App herunterladen
0.75% Love Rain / Chapter 3: Dewa Ara

Kapitel 3: Dewa Ara

Hari ini jadwal kuliah Ara padat sekali, banyak mata kuliah yang harus Ara hadiri di hari ini. Setelah memutuskan kuliah, Ara berusaha mencari pekerjaan yang mampu berbagi dengan perkuliahannya. Dari mulai kerja part time di sebuah resto maupun cafe, serta berbagai pekerjaan yang fleksibel dan tetap halal.

Ara tetap menjadi penulis kontrak di salah satu penerbit di Jakarta, yang mana pihak penerbit sangat mengerti akan kesibukan terbaru Ara, sehingga mereka tidak terlalu mmenuntut Ara untuk menghasilkan banyak novel. Yang terpenting dalam setahun, Ara mampu menghasilkan cerita baru.

Walaupun Ara terbilang baru sebagai penulis di penerbit tersebut, tapi sejauh ini Ara sudah banyak menghasilkan cerita-cerita dari imajinasi dan pengalamannya selama kurang lebih dua tahun bergabung dengan mereka. Dan respon pembaca juga sangat positif terhadap cerita yang Ara tulis.

Awalnya, Ara hanya iseng mencoba menulis di salah satu aplikasi novel yang telah banyak diminati para pembaca beberapa tahun belakangan ini. Cerita yang Ara tulis pun, tak luput dari respon buruk, kritik atau pun saran. Kadang sempat membuat Ara putus asa membaca respon-respon yang buruk akan tulisannya. Tapi Ara tetap merasa bersyukur, karena setidaknya, ada yang bersedia membaca dan memberikan masukan atau kritikan yang membangun bagi diri Ara.

Sampai akhirnya, Ara tetap memutuskan untuk terus menulis dan memberanikan diri untuk mengirimkan ceritanya ke beberapa perusahaan penerbit.

Dan kabar baiknya, ada salah satu penerbit yang nerima cerita Ara dan berani memberikan kontrak kerja yang saling menguntungkan bagi Ara maupun pihak penerbit itu sendiri.

"Ra, lu hari ini mau sampe jam berapa di kampus? lu tetap masuk kerja atau ijin?" tanya Dewita sambil memasukkan beberapa buku ke dalam tas munggilnya.

Semua temen Ara di kampus, banyak yang sudah tahu perihal Ara yang kuliah sambil kerja. Karna waktu perkenalan, Ara menyampaikan kepada dosen dan mahasiswa-mahasiswa lain soal kesibukannya. Tapi tetap, rahasia tentang dirinya yang menjadi penulis, masih tetap Ara simpan. Karena dari dulu, Ara selalu berkeinginan untuk menjadi penulis yang misterius.

Misterius disini maksudnya adalah, mereka hanya tahu tentang cerita Ara saja tanpa tahu tentang diri Ara yang sebenarnya. Karena sejauh ini, disetiap novel yang Ara tulis, Ara tidak pernah memberitahukan tentang dirinya. Ara sempat dibujuk oleh pihak penerbit untuk memperlihatkan dirinya di dalam setiap cerita yang ia tulis. Hanya saja, Ara tetap berpegang teguh dengan prinsip yang dari awal ia pegang.

Hingga akhirnya, pihak penerbit hanya bisa pasrah dan menerima keinginan Ara yang tidak bisa dirubah lagi untuk menunjukkan profil asli Ara. Dan bagi penerbit pun, setidaknya Ara tidak memberikan dampak buruk bagi penerbit. Dan Ara masih tetap amanah dengan kontrak kerja yang sudah disepakati.

"Sampe selesai, Wit. Gue udah ijin kok buat gak masuk kerja hari ini." jawab Ara sambil ikut memasukkan buku ke dalam tas.

"Kalau gitu sehabis kuliah kita karaokean yuk? butuh teriak-teriak nih gue," ajak Dewita bersemangat.

"Oke siap, kalian pada ikut kan?" tanya Ara ke temen Ara yang lainnya.

"Bisa kok, Ra." balas serempak Dinda, Sinta, Mawar dan Nisa.

"Oke deh kalau gitu, nanti lu semobil sama gue ya, Ra? ya masa gue sendirian di mobil, sedangkan mereka berempat pada berdua-berdua." ucap Cerita dengan mimik penuh harap.

"Iya Wit iya, nanti gue titipin motor gue ke ibu kantin kalau begitu." balas Ara sambil menepuk punggung tangan kanan Cerita yang berpegang pada belakang kursinya.

Dewita duduk di depan Ara selama mata kuliah berlangsung. Karena sudah pergantian jam mata kuliah dan dosen belum masuk kelas, Dewita bisa bebas menghadap ke Ara untuk mengobrol.

Rumah dari salah satu ibu kantin yang akan Ara gunakan untuk menitipkan motornya berada tak jauh dari kampus. Dan selama ini pun, Ara sudah sering menitipkan sepeda motornya ke rumah ibu kantin tersebut.

Setelah berbincang sebentar, mereka memutuskan untuk fokus dengan kursi mereka masing-masing. Karena dosen selanjutnya telah memasuki ruangan kelas.

Walaupun mereka anak teknik, tetapi penampilan mereka tidak semuanya tomboy. Terbukti Mawar dan Sinta yang selalu memakai pakaian feminim di kampus, dari mulai rok panjang sampai rok diatas lutut.

Mereka berenam ini, seperti tiga wanita anggun dan tiga wanita simple, tiga wanita anggun itu tidak lain adalah Dewita, Sinta dan Mawar. Mereka itu jadi tiga keanggunan yang berbeda gaya, sedangkan tiga wanita yang simple adalah, Ara, Dinda dan Nisa.

Nisa lebih ketomboy gaya busananya, sedangkan Ara dengan Dinda, lebih ke kasual dan tidak terlalu ribet dengan riasan wajah. Cukup lip tint ataupun lip gloss dan bedak yang harus di bawa.

"Selamat pagi, hari ini kita akan membagi tugas kelompok beranggotakan 4 orang. Dan saya harap kalian mampu bekerja dalam tim dengan baik, kelompoknya saya acak ya," ucap seorang dosen pria yang sudah sibuk dengan buku absen mahasiswa.

"Baik pak," ucap mahasiswa serempak.

Beberapa saat kemudian kelompok sudah terbentuk, Ara satu kelompok bersama Dewita dan dua mahasiswa yang bernama Dewa dan Dito.

"Ra, kita satu kelompok nih sama Dito. Jantung gue pengen loncat Ra rasanya," ucap Dewita sambil meletakkan telapak tangannya ke dada.

"Jangan lebay deh Wit, kalian udah sering ngobrol ini kan? masa masih aja grogi sih?" balas Ara sambil fokus ke sebuah buku mata kuliah di mejanya.

"Beda atuh Ra, kan itu ngobrolnya cuman singkat aja, lah ini kan kita bakal sering ngobrol bareng dia, Ra. Lu banyangin aja deh, gue bakal satu kelompok sama seseorang yang gue suka selama satu semester ini. Wah, bener-bener nikmat dari Tuhan ini Ra." ucap Dewita seperti mendapatkan kesempatan menonton konser penyanyi impiannya.

"Iya sih, tapi jangan keliatan banget kalau lu suka satu kelompok sama dia, Wit. Nanti dia ilfill lagi sama lu," ucap Ara mengingatkan Dewita.

Padahal yang Ara rasakan saat ini, hampir sama dengan yang dirasain oleh Dewita. Hanya saja, rasa suka Ara bukan untuk Dito, tapi untuk Dewa.

"Eh tunggu, gue suka Dewa? No no, gue gak mungkin suka ya sama dia, gue cuman penasaran aja sama dia. Ingat, cuman penasaran aja!" batin Ara menyakinkan dirinya sendiri.

"Hai, kita berempat satu kelompok ya?" ucap Dito.

"Eh, iya." balas Dewita.

"Jadi mau ngerjain di mana nih tugasnya? tanya Dewa.

"Di rumah gue aja Wa," balas Dito.

"Iya, gue setuju. Lu bisa kan Ra?" tanya Dewita sambil menepuk pundak gue yang seketika buat gue sadar kalau Dewa ada di depan gue.

"Eh, apaan Wit?"

"Wah, lu ngalamunin apaan sih sampai gak fokus begitu? Dito bilang nanti ngerjain tugasnya di rumah dia aja Ra, lu bisa kan?"

"Oh itu, oke bisa kok. Lah, bukannya nanti kita ada acara Wit? Lu gak berusaha buat lupa kan?"

"Karna acara nanti aja yang bikin si Dewita, ya masak dia lupa. Jangan bilang kalau dia lupa karna satu kelompok sama Dito" batin gue sambil melirik ke arah Dewita.

"Acara apaan?" tanya Dewa.

"Oh iya, lupa gue Ra. Bukan acara apa-apa kok, cuman mau ngumpul aja semua anak cewek sekelas."

"Kalau gitu kita bahas di group chat aja ya nanti, gue minta nomer kalian buat gue bikin group chat buat kita." ucap Dito.

Dan akhirnya gue sama Dewita ngasih nomer ponsel kita ke Dito dan selang beberapa saat nomer kita udah masuk ke dalam sebuah group chat dengan nama group Tugas 1.

"Yaudah kalau gitu kita duluan keluar ya, haus mau nyari minum dulu soalnya." ucap Dewa sambil menarik lengan Dito pergi meninggalkan gue dan Dewita.

Dan di situ gue baru bisa bernapas dengan lega dan mengatur kembali bunyi detak jantung gue yang rasanya mampu didengar oleh orang lain.

"Wit, gue ke toilet dulu ya." ucap gue.

"Ikut Ra, gue mau netralin jantung dulu nih gara-gara Dito."

Dan kami pun berjalan bersama menuju toilet untuk melakukan hal yang sama, yaitu menetralkan detak jantung yang suaranya mampu di dengar orang lain.

Seperti itulah awal kisah gue bersama seseorang yang mampu membuat suara detak jantung gue menjadi lebih bersemangat dan seperti terdengar oleh orang lain.


AUTORENGEDANKEN
Caira_Asmara Caira_Asmara

Apakah kalian pernah merasakan detak jantung yang benar-benar berdetak lebih kencang saat berada di dekat seseorang ?

Jujur saya pernah, hhehehe

Rasanya, seperti itulah pokoknya...

*senyummerona

next chapter
Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C3
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen