ku sampai kan Lis , Nayla putri . Salah satu murid berandalan dari Harapan bangsa sekarang datang ke sekolah kita membawa cukup banyak anak buah nya ingin menantang mu Batle Dance sekarang juga , segeralah datang kemari. Sebelum Sekolah kita di hancurkan oleh buldoser yang mereka bawa ke sini Lis "ucap Chacha panik membuat Lisa menganga setelah mendengar penuturan sahabat karib nya ini

" Baik lah , tunggu aku di sana. Tapi sebelum itu , Bisa kah kamu membantu ku terlebih dahulu Cha. Aku tidak akan bisa pergi dari sini karna ada Bodyguard Papa yang sedang berjaga di depan pintu "keluh Lisa membuat Chacha menghela nafas gusar di seberang sana

" Kalau begitu , kabur saja lewat jendela" ucap Chacha tegas lalu mematikan sambungan telepon nya secara sepihak

"Apa dia ingin aku mati huuh , mana bisa aku keluar dari jendela lantai 12 ini. Cih "umpat Lisa pelan lalu kembali berfikir keras , sampai ada seorang OB yang datang ke sana untuk bersih bersih. Membuat sebuah ide langsung muncul di kepalanya

" Aha ! aku tau harus berbuat apa" monolog Lisa dalam hati sambil senyum senyum sendiri memikirkan ide gila nya ini

**********

New Zealand *

Saat ini Jennie sedang duduk berhadapan dengan Direktur Rumah Sakit tempat ia bekerja , tatapan tajam langsung ia lontarkan. Membuat yang di tahap hanya bisa meneguk saliva nya dengan susah payah .

"Jadi , Ada kepentingan apa anda memanggil saya kemari Direktur . Anda juga pasti tau betul bukan , jika setiap pagi adalah jam saya bersama dengan Kevin "tanya Jennie dengan wajah datar tanpa ekspresi

" Astaga Jen , Bisa kah kamu bersikap biasa saja padaku. Bagai mana pun juga aku ini adalah Kakak mu , ya.. Walau kita tak mempunyai ikatan darah sekali pun. Bukan kah lebih baik jika kita berbicara santai saja dari pada berbicara seformal tadi "ucap Direktur basa basi membuat Jennie jengah melihat nya

" Langsung saja pada inti nya , aku tidak ingin membuang buang waktu untuk hal yang tidak penting " ucap Jennie malas sambil memalingkan wajah nya ke arah lain

" Baiklah jika itu mau mu , begini Jen. Aku memanggil mu datang kemari , karna ingin menyampaikan jika kamu akan di pindah tugas kan ke Indonesia minggu depan" jelas Direktur membuat kedua bola mata Jennie membola besar

"What? , kamu gila ya "bentak Jennie keras sambil menggebrak meja

" Ya.. , bisa di bilang seperti itu. Tapi sebelum kamu mengajukan sebuah protes padaku , alangkah lebih baik nya lagi jika kamu mendengarkan dulu penjelasan ku ini Jennie " jawab Direktur menghentikan pergerakan mulut Jennie terlebih dahulu sebelum ia menolak dan mulai memberontak lagi

"Kalau begitu , katakan apa alasan mu ingin mengirim ku ke Negara banyak orang hitam tersebut? "tanya Jennie ketus sambil bersidekap dada membuat Direktur hanya mengulas senyum tipis nya dan kembali berkata

" Ini menyangkut keinginan terakhir dari Kevin Jennie" jawab Direktur melirih sedih membuat satu alis Jennie terangkat satu

"Apa maksud mu Kak! , kenapa kamu malah membawa - bawa Kevin dalam masalah ini? "tanya Jennie kembali menggebrak meja lebih keras lagi dari sebelumnya , membuat Direktur hanya bisa mengehembus kan nafas gusar sambil bersandar di kursi kebanggaan yang tengah ia duduki saat ini.

" Huff.. , Begini Jen. Kamu pasti sudah tau bukan jika kondisi Kevin akhir - akhir ini semakin menurun. Di tambah lagi , penyakit yang ia derita sudah memasuki stadium akhir. yang di mana.. Cepat atau lambat waktu nya akan semakin berkurang di dunia ini , dan aku yakin Kevin akan menyadari hal itu saat kondisi nya akan semakin melemah nanti. Untuk itu , yang bisa kita lakukan sekarang ini hanya lah tetap di sisi nya. Dan selalu mendukung apapun yang ia minta"jelas Direktur membuat air mata Jennie tumpah seketika karna tak kuasa mendengar, berita buruk tentang Kevin , membuat ia rapuh tak berdaya

" Dulu.. Kevin pernah mengatakan sesuatu padaku"ucap Direktur kembali membuat Jennie langsung menghapus air mata nya dengan kasar dan menatap intens kakak itu angkat nya itu

"Apa itu , cepat katakan padaku dia menginginkan apa? "desak Jennie tak sabaran sambil mencengkram kemeja kakak angkat nya dengan cukup kuat , karna ia sudah tidak bisa mengendalikan emosi nya lagi.

" Sabar Jen.. Sabar , aku ini tetap Kakak mu meski kamu ingin membunuh ku sekalipun karena ketidak sabaran mu itu. nanti yang ada kamu tidak akan pernah tau keinginan Kevin seperti apa . Dan soal keinginan Kevin , aku hanya bisa mengatakan bahwa jika dia menginginkan sesuatu yang sulit kita penuhi " jawab Direktur membuat dahi Jennie mengkerut bingung

" Maksud mu apa sih Kak? , aku tidak mengerti sumpah"

"Kevin menginginkan agar ia bisa melihat dan memeluk ibu kandung nya lagi Jennie , dan kamu tau sendiri bukan jika ibu kandung nya pergi setelah menaruh Kevin di Rumah Sakit kita setahun yang lalu "ucap Direktur membuat cengkaram tangan Jennie melemas dan ia kembali menangis

" Kenapa ia menginginkan hal yang mustahil seperti itu Kak , dan apa tidak ada cara lain agar Kevin bisa sembuh dan tetap bersama dengan kita" ucap Jennie menatap kakak angkat nya penuh harap dan berlinang air mata

Direktur yang melihat adik nya bersedih seperti ini membuat ia tak tega , dan bangkit dari kursi kebanggan nya langsung menarik Jennie ke dalam dekapan nya .

"Kamu tau sendiri kan Jen , penyakit Leukimia itu tak bisa di pandang sebelah mata. Apalagi Leukimia yang di derita oleh Kevin sudah memasuki stadium akhir , di mana.. Kesempatan hidup nya sangat lah tipis. dan bahkan mustahil bisa di sembuhkan "ucap Direktur mencoba memberikan pengertian terhadap adik nya yang suka membangkang ini agar ia mau mengerti dan menerima takdir yang di berikan Tuhan kepada malaikat kecil mereka

" Hiks hiks hiks , apa yang harus ku lakukan Kak. Mana mungkin aku akan diam saja tanpa melakukan apapun , tolong beritau aku sesuatu yang dapat menolong nya "ucap Jennie dengan isakan yg lebih keras lagi membuat Direktur kalap sendiri

" Tenang kan dirimu terlebih dahulu Jennie , untuk saat ini pilihan yang terbaik adalah dengan pergi ke Jakarta . Dan cari lah ibu kandung nya Kevin di sana" ucap Direktur mempu membuat tangis Jennie mereda

Lalu mulai melepaskan pelukan mereka dan menghapus air mata nya yang sudah bercampur dengan ingus yg ikut keluar saat ia menangis tadi

Beberapa saat kemudian

Sroooot

Ia menyedot ingus nya lagi agar masuk kembali ke dua lubang hidung nya agar tidak semakin jatuh dan membuat nya semakin malu di hadapan kakak nya ini , sedangkan dalam hati Direktur mengumpat tidak jelas karna tindakan Jennie membuat nya sedikit jijik dan terus bertanya tanya dalam hati. Kenapa ia bisa mempunyai adik aneh seperti Jennie ruby yang saat ini ada di hadapan nya

"Baiklah Kak , aku sudah memutuskan akan memenuhi permintaan mu kali ini. Tapi ingat satu hal ! aku melakukan nya hanya untuk Kevin. Tidak untuk yang lain "ucap Jennie tegas namun dengan wajah datar nya masih saja menyedot ingus nya itu , karna ia fikir. Rumah Sakit ini harus tetap steril jadi tidak boleh kotor terkena ingus nya nanti jika jatuh ke lantai

" Terima kasih Jennie , karna kamu sudah mau menuruti keinginan ku kali ini. Ya.. Walau kamu kadang suka berlaku aneh dan jorok , aku akan tetap menghargai ke murahan hati mu ini. Dan Kakak juga percaya bahwa hanya kamu yang bisa menemukan ibu kandung Kevin di Indonesia "ucap Direktur membuat Jennie mengangguk kan kepala nya sebagai jawaban singkat dari nya

" Kalau begitu aku pamit dulu Kak , karna pasti Kevin sudah menunggu ku di ruangan nya "ucap Jennie lalu pergi setelah mendapat kan anggukan kecil dari Direktur

" Kamu adalah adik ku yang paling unik Jen , kamu selalu bersikap dingin kepada Mommy dan Daddy. Tapi ramah pada orang lain , terlebih lagi dengan Kevin. Entah apa jadi nya dirimu jika Kevin pergi meninggalkan kita semua di sini dan semoga saja.. Krystal cepat di temukan "gumam Direktur menatap sendu pintu ruangan nya di mana Jennie menghilang tadi

*********

Jakarta_indonesia *

Akhirnya Lisa bisa keluar juga dari Rumah Sakit berkat bantuan OB yang ia ancam akan di pecat jika tidak membantu nya untuk kabur dari Rumah Sakit ini , walau dalam hati Lisa ia sangat takut jika ayah nya tau dia kabur kuburan seperti ini. Pasti setelah ia kembali nanti akan mendapatkan ceramah 3 jam penuh tanpa henti dari Papa kesayangan nya itu

"Hah.. , akhirnya aku bisa keluar juga dari sana. Soal papa.. Akan ku fikir kan nanti saja lah. Yang jelas , aku harus cepat sampai di Sekolah"ucap Lisa bernafas lega karna ia tak ketahuan tadi , dan ia langsung menghentikan sebuah taksi yang baru saja datang ingin melewati nya

*********

"Hey Chacha Prysilla , mana Lisa Atmajaya kebanggaan Sekolah mu ini Huuh. Kenapa ia tak kunjung tiba? "tanya salah satu siswi dari sekolah Harapan bangsa bernama Nayla putri ini sambil mencengkram kerah seragam milik Chacha dengan cukup kuat , sehingga membuat Chacha sedikit tercekik karena nya.

" Mana ku tau! kenapa Lisa belum juga datang sampai sekarang , yang jelas. Kamu tau sendiri bukan jika aku sudah menelepon nya tadi untuk segera datang kemari. Jadi cepat lepaskan tangan kotor mu ini dari tubuh ku , sebelum kamu menyesal nanti setelah Lisa datang akan langsung mengajar mu habis-habisan , karna kamu berani-berani nya menyentuh sahabat kesayangan nya yang paling cantik ini "jawab Chacha dengan suara lantang walau dalam hati ia ketakutan setengah mati , karna tatapan mata Nayla begitu menakutkan menurut nya .

" Hahahaha , Chacha , Chacha. Ternyata benar rumor yang beredar itu , jika seorang Chacha Prysilla sangat lah penakut. Dan lihat lah sekarang ini , apa kamu sedang mencoba mengancam ku Huuh? , hahahaha . Itu tidak akan membuat ku takut sedikit pun "gertak Nayla membuat tubuh Chacha mulai bergetar ketakutan

" Ter terserah apa katamu , yang jelas aku sudah memperingati mu soal ini. Karna aku yakin , setelah Lisa datang nanti. Kamu dan semua pasukan mu itu , akan segera di permalukan oleh nya" jawab Chacha memberanikan diri untuk melawan yang justru membuat amarah Nayla muncul bergejolak

Dan saat Nayla ingin menampar pipi Chacha , ada sebuah tangan yang mencegah nya lebih dulu

"Jangan menyentuh sahabat ku dengan tangan kotor mu itu Nayla putri yang terhormat "ucap Lisa yg baru saja datang dengan suara dingin nya mengancam Nayla untuk tidak berbuat lebih buruk dari pada ini

Chacha yang melihat sahabat nya telah datang , kini tersenyum penuh kemenangan menatap remeh Nayla.

" Cih , siapa juga yang ingin menyentuh sahabat mu yang kotor itu. Tapi aku senang karna Akhirnya kau datang untuk memenuhi tantangan dari ku Lisa , karna aku yakin. Jika aku tidak datang dengan pasukan ku , kamu tidak akan pernah mau muncul dan menerima tantangan dari ku bukan "jawab Nayla sombing sambil bersama dekap dada jadi terlihat aura angkuh nya semakin terpancar

" Terserah apa katamu saja lah Nay , aku tidak peduli dengan perkataan busuk mu itu. Ayo kita mulai saja pertandingan kita kali ini , aku juga sudah tidak sabar ingin mempermalukan orang sombong seperti mu "jawab Lisa acuh malah membuat Nayla merasa tersendir

Walau pun fisik Lisa sedang down, tapi ia harus tetap melakukan pertandingan ini demi nama baik sekolahnya. Untuk itu , ia harus menang dan mengalahkan orang sombong seperti Nayla agar tidak berbuat se enak nya lagi

"Ayo , kita ke aula sekolah mu sekarang juga. Aku sangat tidak sabar ingin melihat kamu di permalukan di Sekolah mu sendiri Lisa Atmajaya , hahaha "ucap Nayla lantang lalu pergi dengan di iringi tawa menggelegar nya

" Lis , apa kamu yakin ingin menerima tantangan dari Nayla!. Bukan kah kamu sedang sakit? , lebih baik kita batalkan saja ya pertandingan ini. Aku takut sesuatu yang buruk menimpa mu Lisa" ucap Chacha penuh ke khawatiran melihat wajah sahabat nya yang pucat pasi

"Kamu tenang saja Cha , aku pasti akan menang nanti. Lagi pula.. Jika Nayla tidak kita beri pelajaran sekarang , sampai kapan pun juga. Dia tidak akan pernah kapok dan terus berbuat jahat "ucap Lisa sambil menepuk bahu sahabat nya pelan dengan menunjuk kan sedikit senyum di sudut bibir nya berusaha agar terlihat baik baik saja , walau kepalanya sakit bukan kepalang

" Tapi Lis"

"Sudah lah Cha , ayo kita susul Nayla sebelum dia benar benar mengamuk menghancurkan Sekolah kita "ucap Lisa memotong lebih dulu perkataan sahabat nya ini lalu ia lebih memilih pergi lebih dulu meninggalkan sahabat nya yang masih terdiam di tempat nya

" Aku berharap juga seperti itu Lis , tapi entah kenapa.. Perasaan ini berkata lain" gumam Chacha sambil menyentuh jantung nya yg berdegup kencang tak karuan entah karna apa membuat fikiran buruk memenuhi isi kepala Chacha

Beberapa detik kemudian ia menyusul Lisa ke aula sekolah tanpa tau jika sedari tadi ada seorang guru wanita yang melihat kejadian tersebut

"Perasaan mu itu memang benar Chacha , memang akan ada hal buruk yang akan terjadi kepada Lisa "gumam Guru wanita itu sambil tersenyum misterius dan ikut pergi ke aula menonton pertandingan Lisa di sana

*******

New Zealand *

Saat ini , Jennie tengah duduk seorang diri di taman belakang Rumah Sakit. Sambil menangis setelah keluar dari ruangan Direktur tadi

Awal nya , ia memang ingin kembali ke ruangan Kevin. Tapi di tengah jalan langsung ia urungkan niat nya itu ketika kembali teringat akan perkataan Direktur tadi padanya.

"Hiks hiks , aku tidak sanggup kehilangan Kevin Tuhan. Ta tapi aku tau dia berhak bahagia , un untuk itu hiks tolong bantu aku agar menemukan ibu kandung nya Kevin . Hanya itu satu satu cara agar aku bisa membuat nya tetap merasakan kebahagiaan dan melupakan sejenak kesakitan nya itu , Tuhan.. Tolong bantu aku untuk mengabulkan keinginan malaikat kecil yang kau berikan kepada kami. Dan tolong , jangan ambil dia sebelum kami bisa membawa ibu nya kemari "isak tangis Jennie seorang diri dengan mata terpejam dan tangan yang menyatu rapat berdoa kepada sang maha kuasa agar keinginan nya kali ini bisa di kabulkan

Tak lama dari itu , datang lah Kevin bersama dengan Suster Merry yang mendorong kursi roda nya

" Doktel cantik kenapa menangis " tanya Kevn sedih membuat Jennie menghapus air mata nya dengan kasar lalu berjongkok di depan kursi roda Kevin dengan menunjuk kan senyum terbaik nya

" Dokter cantik tidak apa - apa Kevin , mata Dokter cantik tadi hanya kelilipan debu saja. Karna itu mengeluarkan air mata seperti ini "jawab Jennie mengelak pertanyaan dari Kevin tadi agar tidak semakin membebani fikiran bocah kecil ini jika dia tau bahwa Jennie menangis karna memikirkan nya

" Benalkah itu? , kalau begitu lebih baik kita kembali saja masuk ke dalam. Kevin tidak ingin Doktel cantik kelilipan lagi "ucap Kevin dengan wajah polos nya membuat hati Jennie sedikit menghangat karna nya

" Baiklah , ayo kita kembali ke dalam. Tapi sebelum itu , Boleh kah Dokter cantik bertanya padamu" tanya Jennie hati hati agar tidak menyakiti hati malaikat kecil kesayangan nya ini

"Boleh , katakan saja apa yang ingin Doktel cantik tanyakan padaku "jawab Kevin dengan senyum ceria nya membuat hati Jennie teriris kembali

" Kevin , jawab dengan jujur pertanyaan Dokter cantik ini. Apa.. benar jika Kevin ingin bertemu dengan Mommy?" tanya Jennie membuat Kevin sedikit terkejut sejenak , dan detik berikut nya Kevin langsung menunjuk kan ekspresi murung nya. Membuat Jennie merasa sedikit bersalah sekarang ini

"Hey , ada apa?. Apa.. Perkataan Dokter cantik tadi menyakiti mu "ucap Jennie mengalun sedih membuat Kevin langsung menggelengkan kepala nya sebagai jawaban

" Bukan kalna itu , Kevin.. Hanya sedih saja kalna Mommy tidak pelnah lagi datang menemui Kevin di sini. Memang benal , Kevin ingin beltemu setidak nya sekali saja dengan Mommy. Doktel cantik , apa Mommy pelgi kalna tidak menginginkan kehadilan Kevin lagi di sini. Kalna itu kan , Mommy pelgi dan tak kembali hiks hiks. Me mang apa salah Kevin ke Mommy , se se hingga hiks Kevin di buang di sini "jawab Kevin jujur dengan berderai air mata , membuat Jennie juga ikutan menangis karna nya

Dan langsung membawa tubuh Kevin kedalam dekapan nya

" Hiks hiks tidak Kevin , hiks hiks tidak. Kevin tidak boleh berfikiran seperti itu , Mommy Kevin pergi pasti punya alasan tersendiri sehingga menitipkan Kevin di Rumah Sakit ini hiks. Mungkin saja bukan , jika Mommy Kevin sedang mencari uang yang banyak untuk pengobatan Kevin agar cepat sembuh. Untuk itu buang jauh jauh fikiran buruk Kevin tadi ya , karna.. Seburuk buruk nya seorang ibu. Dia pasti punya alasan kuat di balik sikap nya selama ini "ucap Jennie menjeda kalimat nya sejenak untuk mengambil nafas , beberapa detik kemudian baru ia melanjutkan kata nya lagi

" Dan dengarkan ini baik baik Kevin , Dokter cantik berjanji padamu. Bahwa Dokter cantik akan mengabulkan keinginan mu itu , untuk itu Kevin juga harus berjuang lebih keras lagi agar bisa sembuh ya. Karna.. Setelah Kevin sembuh nanti , kita bisa berjalan jalan dengan Mommy. Sama seperti yang Kevin ingin kan selama ini bukan "ucap Jennie dengan menahan gejolak rasa sakit di hati nya ketika mengatakan apa yg baru saja ia katakan tadi

Sejujur nya , dia juga ragu. Ragu bisa menemukan ibu kandung Kevin , tapi ia sudah berjanji. Dan ia akan berusaha keras untuk mewujudkan hal itu

"Kevin pelcaya dengan Doktel cantik , kalna Doktel cantik baik. Jadi pasti bisa menemukan Mommy "gumam Kevin pelan sambil mengerat kan pelukan nya membuat sebuah senyuman Jennie terbentuk sedikit meski air mata nya masih belum berhenti

Dan Suster Merry yang sejak tadi hanya diam sebagai penonton , kini ikut menangis merasakan kesedihan mereka berdua. Karna walau bagaimana pun , Selain Jennie . Suster Merry ini kah yang selalu menemani Kevin jika Jennie sedang bertugas

"Semoga Dokter Jennie bisa mewujudkan nya "gumam Suster Merry dalam hati berdoa kepada tuhan agar bisa menjadi kenyataan


next chapter
Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C1
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen