📩"Kurang banyak, bahkan itu ga membuat aku kapok".
📨"Ga usah mancing kamu!".
📩"✌aku masuk dulu".
📨"Awas kamu".
Edwin tersenyum sambil menjalankan mobilnya.
Beberapa hari ini Aji semakin nekat mendekati Bila, sebenarnya Bila merasa risih, ia tidak menyangka kalau pria pemalu seperti Aji bisa seagresif itu.
Pagi itu Aji datang ke kantor membawa buket bunga mawar merah yang sengaja ia bawa untuk Bila.
Dengan penuh percaya diri ia mendekati meja Bila dan meletakan bunga itu, kemudian segera masuk ke ruangannya sebelum banyak orang mengetahuinya.
Bila tiba di kantor agak terlambat, ketika masuk ke dalam departennya ia heran melihat taman-temannya meledek dan tersenyum jahil.
Ketika sampai di depan meja ia mengambil buket bunga itu dan segera menunjukan pada rekan kerjanya.
"Ini yang mbuat kalian meledek ku?".
"Cie.... yang punya penggemar rahasia, mbak buka dong dari siapa".
"Buka ga ya?"
"Mbak buka, aku kepo dari siapa itu?".
Bila meggelengkan kepala tanda ia tidak akan memberitahu siapa pengirim bunga itu, membuat teman keponya kecewa.
Bila duduk dan mengambil kartu dari sela bunga itu.
"Maaf jika aku lancang, tapi inilah perasaanku yang sesungguhnya.
Wait your answer
Aji"
Mata bila terbelalak ketika membaca nama pengirim bunga itu.
"Apa... aku sudah bersusah payah menghindari semua ini, tapi...." pikiran Bila terasa kacau memikirkan tingkah nekat Aji.
Tiga hari setelah kejadian itu, Bila sengaja ke ruangan Aji selain untuk menyerahkan laporan, ia juga ingin mengatakan sebuah kejujuran pada pria malang itu.
Tiga hari ini Bila benar-benar bekerja siang malam untuk menyelesaikan laporan yang seharusnya selesai satu minggu lagi, ia tidak ingin lebih lama lagi berada di tempat itu, ia tidak ingin menambah masalah lagi.
Apa lagi pernikahannya tinggal menghitung hari, lebih baik jika ia menyiapkan hari sepesial itu dengan tenang.
Dengan hati-hati Bila mengetuk pintu, setelah Aji mempersilahkan masuk ia segera menghadap.
Sementara Aji merasa salah tingkah keringat dingin tetasa membanjirinya.
"Maaf mas semua laporan yang mas Aji inginkan sudah selesai dan ini dokumen yang mas Aji perlukan,soft filenya sudah saya berikan ke teman lain, supaya segera dipelajari" kata bila sambil menyerahkan setumpuk dokumen.
"Sudah selesai secepat ini?" tanya Aji heran.
"Ya mas saya sengaja, supaya saya bisa kembali ke kota saya".
"Kenapa Nisa, apa kamu terganggu dengan... apa yang saya lakukan tempo hari" ada penyesalan dalam.kata-kata Aji.
"Maaf mas, sebenarnya saya ada urusan lain" Bila menarik napas panjang sebelum melanjutkan penjelasannya "mas.... terimakasih atas kejujuran mas Aji sama saya, tapi maaf mas saya sudah menikah walau baru sah secara agama, dan alasan saya ingin cepat kembali karena saya dan suami saya akan segera meresmikan pernikahan kami, maaf jika saya tidak bisa membalas perasaan mas Aji, saya yakin ada seseorang yang lebih baik yang Allah persiapkan untuk mas Aji, dan semoga orang itu akan segera mas Aji temui".
"Apa Nisa kamu sudah menikah, kapan?" wajah Aji tampak pucat mendengar semua itu.
"Dua bulan yang lalu mas, maaf jika saya mengecewakan mas Aji".
"Aku... yang harusnya minta maaf" dengan segera Aji menyembunyikan kekecewaannya kemudian berdiri sambil menjulurkan tangannya untuk bersalaman "selamat ya Nisa semoga kalian.jadi keluarga yang samawa".
Bila menyambut salam sambil brrdiri "terimakasih mas, dan maafkan saya".
Aji mengangguk ia berusaha sekuat mungkin untuk menyembunyikan kesedihannya.
Setelah Bila keluar Aji hanya mampu termenung menatap ke arah pintu, ia merasa menjadi laki-laki terbodoh.
Peresmian pernikahan Bila tinggal setengah bulan lagi, ia ingin mempersiapkan semua, sehingga siang itu ia menemui Reifan untuk meminta ijin agar bisa pulang secepatnya.
Setelah menerima laporan yang sudah beres dan alasan Bila, ahirnya Reifanpun memberikan ijin pada Bila untuk segera pulang.
"Pak Reifan kalau boleh saya ingin meminta bantuan bapak".
"Selama saya bisa".
"Tolong bapak jangan beri tahu kak Edwin kalau saya sudah kembali" pinta Bila dengan malu-malu.
"Kenapa?" Reifan terlihat kaget.
"Saya ingin fokus menyiapkan pernikahan saya, kalau kak Edwin tahu saya sudah di rumah pasti dia maunya saya pulang ke rumah papa".
"Hahaha... kasihan kamu Win" Reifan mengejek Edwin dalam hatinya "Ok...".
"Trimakasih pak, hari ini saya akan mengucapkan perpisahan sama teman team saya, dan besok hari terahir saya di kantor ini pak".
"Ok... tapi saya harap jika perusahaan meminta bantuan kamu, kamu siap".
Bila terlihat kecewa dan ragu "tapi pak".
"Ada masalah?".
"Rencananya saya mau resign pak dari perusahaan bapak".
"Apa?" Reifan tampak kager " karna Edwin?".
Bila tak menjawab ia hanya tersenyum simpul.
"Saya janji kalaupun saya meminjam kamu dari suamimu, itu tidak akan lama".
"Tapi pak saya sudah berjanji sama kak Edwin".
"Saya yang akan bicara dengan suami kamu".
"Baikpah pak, saya permisi dulu" Bila berpamitan pada Reifan.
Morning readers, selamat membaca.
Oh ya ijinin Sy mempromokan Novel ke 2 saya yang Insyaallah mulai rutin Up walau baru 2 hari sekali dengan judul "KISAH DIANTARA DUA HATI".
Selamat membaca, jangan lupa untuk tetap mendukung novel dari saya (asli produk anak bangsa ??? )
Love you all.