"Gimana mau masuk, gak mungkin kan gue manjat pagar," ucap Tania.
"Makanya tu otak dipake Tan, bukan jadi pajangan doang," ucap Clara.
"Njir," ucap Tania.
"Sini ikut gue," ucap Clara.
"Ke mana sih," jawab Tania, yang kini telah ditarik duluan oleh Clara.
"Pak, buka gerbangnya," ucap Clara pada satpam sekolah tersebut.
"Eh, baik non," ucap satpam tersebut yang kini bergegas menuju gerbang.
"Non Tania tumben telat?" tanya satpam sekolah.
"Kesiangan pak," sahut Tania.
"Ooh, ya udah masuk non," ucap satpam dengan pagar yang kini telah terbuka lebar.
Clara segera berlari menuju mobilnya yang diikuti oleh Tania.
"Ara," panggil Tania.
"Apa?" sahut Clara yang berhenti menyelesaikan langkahnya.
"Kok bisa sih?" tanya Tania.
"Ntar deh, mending masuk dulu ntar keburu ditutup tuh pagar," ucap Clara.
"Hmm," sahut Tania yang kini masuk ke dalam mobilnya dan melakukannya menuju parkiran sekolah.
"Makasih pak," ucap Tania yang melewati satpam sekolah.
Kini mobil Tania dan Clara telah terparkir rapi di sana, Tania segera keluar dari mobilnya dan menghampiri Clara yang masih berdiam diri dimobilnya.
"Ara, ngaca mulu lo," ucap Tania yang kini berada di samping mobil Clara.
"Eeh, iya. Sabar napa neng," ucap Clara, yang turun dari mobilnya
"Kok kita bisa masuk sih?" tanya Tania.
"Ya iyalah, orang satpam tau kalo gue anak kepala sekolah, dan dia juga tau kan kalo lo itu anak pak Barend. Makanya, dia bukain tu pagar," jawab Clara.
"Parah, ngandelin jabatan bokap," ucap Tania.
"Hahaha, biarin, yang penting sekarang bisa masuk," ucap Clara.
"Terserah lo deh," ucap Tania.
"By the way lo jurusan apa?" tanya Clara.
"XI IPA 1, lo?" jawab Tania.
"Gue nak IPS, maklumlah otak gue gak mampu untuk IPA," ucap Clara.
"Iyain aje dah, biar cepat kelar," ucap Tania.
"Yaudah, mending ke kelas yuk," ucap Tania.
"Kuy lah, tapi tunggu dulu," ucap Clara.
"Apa lagi?" sahut Tania.
"Minta nomor lo," ucap Clara.
"Bentar-bentar," sahut Tania yang kini merogoh saku hoodienya.
"Nih," ucap Tania yang menyodorkan sebuah benda pipih ke Clara.
"Password nya gue gak tau," ucap Clara.
"Gak ada pake password," jawab Tania.
"Iih, gak ada privasi banget sih hidup lo," ucap Clara.
"Bodo," jawab Tania.
"Dah, ntar gue chat lo," ucap Clara.
"Iya," jawab Tania.
"Ya udah, kuy lah masuk kelas," ajak Clara.
"Iyah," sahut Tania yang kini berjalan menuju kelasnya.
Kini, mereka telah berada di perbatasan jurusan antara anak IPS dan IPA.
"Dah Tan, gue masuk kelas dulu," ucap Clara.
"Iya, byee," sahut Tania.
"Ntar gue chat lo," ucap Clara.
"Iya, lo bawel banget sih," ucap Tania.
"Hehehe," sahut Clara.
"Ara, udah ada guru di kelas lo," ucap Tania.
"Gampang mah, lo gak usah khawatir ama gue," ucap Clara.
"Ya udah, gue ke kelas dulu," ucap Tania.
"Yoi," sahut Clara.
Tania segera bergegas berjalan menuju kelasnya, dan setelah beberapa menit ia berjalan melewati beberapa kelas dan akhirnya kini ia sampai juga di kelas yang ia inginkan.
"Syukur deh, untung gak ada guru yang masuk," lirih Tania yang kini berada di depan kelasnya. Tania dengan santainya memasuki kelas tersebut dan banyak beberapa pasang mata yang melihat Tania dengan tatapan heran.
"Kenapa? Liatin gue!" bentak Tania yang kini segera duduk di kursinya.
Entah kenapa kini ia sangat beda dari sebelumnya, dan mereka sampe terheran-heran melihat Tania yang berbicara, yang lebih tepatnya membentak mereka.
Suara Tania menggelegar di ruangan tersebut dan semua siswa siswi yang berada disana kembali fokus pada urusannya masing-masing, termasuk Tania yang kini fokus pada novel yang barusan ia keluarkan dari tasnya. Tania tampak kaget saat tiba-tiba seseorang yang kini berada disampingnya.
"Ngapain lo di sini?" ucap Tania yang melihat ke arah Zergan yang menggeser kursinya untuk mendekati Tania.
"Ini beneran lo?" ucap Zergan.
"Menurut lo?" ucap Tania yang tampak kesal.
"Gak, ini bukan lo. Soalnya, Tania yang pernah gue lihat gak kaya gini, dia cengeng, penakut, terus suka memahami sifat temen-temen," ucap Zergan.
"Udah?" ucap Tania.
"Udah," ucap Zergan.
"Lo pengen tau kenapa gue kaya gini?" ucap Tania.
"Mau," sahut Zergan.
"Karena, gue gak mau terus mengalah sama manusia kaya mereka. Kalau gue diemin terus yang ada mereka tambah ngelunjak," ucap Tania.
"Good, gue suka Tania yang sekarang," ucap Zergan.
"Iya," sahut Tania.
"Hebat lo Tan, bisa berubah instan," ucap Zergan.
"Pala lo instan, gue udah lama diginiin dan baru sekarang gue bisa jadi diri gue sendiri," ucap Tania.
"Sorry gue gak tau, gue lebih suka sifat asli diri lo sendiri, dari pada kemaren," ucap Zergan.
"Terserah lo," jawab Tania.
"Eits, bentar-bentar," ucap Tania yang kini melihat ke arah Zergan dengan penuh teliti.
"Apa? Ngapain lo liat gue kaya gitu, hah?" ucap Zergan.
"Lo juga berubah, gak kaya Zergan yang pernah gue kenal," ucap Tania.
"Berubah apanya? Orang gue gitu-gitu aja," ucap Zergan.
"Beda! lo gak sama kaya kemaren," ucap Tania.
"Apa yang beda?" tanya Zergan.
"Lo kok jadi sok kenal, sok deket, sok akrab gini sih ama gue? Kemaren aja lo natap gue kaya natap musuh bebuyutan aja lo, eeh sekarang jadi kaya gini," ucap Tania.
"Seharusnya lo itu bersyukur kali, gue bisa kaya gini ke lo," ucap Zergan.
"Emang yang lain?" sahut Tania.
"Ga ada, cuma lo doang," ucap Zergan.
"Kenapa?" tanya Tania.
"Karena, lo beda dari yang lain," ucap Zergan.
"Ooh," sahut Tania yang kembali fokus membaca novelnya.
"Yahh, gue dikacangin," ucap Zergan yang kini mengambil ponselnya yang berada disaku celananya.
Lagi-lagi Tania harus berhenti membaca novelnya, karena sebuah getaran yang berasal dari saku hoodienya. Tania segera mengeluarkan benda pipih dari saku hoodienya, yang menampilkan sebuah notif dari nomor tak dikenal. Tania yang penasaran segera membuka notif tersebut.
'Tania, save nomor gue ya,' (pesan unknown).
'Woi, Tan,' (pesan unknown).
'Jangan kacangin gue napa sih, lu kira gue martabak apa, yang harus dikacangin,' (pesan unknown).
'Save nomor gue, Clara cantik,' (pesan unknown).
"Ngapain sih ni anak, ga ada kerjaan banget," batin Tania.
'Okey, udah gue save,' (pesan Tania).
'Asyiaaap,' (pesan Clara).
'Gak belajar lo?' (pesan Clara).
'Ga ada guru, lo sendiri gimana?' (pesan Tania).
'Ada, tapi dia mah sibuk, lagi nilai tugas,' (pesan Clara).
'Nekat banget lo,' (pesan Tania).
'Hahhaha, siapa dulu, Clara,' (pesan Clara).
'Gue do'ain semoga hp lo diambil tuh guru, karena lo mainin di jam pelajaran,' (pesan Tania).
'Jahat lo,' (pesan Clara).
'Siapa suruh main hp,' (pesan Tania).
"Tania, lo liat Rafel gak? Soalnya dari tadi gue gak liat tuh," ucap Zergan.
***