"Hmm?"
Seperti mendengarkan kata terlarang, Katy bahkan langsung berbalik dengan ekspresi terkejut yang sama dengan Amelia.
"L-Leon? Maksudmu ... Leon yang?"
Amelia pun langsung menatap layar ponselnya dengan tawa pahit. Ponsel itu terus saja berdering di sana tetapi tidak ada tanda-tanda dari Amelia untuk mengangkatnya.
"Apakah Amelia masih ...?" Katy bertanya di dalam hatinya sambil memandang Amelia yang masih bertahan dengan mendengar dering ponsel yang terus saja berbunyi.
Terlihat perasaan yang ragu-ragu di dalam hatinya. Namun, dia sudah memutuskan bahwa dia tidak akan pernah berhubungan lagi dengan pria itu.
Amelia pun menarik nafasnya kemudian menghembuskannya beberapa kali. "Tidak! Aku rasa ... Tidak apa-apa." Ponselnya pun berhenti berdering. "Lihat, sudah berhenti, kan? Hehehe. K-kalau begitu ... Aku masuk dulu ke kamar."
Wanita cantik itu pun langsung melangkahkan kakinya masuk ke kamar. Katy—sahabat bayinya yang mengetahui segala seluk beluk perasaan sahabatnya, hanya bisa menatapnya sambil membiarkannya begitu saja tanpa bertanya sedikitpun.
"Ya, mungkin memang inilah yang terbaik bagi mereka!"
***
KEESOKAN HARINYA.
Saat itu, jam di dinding menunjukkan pukul 07.00 pagi. Akan tetapi Amelia sama sekali belum bangun dari tidurnya. Katy? Tentu saja manajernya itu telah membangunkannya akan tetapi dia sama sekali tidak menghiraukannya.
"Cih! Kenapa wanita itu sama sekali tidak mau bangun? Dia benar-benar-" belum sempat wanita itu menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba saja mata bulatnya itu pun terbelalak sempurna saat mendapati barisan pria dengan jas hitam yang tiba-tiba saja datang dengan mobil-mobil mewah mereka.
"Astaga! S-siapa itu? Sebenarnya apa yang dilakukan oleh Amelia kemarin sehingga yang datang hari ini rentenir? Gila! Wanita itu benar-benar gila. Tolong jangan seret aku dalam kekacauan yang kau buat, Amelia."
Baru saja ia berkata begitu, tiba-tiba saja bel pintu di apartemen itu pun berbunyi. Para pria dengan jas hitam yang tadi Katy lihat lewat jendela, berdiri berjejeran di depan pintu mereka seakan-akan mereka sedang mempersiapkan penyambutan untuk seseorang.
"Silahkan Tuan muda! Nona ada di dalam!"
Aiden Rhivano—pria yang saat itu telah menjalin kerjasama dengan Amelia, merasa bahwa Amelia sama sekali tidak bertanggung jawab karena ia tidak terlihat di hadapanya pada jam tujuh pagi.
"Aku akan ajarkan pada wanita itu untuk disiplin. Dia pasti akan mengerti," gumum pria tampan itu sambil memencet bel yang ada di depan pintu apartemen Amelia.
Ting-Tong!
Ting-Tong!
Ting-Tong!
Pada saat yang sama, Katy yang pada awalnya merasa bahwa mereka adalah rentenir yang akan datang untuk menagih utang, tiba-tiba saja sadar saat ia menatap wajah tampan dari Aiden.
"Oh, ternyata itu adalah tuan muda yang kemarin Amelia temui. Wah, wanita itu walau kerjanya hanya molor, akan tetapi para pria tampan selalu berbaris untuk menemuinya. Hahaha! Luar biasa!"
Tanpa pikir panjang lagi, Katy langsung membuka pintu apartemen itu dan menyambut Aiden.
Kriiet!
"S-selamat datang! Apakah-" padahal wanita itu menyambut pria yang ada di hadapannya dengan ramah tamah, akan tetapi Aiden sama sekali tidak menggubris apa yang Katy katakan, dan langsung masuk ke dalam untuk bertemu dengan Amelia.
"Dimana wanita itu? Kenapa sudah jam 07.00 pagi dia sama sekali belum terlihat?" Tanya pria itu dengan ekspresi data seperti biasanya.
Aiden memang terkenal sebagai pria cekatan dan juga tepat waktu. Tak hanya itu, pria tampan dengan postur tubuh sempurna dan juga kepintaran di atas rata-rata itu, juga sangat benci dengan sesuatu yang tidak ditempatkan pada tempatnya.
Makanya, ketika Amelia sama sekali belum terlihat di rumahnya, pria itu pun mulai kesal dan memutuskan untuk menjemputnya sendiri.
"D-dia ada di atas. Kalau kau mau, aku bisa-" belum sempat Katy menyelesaikan ucapannya, Aiden sudah berjalan melewatinya bagaikan tembok transparan yang sama sekali tak ia lihat.
Tak. Tak. Tak.
Dia pun terus berjalan, dan pada akhirnya dia lihat pemandangan yang benar-benar membuatnya menjadi muak.
"A-apa-apaan wanita ini?" Kening Aiden berkerut melihat posisi tidur Amelia yang benar-benar sangat jauh dari kata anggun.
Padahal kalau mau dibilang, Amelia adalah satu-satunya model yang memiliki paras tercantik dan juga memenangkan penghargaan sebagai standar kecantikan wanita tahun 2022. Namun, yang terlihat di hadapannya ini benar-benar di luar ekspektasi.
"Amelia, bangun?"
Amelia saat itu sama sekali tidak mendengarkan apa yang Aiden katakan. Wanita cantik yang sedang memeluk erat guling anime kesukaannya itu, malah mengangkat guling itu dan menutup telinganya ketika ia mulai mendengarkan suara bising.
Karena tak mendapatkan respon yang sesuai, Aiden sontak mendekatkan kepalanya itu pada telinga Amelia. "Amelia? Bangun! Apakah kamu sudah melupakan bahwa kita sebentar lagi akan mulai terapinya?"
Masih dalam posisi yang sama, Amelia kembali menutup telinganya itu rapat-rapat sekali lagi, sambil menggerutu perlahan.
"Ck! Dasar, Ameliaaaaa!"
"Agggrrrhh! Berisik Katy!" Amelia pun refleks menarik kerah baju Aiden, sehingga pria tampan itu pun jatuh dan mendidih tubuhnya.
"Hhh?" Mata Katy langsung ditutup begitu saja sembari memangapkan mulutnya.
Amelia sudah melakukan sesuatu di luar kendali saat itu. Aiden pun berusaha untuk melepaskan dirinya dari wanita yang menganggap dirinya itu adalah manajernya, akan tetapi ternyata dekapan Amelia begitu erat.
"Wanita ini!" Aiden benar-benar kesal. Akan tetapi pria itu menganggap bahwa semuanya semakin aneh ketika hanya amelialah satu-satunya wanita yang bisa memeluknya tanpa reaksi alergi dari Aiden.
"Katy! Sekali lagi kau membangunkanku seperti itu. Maka aku akan-" baru saja Amelia ingin menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba saja ia pun melihat bayangan Katy yang saat itu sedang berdiri tepat di depan pintu kamarnya.
"Huh? Kenapa Katy ada di sana?" Pandangannya pun dialihkan ke arah seseorang yang tadinya dia tarik, dan walah! Ternyata itu adalah Aiden—pria yang dia benci. "Agggrrrhh! Tidaaakkkkk!"
Plak!
Satu tamparan tanpa sadar ia berikan pada pipi kanan Aiden. Sontak pria itu pun terkejut sejadi-jadinya sambil memegang pipinya yang tak pernah ditampar oleh siapapun sebelumnya.
"K-kau ...?" Mata pria itu benar-benar terbelalak dan menatap tajam ke arah Amelia yang saat itu sudah mendorong dirinya kemudian menjauhkan dirinya ke belakang, sambil cengengesan.
"Astaga naga. M-m-maafkan aku!" Pintanya, sembari menutup tubuhnya dengan selimut yang saat itu hanya mengenakan piyama tidurnya. "Bodoh Amelia! Ini adalah akhir hayatmu! Bisa-bisanya kau menampar pria seperti Aiden! Kau pasti akan mati! Matiiiii!" Pria Amelia dalam hati kecilnya.
Aiden benar-benar marah saat itu, akan tetapi dia pun sama sekali tak ingin memperpanjang situasi yang ada di antara mereka dan langsung ke intinya saja, dengan memainkan matanya itu pada bodyguard yang saat itu berjaga di depan kamar Amelia, untuk menyeretnya langsung ke rumah Aiden dan tinggal bersama di sana.
"A-ada apa ini? L-lepaskan aku! Tidaaakkkk!"