App herunterladen
95% Mendekap Rasa / Chapter 19: Bercerita Pada Filio

Kapitel 19: Bercerita Pada Filio

Filio pun menutup teleponnya, lalu ia melihat jam pada ponselnya. 'Hah, sudah jam sembilan. Sedangkan aku janji bertemu Fiona jam sepuluh.' Batin Filio. Ia pun langsung bangkit dari tempat tidurnya dan bergegas ke kamar mandi.

Filio baru saja selesai mandi. Ia pun bersiap-siap, ia memakai kaos lengan panjang, lalu menyemprotkan parfum ke tubuhnya, tak lupa juga ia menyisir rambutnya. Setelah rapi, Filio pun keluar dari kamarnya dengan membawa dress yang sudah ia beli untuk Fiona.

Filio mengeluarkan kendaraan roda empatnya, lalu ia mengendarainya menuju ke jalan dekat rumah Fiona. Filio melirik jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh, Filio merasa tidak enak dengan Fiona, karena sudah bisa dipastikan ia akan datang telat. Filio pun mempercepat laju kendaraannya agar cepat sampai di tujuan.

Pada waktu yang sama, Fiona sudah rapi, ia mengunci pintu rumahnya, lalu melangkahkan kakinya menuju ke pinggir jalan raya tempat ia berjanji akan bertemu Filio.

Fiona pun sampai lebih dulu karena jarak tempat mereka akan bertemu memang tak jauh dari rumah Fiona, ia berdiri di pinggir jalan raya. Fiona hanya takut ada orang yang mengenalinya, lalu melihat ia yang dijemput dengan kendaraan beroda empat.

Fiona mengambil ponsel yang berada di dalam tasnya, lalu ia menelepon Filio.

Drrttt ... Drrttt ...

Ponsel milik Filio bergetar, tapi ia tidak bisa mengangkatnya karena masih berada di jalan.

Fiona menutup kembali ponselnya. Tak lama kemudian, ada tiga orang laki-laki yang lewat di dekatnya, lalu menggodanya, Fiona merasa takut karena penampilan ketiga laki-laki tersebut lusuh, mereka adalah anak jalanan. Fiona hanya meliriknya, lalu ia kembali menunduk dan berharap Filio akan secepatnya datang.

Fiona masih berdiri di pinggir jalan menunggu kedatangan Filio sampai kakinya terasa pegal. Namun Filio belum juga datang.

Tin ... Tin ...

Mobil sedan berwarna hitam berhenti tepat di hadapan Fiona, pengendara mobil itu pun membuka kaca, lalu tersenyum pada Fiona.

"Yuk, masuk!"

Fiona membuka pintu mobilnya, lalu masuk ke dalamnya.

"Sudah nunggu lama ya?" Tanya Filio

"Kurang lebih satu jam aku menunggu kamu."

"Maaf ya."

Filio merasa tidak enak pada Fiona karena ia datang telat akibat bangun kesiangan.

"Aku sampai digoda sama anak-anak jalanan." Ucap Fiona.

"Oh ya? Ya ampun, maaf ya karena kelamaan menunggu aku, kamu jadi digoda. Tapi mereka nggak ngapa-ngapain kamu kan?"

"Alhamdulillah nggak."

Filio melirik Fiona yang hari ini terlihat cantik dan lebih feminin dari pada biasanya. Ia memakai rok dengan panjang selutut, lalu kaos lengan panjang. Pantas saja jika ia digoda oleh anak-anak jalanan, penampilannya cantik seperti wanita korea.

"Kamu cantik banget sih hari ini, pakai pakaian seperti itu, jadi fiminin." Puji Filio. Fiona pun hanya tersenyum kecil mendengar pujian tersebut.

"Kamu sudah izin sama orang tua kamu kalau mau pergi sama aku?" Tanya Filio.

"Hhmmm, aku belum izin sama Papa karena Papa masih kerja."

"Kalau sama Mama?"

'Mamaku sedang ke Bali bersama Papamu. Andai kamu tau kalau orang tua kita sudah menikah.' Batin Fiona.

"Sama Mama juga belum, karena Mamaku nggak ada."

Filio menoleh ke arah Fiona, "nggak ada? Memangnya Mama kamu kemana?"

"Aku anak broken home, Mamaku sudah pisah sama Papaku."

"Astaghfirullah .... Maaf ya Vin, aku nggak tau."

Fiona atau Vinia pun melirik Filio, 'kedua orang tuaku berpisah karena adanya Papamu, Papamulah penyebab rusaknya rumah tangga kedua orang tuaku.' Batin Fiona.

"Kalau kedua orang tua kamu, gimana?" Fiona balik bertanya.

"Alhamdulillah kedua orang tuaku masih ada bersamaku."

"Syukurlah orang tua kamu tidak seperti orang tuaku." Lanjut Fiona.

"Sebenarnya itu yang aku takutkan. Aku takut kedua orang tuaku berpisah. Rasanya aku takkan pernah bisa tegar jika kedua orang tuaku sampai bercerai."

'Kamu tidak tahu saja kelakuan Papamu yang sudah memisahkan aku dengan Mamaku!' Batin Fiona.

"Akupun begitu, semua ini sulit aku terima!"

Fiona pun tak semudah itu menerima takdir buruknya ini. Disaat ia masih membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya, tapi mereka harus berpisah karena keegoisan sang mama yang memilih kebahagiaannya sendiri tanpa memikirkan bagaimana perasaan kedua buah hatinya. Sakit sekali jika Fiona kembali teringat bahwa orang yang menghancurkan rumah tangga kedua orang tuanya adalah Papa Rizal yang tak lain adalah orang tua Filio.

"Kamu yang sabar ya, kalau Allah memberikan ujian ini apda kamu, itu berarti kamu kuat Vin."

"Iya."

"Oh iya Vin, aku mau kasih ini sama kamu!" Ucap Filio seraya memberikan paper bag berwarna cokelat. Fiona pun membuka isinya.

"Waahh dressnya bagus banget." Ucap Fiona dengan ekspresi wajah bahagianya.

"Iya, semoga pas dipakai sama kamu."

"Kalau dilihat dari ukurannya sih pas dan aku suka banget, terima kasih ya."

"Iya. Jadi tuh kemarin, aku mengantar adikku ke Mall, lalu dia membeli dress itu, tiba-tiba aku teringat kamu, aku belikan aja satu untuk kamu."

'Filio membelikan aku dress ini pasti saat kemarin aku melihat ia di Mall bersama keluarganya, untungnya dia tidak melihatku berada di Mall yang sama.' Batin Fiona.

"Aku seneng banget, terima kasih ya."

"Iya."

Terlihat sekali ekspresi wajah Fiona yang bahagia saat diberikan hadiah berupa dress tersebut. Filio yang memberikannya pun turut bahagia.

Fiona dan Filio sudah sampai di Mall. Filio memarkirkan kendaraannya di basement, lalu Fiona bercermin, ia merapikan rambutnya.

"Udah cantik kok, yuk turun!"

Fiona pun tersenyum pada Filio, lalu ia turun dari mobil dan ia berjalan di samping Filio.

"Mau kemana dulu?" Tanya laki-laki yang mengajak Fiona bertemu.

"Terserah kamu."

"Kita makan dulu yuk! Aku lapar belum makan dari rumah."

"Oke!"

Fiona mengikuti langkah kaki Filio, terserah ia mau mengajaknya makan dimana, Fiona setuju saja. Setelah sampai di Restaurant, Filio pun memesankan makanan dan minuman untuk dirinya dan untuk Fiona, lalu mereka pun duduk berhadapan.

"Vin, kalau aku boleh tau, apa penyebab kedua orang tuamu berpisah?"

Fiona sebenarnya tidak ingin membahas tentang masalah ini karena hanya akan membuatnya kembali bersedih.

Melihat wajah Fiona yang tiba-tiba berubah, membuat Filio merasa tidak enak karena sudah berani menanyakan hal tersebut.

"Vin, maaf ya kalau aku nanya seperti itu, kalau kamu nggak mau jawab juga nggak apa-apa kok." Ucap Filio yang merasa bersalah.

"Nggak apa-apa kok, sekalian aku mau cerita sama kamu. Jadi orang tua aku itu bercerai karena adanya orang ketiga, laki-laki yang masuk ke dalam rumah tangga kedua orang tuaku, lalu Mamaku memilih untuk bercerai dari Papa dan menikah dengan laki-laki itu." Papar Fiona.

"Ya Allah, aku nggak bisa membayangkan betapa hancurnya hati kamu."


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C19
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen