App herunterladen
1.27% Memandang Lautan Biru Yang Luas / Chapter 4: Tamparan Keras!

Kapitel 4: Tamparan Keras!

Selain itu, ada risiko yang harus siap Ai Zhiyi hadapi jika saja ia melakukannya. Itu sebab mengapa ia belum pernah mendiskusikan hal ini kepada Chu Weixu hingga saat ini. Ia hanya takut untuk menghadapi kemungkinan terburuk yang akan ia hadapi.

Ai Zhiyi tidak pernah berpikir bahwa Chu Weixu akan setuju. Tetapi, ia tidak akan pernah tahu jika ia tidak pernah mencobanya.

Chu Xinian mendengus dingin. Ia tahu bahwa Ai Zhiyi merasa ragu dengan apa yang telah ia katakan. Namun, ia hanya tak ingin berkomentar hingga tidak ada dari mereka yang saling berbicara.

Di jeda yang lama, Chu Xinian pun membuka suara, "Aku harap, kau akan memikirkan hal itu baik-baik."

Ai Zhiyi tersenyum lemah, memberikan kesan keras kepala. Kedua sudut bibirnya sedikit terangkat, dan kemudian ia membalas dengan tenang, "Aku sudah memutuskan untuk mendiskusikan hal ini dengannya terlebih dahulu."

Chu Xinian berdecih, lalu mencibir, "Keras kepala. Kau memang tidak jauh berbeda dengan Weixu. Tidak heran jika kau setuju untuk melarikan diri bersamanya."

Ai Zhiyi berpura-pura untuk terlihat tenang walau ia sendiri sudah seperti ingin memukul dirinya sendiri.

Setelah menghabiskan makanan mereka dan melakukan pembicaraan kecil, mereka berdua pun segera berdiri dan meninggalkan tempat itu.

Chu Xinian memasang sabuk pengaman, dan Ai Zhiyi melakukan hal yang sama di sampingnya. Setelah itu, Chu Xinian tidak segera menyalakan mesin mobil, dan hanya mencengkeram kemudi dalam waktu yang lama, terlihat sedang memikirkan sesuatu dengan gelisah.

Ai Zhiyi yang memerhatikan Chu Xinian terus terdiam pun mengernyit bingung. Ia bertanya dengan suara rendah, "Ada apa?"

Mendengar pertanyaan itu, Chu Xinian menoleh ke arah Ai Zhiyi di sampingnya dengan sangat hati-hati. Namun, begitu mata mereka bertemu, Ai Zhiyi bisa melihat kekhawatiran yang jelas muncul perlahan di matanya. Dengan sangat terkejut, ia bertanya sekali lagi, "Apa yang terjadi?"

Chu Xinian tidak segera menjawab. Ia menghela napas panjang sebelum berkata dengan dalam, "Ibumu sakit."

Mendengar hal itu, Ai Zhiyi seketika membeku dalam diam. Ia menatap Chu Xinian dengan ketidakpercayaan di matanya tanpa sepatah kata. Ia berpikir bahwa ia salah dengar, dan bertanya untuk memastikannya, "Apa yang kau katakan?"

Chu Xinian menghela napas sekali lagi, lalu mencoba untuk mengatakan kata-katanya dengan lebih jelas, "Ibumu sakit. Tujuanku menemui sebenarnya untuk mengabarimu berita ini."

Ai Zhiyi masih belum bisa mempercayai hal itu. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata dengan keras kepala, "Tidak. Bagaimana bisa kau tau? Wen Qi bilang kalau keluargaku baik-baik saja."

"Dia bohong. Aku yang memintanya untuk berbohong padamu karena aku sendiri yang ingin memberitahukan hal ini secara langsung padamu."

Melihat kesungguhan di mata Chu Xinian, akhirnya Ai Zhiyi terdiam. Jantungnya berpacu sangat kencang seperti akan meledak dan menyemburkan darah di matanya walau tampilan luarnya tampak sangat tenang.

Di sampingnya, Chu Xinian mulai menjelaskan, "Dua hari yang lalu, aku datang mengunjungi orang tuamu di desa. Namun, saat aku berkunjung ke rumahmu, ayahmu bilang jika ibumu sedang sakit keras, jadi aku memutuskan untuk pergi menjenguknya di rumahmu, dan apa kau tahu bagaimana keadaannya saat itu?"

"Bagaimana keadaannya?" Ai Zhiyi bertanya dengan cemas, bahkan ia berusaha menahan jantungnya agar tidak melompat keluar dari tenggorokannya.

Mendengar pertanyaan itu, Chu Xinian menyunggingkan senyum. "Aku tidak ingin menakut-nakutimu ataupun membuatmu khawatir, tapi keadaan ibumu memang sangat buruk. Dia hanya bisa terkapar di atas tempat tidur. Wen Qi juga ada di sana saat itu, dan aku memintanya untuk tidak mengatakan hal ini kepadamu. Kau bisa menanyakan kebenaran dari kata-kataku saat kalian bertemu."

Ai Zhiyi tercekat air liurnya hingga ia tak dapat berkata-kata.

"Kau tahu, sepertinya keluargamu masih menaruh dendam pada keluargaku. Mereka bahkan mengusirku saat aku di sana." Terdiam sebentar, ia melanjutkan dengan nada kecewa, "Tapi, mereka memintaku untuk menyuruhmu pulang ke desamu dan menemui mereka. Sebaiknya, kau harus kembali untuk menemui orang tuamu. Wen Qi juga akan kembali ke sana minggu depan. Kau bisa ikut bersamanya."

Ai Zhiyi tertunduk lemas begitu ia mendengar kata-kata itu. Ia merasa frustrasi dengan keadaannya sendiri. Di samping karena ia malu untuk menemui orang tuanya, Chu Weixu juga tidak akan pernah mengizinkannya untuk pergi.

Ia menarik napas dalam diam, lalu menghembuskannya perlahan-lahan.

Sebenarnya, Chu Xinian mengetahui apa yang sedang ia pikirkan, jadi ia berusaha untuk meyakinkan Ai Zhiyi dengan berkata, "Jangan pedulikan Weixu. Ibumu begitu ingin melihatmu, jadi kau harus segera pergi menemuinya."

Tanpa mengangkat kepalanya, Ai Zhiyi tersenyum, menunjukkan kepahitan di hatinya. "Tapi, aku sudah berjanji pada Weixu. Aku khawatir dia akan marah karena hal itu. Aku—"

"Zhiyi!" Chu Xinian berteriak dengan tiba-tiba.

Ai Zhiyi tersentak kaget. Ia perlahan mengangkat wajahnya, kemudian menoleh ke arah Chu Xinian di samping.

Begitu wajahnya tepat menatap lurus ke arah Chu Xinian, sepersekian detik kemudian sebuah tamparan keras mendarat di wajah Ai Zhiyi!

Ai Zhiyi tidak pernah menyangka akan ditampar, jadi ia diam dengan kaget, merasakan denyutan tajam di sisi wajahnya seolah telapak tangan masih menempel di pipinya. Ada rasa perih yang lama, yang segera masuk ke hatinya, membuatnya tak dapat menahan air mata.

Sementara Chu Xinian menatapnya dengan garang, tidak memiliki rasa kasihan sama sekali, dan bahkan tidak terlihat menyesal. Jika ia masih bisa menamparnya satu kali lagi, maka ia akan melakukannya.

Ai Zhiyi tampak tak berani untuk mengatakan sepatah kata untuk membela dirinya, sehingga Chu Xinian merasa tidak mempunyai alasan untuk memberikan tamparan keras di wajahnya untuk kedua kalinya. Jadi, Chu Xinian hanya berkata dengan nada kesal, "Sudah aku katakan padamu, jangan pedulikan Weixu! Apa kau tuli?!"

Chu Xinian memaksa Ai Zhiyi untuk menatap kedua matanya dengan merebut dagunya dan menekannya kuat-kuat. Ia bahkan tidak peduli dengan air mata itu, atau bahkan jika Ai Zhiyi akan mengadu kepada Chu Weixu, ia sama sekali tidak peduli, dan terus berbicara dengan membentaknya tanpa rasa ampun.

"Ibumu sedang sakit di sana, dan kau masih peduli dengan janji bodohmu itu?! Apakah Weixu lebih penting dari segalanya bagimu?! Racun apa yang dia berikan padamu sampai kau tidak peduli dengan keluargamu, hah?! Beritahu aku! Apakah aku perlu datang untuk menemui Weixu dan menentangnya?!"

Ai Zhiyi hanya bisa terdiam dan berusaha menahan air mata yang terus mengalir di wajahnya, mengalirkan rasa sakit ke hatinya, namun sia-sia. Air matanya terlalu banyak dan sudah mengendap terlalu lama.

Ini adalah kali pertama ia menangis setelah ia memutuskan untuk kawin lari bersama Chu Weixu.


next chapter
Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C4
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen