App herunterladen
80% My Deadly Beautiful Queen / Chapter 40: Keputusan Yang Membawa Perubahan

Kapitel 40: Keputusan Yang Membawa Perubahan

"Apa?" Nadir takmengerti.

"Apa kau meragukan aku? Ingat aku masih seorang Ratu di sini. Bukan karena Raja Tawang menghukumku, kau bisa membantahku." Kata Ratu memperingatkan.

"Bawa pelayan ini pergi dan usir dia. Aku tidak ingin melihat wajahnya lagi" kata permaisuri.

Tak ingin mendapat masalah, Nadir menyruh orang untuk membawa pergi Giatri dan mengusirnya. Ketenangan di ruang utama kembali. Ratu kembali duduk berlutut.

~Giatri, larilah sejauh mungkin. Dengan racun ini, aku akan menghabisi Siane dan Rendra juga ayahku. Setelah itu, aku akan menjadi wanita pertama yang berkuasa atas Tawang dan Artha Pura Kencana.~

Lamunan indah permaisuri berakhir ketika Raja Artha Pura Kencana, Rendra tiba diiringi Arya dan beberapa orang lainnya. Para menteri yang dari tadi berlutut segera memberi salam kedapa Baginda Raja.

"Hmmm, inikah yang disebut Raja? Mengandalkan orang lain untuk membebaskan dirinya sendiri. Sungguh memalukan" sindir Permaisuri.

Rendra hanya menoleh melihat tingkah permaisuri. Ia merasa kasihan, sebentar lagi wanita itu akan segera kehilangan segalanya.

Tak lama kemudian, masuklah Raja Tawang beserta romongannya. Terkhir, Siane berserta Ming dan Aninda. Biasanya, Raja Tawang akan menjadi orang yang paling benci jika ada orang yang datang lebih lambat dari dirinya. Tapi kali ini, ia bahkan tak bergeming mengenai keterlambatan seorang selir.

~Ada apa ini? Batin Rendra yang merasa makin curiga dengan Rendra. ~

"Semua sudah berkumpul, mari kita mulai" kata Raja Tawang.

"Penasehat, apa yang tata hukum katakan mengenai kearoganan permaisuri?"

Penasehat dari kerajaan Tawang segera memberikan jawaban. Berbeda dengan penasehat yang ada di Artha Pura, ia sama sekali tidak menunjukkan ketakutan dalam mengemukakan pendapatnya.

"Begituh, Baginda. Seorang wanita tidak diperkenankan untuk menjadi Raja apa lagi, memecat raja. Meskipun beliau adalah seorang Ratu. Jikalau pun Raja telah meninggal, menurut tata hukum, wanita tidak bisa menjadi Raja"

"Raja, Artha Pura apa pendapatmu mengenai ini?"

Rendra menoleh kepada Raja Tawang. Pertanyaan ini, bisa jadi adalah jebakan. Jika salah menjawab, maka ia akan kehilangan semuanya.

"Ananda rasa, kecemburuan permaisuri terhadap selir Siane membuatnya menjadi seperti ini. Ananda mohon, maafkanlah permaisuri"

"Kecemburuan?" tanya Raja Tawang. Semua yang hadir hening dan mendadak melihat Siane. Merasa dirinya terpojokkan, Siane memilih berlutut dan mengakui kesalahannya.

"Begitulah ceritanya, hamba mohon ampun Yang Mulia Baginda Raja Tawang. Hamba siap menerima segala konsekuensi yang akan Yang Mulia jatuhkan pada hamba" Jawab Siane setelah menceritakan semua kejadian yang terjadi pada malam sebelumnya.

Raja Tawang tertawa. Ia tertawa lepas dan sangat terbahak-bahak. Kali ini, hanya dia dan pemikirannya saja yang paham akan arti tawanya itu.

~Ayah, kau sudah tidak waras~ batin permisuri.

Mengapa ia tertawa, apakah ini hal yang lucu? Batin Rendra.

"Putriku, apa benar hanya karena hal sepele seperti itu kau sampai memenjarakan Raja dan selirnya?" tanya Raja Tawang. "Biacaralah!"

Permaisuri berdii.

"Itu benar Ayah Handa."

Kepercayaan diri, Permaisuri iba-tiba muncul mendengar perntayaan dari ayahnya.

"Ku rasa, hanya seorang selir. Tidak pantas untuk memprovokasi diriku. Aku ingin ia dihukum karena telah menyinggungku."

"Begitu?" tanya Raja Tawang.

"Bagimana menututmu Rendra? Apa Putriku masih pantas menjadi permaisuri?"

Rendra melihat ke arah permaisuri. Ia sebenarnya tahu benar, Siane hanyalah ia jadikan alasan. Alasan sebenarnya adalah karena Rendra mengeksekusi gurunya, Darsi karena menggelapkan uang kerajaan. Bagimana ia tidak akan bertindak? Permaisurilah orang yang membantu Darsi selama ini.

"Maafkanlah permaisuri. Biarkan ia merenungi kesalahannya di istananya selama satu tahun" kata Rendra diplomatis.

"Ha ha ha ha ha, kenapa kau takut kehilangan tahtamu?" ejek Permaisuri. "Kau benar-benar menjijikkan, tidur dengan wanita murahan. Menjilat Raja Tawang dan kini ingin berdamai denganku. Aku tidak akan mau menerima semua ini!"

Raja Tawang yang melihat anaknya semakin tidak tahu diri heran.

"Kita akan tetap menghukumnya"

"Apa?" kata Permaisuri dengan cepat dalam keterkejutannya.

"Wanita sepertinya harus tahu sopan santun dan kedudukannya. Jika hal sepele seperti ini, sampai ke telinga rakyat dan kita tidak ambil tindakan, maka kau akan kehilangan wibawamu sebagai raja."

~Oh, jadi kau akan menghukumku ayah? Ayo katakan bagaimana kau akan menghukumku. Setelah ini, aku akan membunuhmu dengan racun yang aku dapat dari Giatri. Tak masalah bagimana kau akan menghukum, selama aku bisa mendekatimu sedikit saja, aku bisa mengambil nyawamu~

"Seorang raja memiliki banyak selir adalah hal yang wajar. Jika sampai Permaisuri tidak bisa memahami hal ini dan menjadikannya alasan untuk berbuat gila, apalagi sampai memecat seorang Raja dan memenjaraknnya. Itu adalah sebuah konspirasi. Oleh karena itu, ia harus dihukum."

Semua orang mendadak tegang. Rendara melirik ke arah Siane.

~Siane, Mengapa tiba-tiba aku merasa pilu hanya dengan melihatmu. Ada apa ini?~

"Mulai dari sekarang, aku mencabut gelar permaisuri pada Narawati Ken Surya Bharatha yang tidak lain adalah putriku sendiri. Selain itu gelar Raja yang ia sematkan pada dirinya, Raja Kanjeng Gusti Roro Cokro Astarana Lintang Ajeng aku yatakan tidak sah.

Mulai sekarang, ia hanya akan menjadi selir tanpa gelar. Karena ia begitu menyukai nama yang ia pakai untuk menjadi Raja, maka aku mengubah namanya menjadi Roro Cokro Astarana Lintang Ajeng. Ia akan dikuring di Istana Ratapan. Tanpa izin dariku tidak ada yang boleh mendekatinya atau mengunjunginya"

"Tidak mungkin, ayah kau keterlaluan" teriak Permaisuri. Ia tidak terima gelarnya di cabut apa lagi sampai kedudukannya diambil.

~Jika begini, aku tak bisa mendekati mereka. aku tidak bisa membunuh mereka. Sekarang adalah satu satunya kesempatanku~

"Diam!" teriak Raja Tawang yang melihat putrinya menggila dan mencoba mendekatinya.

"Duduk dan berlututlah!"

Permaisuri tak punya pilihan, hilang sudah kesempatan dan rencana besarnya.

~Ini semua gara-gara selir itu. Ya benar, gara-gara dia.~

"Ayah, tidakkah ini berlebihan?"tanya Renra yang mulai khawatir.

"Tidak, ia harus tahu cara menghargai orang lain terutama laki-laki. Jika ia tidak bisa menghargai seorang raja, maka ia tidak pantas menjadi ibu negara"

"Yang Mulia, siapa yang akan mengisi kedudukan sebagai Ratu" tanya penasihat kerajaan.

"Oh, itu aku sudah memikirkannya. Aku berikan pada Kartika. Suruh selir itu masuk"

Tak berapa lama, Selir Kartika hadir dengan pakaian maha indah. Seperti sudah dipersiapkan semuanya. Narawati yang melihat ini semakin berhasrat membunuh semua orang termasuk Kartika.

"Hamba Yang Mulia" kata Kartika memberi hormat pada Raja Tawang.

"Mulai hari ini, aku memberimu gelar Sri Dewi Ratu Kartika Mayang, Permaisuri dari Artha Pura Kencana."

Semua orang segera berlutut mendengar hal itu.

"Dan untuk Selir Siane, aku menghukumnya mejadi tawanan Kerjaan Tawang. Mulai sekarang, kau bukan lagi siapa-sapa di sini."


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C40
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen