App herunterladen
75% Love bad boy / Chapter 18: part 18

Kapitel 18: part 18

.𝙒𝘼𝙍𝙉𝙄𝙉𝙂🔞

.

.

"Akhhh.. W-wonhohhh.. Emhh.."

Jimin benar-benar menikmati setiap sentuhan suaminya memanjakan tubuhnya. Kini keduanya sudah berada diatas ranjang ruangan khusus yang berada diruang kerja wonho.

Sweater jimin pun sudah terlepas. tubuh atasnya telah polos menampakan kulit putih yang mulus tanpa cacat dada yang berisi karena hormon kehamilannya dan juga dua nipple merah yang mencuat. Penglihatan wonho tak lepas dari dada jimin dan tangannya yang mulai meremasnya dengan gemas. Jimin mendesah nikmat dengan rangsangan yang diberikan wonho.

Wonho mulai mengecupi leher jenjang istrinya. Menjilat dan menggitinya meninggalkan tanda merah keunguan disana. Kecupan wonho turun pada tulang selangka jimin kembali memberikan jilatan nikmat sampai terdengar lenguhan dari bibir jimin.

"Akhhh.. Hmm.. Shh.." Bibir wonho pun kembali turun sampai pada dada jimin kecupan dan gigitan kembali dilakukan sampai pada nipple jimin. jilatan memutar pada area nipple dilanjutkan dengan jilatan dan hisapan pada nipple itu..

"Akhh.. Yahh h-hisaphh kuathh.. Hmm.." Wonho pun memberikan hisapan kuat pada nipple itu benar-benar sensasi yang sangat nikmat membuat jimin menggeliat dan tubuhnya bergerak gelisah.

"S-sayang.. Akuhh s-sudahhh ahh.. Tak tahanhhh.."

Mendengar suara jimin wonho mendongak dengan senyum miringnya menatap ekspresi istrinya saat mendapat kenikmatan darinya.

Merasa kasihan pada jimin tangannya mulai menarik turun celana tanpa kancing milik jimin dengan cepat serta celana dalamnya. Kini tubuh jimin telah polos tak tertutup sehelai benang pun..

"Baby kau semakin sexy dengan tubuh berisimu." Wonho menatap kagum tubuh istrinya dan dalam sekejap membuat miliknya terbangun dan keras. Wonho mulai mengusap perut buncit istrinya yang didalamnya tumbuh seorang penerus keluarga jeon, wonho pun mengecupnya sayang. Tangan kanan wonho turun pada selangkangan jimin bergerilya di paha dalam jimin dan naik pada penis jimin yang tegang. Wonho mulai mengocoknya naik turun tangan kirinya masih memainkan dada jimin.

"Akhh.. Sayanghhh akuhh.. Akanhh sampaihhh... ahhh.." Wonho mulai memasukkan penis jimin kemulutnya dan mengulumnya memaju mundurkan kepalanya. Penis jimin yang berada dalam mulut wonho semakin membesar dan berkedut wonho pun semakin gencar memaju mundurkan kepalanya.

"Sshh.. Empmmhh.. Ahh.. Yahh.. akhh.. A-akuhh.. Ssshh.. Ahh.. cumhh.. C-cumhhh ... akhhh...."

Jimin pun sampai pada dunia putihnya dan mengeluarkan sperma pada mulut wonho dan wonho pun menelannya..

"Baby kita langsung ke intinya ya.. Aku sudah tak tahan." Ucap wonho sambil membuka bajunya satu persatu sampai memperlihatkan tubuh telanjangnya dengan penis besarnya yang sudah mengacung tegak di bawahnya. Jimin pun mengangguk dan Wonho mulai menaikkan kedua kaki jimin pada bahunya dan mulai meraba pintu masuk hole jimin dan memasukan dua jarinya.

"Aakhhh s-sayang i-ini sakit hiks.." Memang sakit karena wonho tanpa memberi pelumas. Wonho mulai memaju mundurkan jarinya.

"AKHHH.. Yahhh.. Ahh.. D-disituhh.. Sshh.." Jari wonho menyentuh tepat pada titik nikmatnya membuat jimin semakin meracau nikmat. Dirasa hole jimin telah basah wonho mencabut jarinya dan jimin mengerang kecewa.

"S-sayanghh kena-Akhhhh.. Emphhh.."

Wonho yang sudah tak tahan langsung memasukkan penisnya pada hole jimin dan dengan perlahan memaju mundurkan pinggulnya.tangannya mulai mengocok penis jimin yan sudah kembali tegang.

"Ahh.. Baby sungguh nikmat lubangmu ini ahh.. Sshh.."

Wonho terus menumbuk lubang ketat istrinya dengan tempo yang bertambah cepat sampai tubuh jimin terhentak mengikuti tempo hentakan penis wonho pada hole jimin.

"A-akuhhh ahh.. Akanhh ahh.. W-wonho ahhh.. Cumhh.."

"Bersama baby." Gerakan Wonho semakin cepat dan keduanya sampai bersamaan.

"Akhhh..." Tubuh jimin membusur mendongakkan kepalanya dengan mulut yang terbuka kedua jemari tangannya meremat kuat bantal yang digunakan untuk bantalan kepalanya merasakan nikmatnya pelepasannya.

Wonho menjatuhkan tubuhnya di samping tubuh jimin kemudian menghadap kesamping ke arah jimin. Tanganya mengusap kening jimin yang terdapat helaian surai hitam jimin yang basah oleh keringat.

"Tidurlah kau terlihat lelah baby, biar aku yang membersihkan tubuhmu."

"Ne.. Sayang. hm..  bisakah aku minta segelas jus strawberry? Aku ingin sekali." Ucap jimin manja.

"Baiklah biar OB yang membuatkannya."

"Ne gomawo. Aku ingin duduk diruangan kerjamu saja sambil menunggu jus ku."

"Baiklah sayang."

Jimin dan wonho kini sudah diruang kerja wonho setelah membersihkan diri sebelumnya. Jimin sedang duduk santai disofa dengan ponsel ditangannya sedangkan wonho yang kembali memeriksa beberapa berkasnya. Jimin pun mengingat sesuatu yang dari tadi berada di pikirannya dan sekarang dia ingin menanyakannya pada suaminya.

"Oh ya Sayang, wanita tadi siapa?"

Wonho yang ditanya melirikan matanya pada jimin dan menaikkan sebelah alisnya dengan tangannya menopang pada dagunya.

"Kenapa hum? Apa istriku ini sedang cemburu."

"Ish.. Kau ini aku hanya bertanya apa tak boleh?" Ucap jimin sambil mengerucutkan bibirnya.

"Ahahaha... Ya ya ya.. Boleh sayang. Oke, dia sekertaris ku sayang" Jimin yang telah mendapat jawaban hanya ber 'o' ria.

𝙏𝙤𝙠 𝙩𝙤𝙠 𝙩𝙤𝙠

Terdengar suara ketukan pintu, Wonho pun mempersilahkannya masuk mungkin saja minuman jimin datang. Dan pintu pun terbuka ternyata lisa tadi yang kata Wonho adalah sekertaris nya. Lisa pun masuk dan melirikan matanya pada jimin seakan tak suka keberadaannya di sana.

Sebenarnya jimin menyadari itu namun seolah tak perduli jimin kembali memainkan ponselnya.

"Tuan ini berkas dari perusahaan kim's company silahkan diperiksa. Dan ini dari klien anda yang di China."

"Hum. Aku akan periksa nanti."

Wonho di sibukan dengan berkas-berkas di depannya dan masih berbicara dengan sekertaris nya.

Namun jimin yang mulai melihat interaksi antara wonho dengan sekertarisnya dibuat tak nyaman dengan apa yang dilihatnya.

Lisa mulai merundukkan tubuh atasnya sampai belahan dadanya terlihat jelas dan juga buah dadanya yang seolah ingin keluar. Lisa juga mulai mendekatkan tubuhnya pada wonho sampai wonho yang merasa risih menyuruhnya memberi jarak darinya namun lisa sama sekali tak menghiraukan ucapan wonho. Jimin pun geram melihatnya segera dia bangkit dari duduknya berjalan menuju meja suaminya. Setelahnya jimin menarik lengan lisa dan membawanya sedikit jauh dari suaminya. jimin berjalan mendekati wonho dan mendudukkan tubuhnya ke atas paha suaminya. Lisa yang melihat itu pun merasa kesal dengan apa yang dilakukan jimin.

"Sayang.. Kenapa lama sekali jus ku? Baby sudah haus." Ucap jimin manja sambil memainkan jarinya pada dada bidang wonho. Wonho yang tadinya terkejut dengan yang dilakukan istrinya kini tersenyum lembut sambil mengusap surai jimin yang lembut.

"Ah iya.. Kenapa lama sekali? Sebentar ne.." Wonho pun meraih telpon yang ada dimejanya menekan angka disana untuk menghubungi orang yang dibagian dapur. Dan panggilan itu diterima oleh seseorang disana.

"Kenapa lama sekali minumannya?"

"Maaf tuan jeon persediaan buah sudah habis dan tadi salah satu OB sudah membelikannya dan baru saja siap untuk diantar tuan."

"Cepatlah!" Sambungan pun diputus oleh wonho.

"Sebentar lagi datang, sabar ne.." Jimin pun mengangguk dan tak berapa lama pesanan jimin pun datang. Setelah OB masuk dan menaruh jus pesanan jimin di meja dekat sofa jimin memekik senang dan turun dari pangkuan wonho menuju meja namun saat berpapasan dengan sekertaris wonho yang masih disana jimin mendengar umpatan dari mulut lisa

"Dasar jalang!" Umpat lisa seperti berbisik dan hanya dapat didengar oleh jimin. Langkah jimin terhenti dan menolehkan kepalanya pada wanita itu.

"Coba katakan sekali lagi?"

"Dasar jalang." Ucap wanita itu dengan lebih menekankan kata-katanya.

Jimin pun melayangkan tangannya pada pipi Lisa dengan kencang sampai sudut bibirnya berdarah. Wonho dibuat terkejut dengan apa yang dilakukan istrinya.

"Jimin apa yang kau lakukan?" Tanya wonho sambil mendekat pada dua orang didepannya.

"Dia mengataiku jalang." Ucap jimin santai.

"Apa yang dikatakan jimin benar? Kenapa kau mengatakan itu padanya? Apa kau ingin kupecat?" Wonho pun bertanya pada lisa setelah mendengar jawaban dari jimin. Dan jimin yang melihat suaminya emosi hanya menggendikan bahu meraih gelas jus dimeja dan meminumnya sambil melihat drama di depannya.

Lisa seolah tak menghiraukan posisinya yang terancam lisa kembali berucap.

"Astaga tuan apa karena jalang ini kau ingin memecatku? Dia seorang pria bagaimana bisa wajahnya secantik ini  pasti kau melakukan oplas untuk merayu pria kaya eoh?!. Benar-benar menjijikan." Ucap Lisa yang sudah tak tahan melihat jimin yang bertingkah manja dan tak tahu malu pada atasannya yang notabenenya adalah pria yang ia sukai.

"CUKUP! Kau sudah keterlaluan lisa. Mulai sekarang jangan datang lagi ke kantor dan aku akan membuat surat pemecatanmu." Tegas Wonho.

"Tidak tuan biarkan aku tetap bekerja padamu aku tak ingin berpisah darimu. Aku mencintaimu tuan."

"Tapi aku tidak mencintaimu dan cintaku hanya untuk istriku seorang." Lisa dibuat terkejut dengan pernyataan dari atasannya.

"I-istri?"

"Ya. Dan kau tahu siapa yang kau hina sebagai jalang ini?.... —Wonho pun menarik jimin membawanya ke dalam pelukannya— ...dia istriku dan sedang mengandung anakku."

"A-apa?" Lisa benar-benar terkejut dengan apa yang didengarnya.

"Dan satu lagi, kau tahu wajah istriku ini cantik alami tanpa oplas." Ucap wonho sambil mengecup kening jimin dan jimin berakhir dengan wajahnya yang memerah merona.

𝙏𝙗𝙘


next chapter

Kapitel 19: part 19

.

.

.

Jungkook benar-benar menyesal dengan perbuatannya yang dia lakukan selama ini. Sudah 3 bulan dia tak mau keluar kamar namun sudah tidak tinggal di rumah utama keluarga jeon melainkan di rumah singgah yang berada tak jauh dari perusahaan tuan jeon, jungkook mengurung diri dikamar nya selama ini hanya para pelayan yang bisa keluar masuk kamarnya mengantar makanan. Tak mau bertemu dengan siapa pun termasuk tuan dan nyonya jeon yang orang tuanya sendiri.

Para sahabatnya namjoon, seokjin, hoseok, dan yoongi mereka selalu datang untuk melihat sahabatnya itu dan berusaha membuat jungkook keluar dari kamarnya namun hasilnya tetap sama. Dan mereka selalu mendengar kata maaf dan nama jimin dari dalam kamar itu.

Seperti saat ini ke empat sahabatnya itu masih mencoba membujuk jungkook untuk keluar dari kamarnya.

𝙏𝙤𝙠 𝙩𝙤𝙠 𝙩𝙤𝙠

"Kook, keluarlah apa kau tidak bosan dikamar terus. Ayolah keluarlah." Ajak namjoon dari luar pintu kamar jungkook yang terkunci.

"Hah.. Bagaimana ini? sia-sia selama ini kita membujuknya tetap saja seperti ini." Ucap seokjin yang juga ada disana.

'Jimin-ah maafkan aku.. Tolong maafkan aku.' terdengar suara jungkook yang selalu mengulang kalimat itu setiap harinya.

"Hyung apa perlu kita panggil jimin kesini?" Ucap hoseok pada seokjin memberi saran.

𝙋𝙡𝙚𝙩𝙖𝙠

"Yak! Sakit hyung.." Pukulan keras dibelakang kepalanya dari yoongi didapatkan nya.

"Kau gila? Tentu suaminya akan melarang jimin menemui jungkook." Ucap yoongi

"Terus bagaimana membujuknya? Hanya itu jalan satu-satunya. Jungkook seperti ini karena merasa bersalah dari jimin meski awalnya aku dan jin hyung sih yang punya ide gila itu." Ucap hoseok tanpa sadar memberi tahu kesalahan dirinya dan seokjin dulu.

"Hoseok!" Seokjin yang sadar ucapan hoseok memperingatkannya.

"Apa maksudmu?" Ucap namjoon sambil memicingkan matanya menatap hoseok dan seokjin bergantian.

"Oh! Ah.. T-tidak bukan apa-apa." Ucap hoseok yang mulai sadar akan ucapannya sendiri.

"Jelaskan sekarang atau kau tak akan melihat matahari terbit besok." Ucap yoongi mengancam hoseok

"Em.. I-itu.."

"Cepat katakan!" Ucap namjoon tegas sambil tangannya menarik kerah kemeja hoseok. Seokjin yang melihat namjoon yang marah mulai tertunduk dan membiarkan hoseok jika memulai ceritanya.

"S-sebenarnya aku dan jin hyung yamg merencanakan penculikan itu agar jungkook yang mencintai jimin bisa memilikinya tapi kami tak tahu kalau akhirnya seperti ini."

"Astaga! jadi ini semua awalnya karena kalian." Tanpa mereka tahu tuan jeon telah mendengar semua yang mereka katakan. Ke empat orang yang berada di sana terkejut dengan suara tuan jeon yang menyela ucapan mereka.

"Kenapa kalian melakukan ini? Kalian tau jimin trauma setelah kejadian itu. Dan saat terjadi yang ke dua kalinya dia hampir keguguran. Apa kalian tak berpikir apa akibat dari itu semua?" Ucap tuan jeon dengan menaikan suaranya.

"M-mafkan kami paman, kami sangat menyesal karena melakukannya. Kami hanya memikirkan kebahagiaan jungkook tanpa tahu akibatnya." Ucap seokjin menyesal. Hoseok ikut menunduk merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan.

"Paman apa tidak sebaiknya jimin dibawa kesini agar bisa membujuk jungkook? Mungkin dia bisa meminta maaf pada jimin karena kami setiap hari mendengar jungkook selalu mengatakan maaf untuk jimin." Ucap namjoon pada tuan park.

"Entahlah namjoon-ah paman juga tidak tahu karena wonho pasti melarang jimin menemui jungkook karena takut kejadian yang lalu terulang lagi."

"Tolong bujuk wonho dan jimin paman agar menemui jungkook sebentar saja." Ucap namjoon meyakinkan tuan park.

"Akan aku coba tapi kita tidak bisa berharap banyak."

"Ne paman."

Setelah obrolan mereka namjoon, seokjin, hoseok dan yoongi pamit pulang. Dan tuan jeon pun harus kembali ke perusahaannya karena mendapat telpon dari sekertarisnya akan ada pertemuan.

***

"Sayang kau baik-baik saja?" Ucap wonho cemas karena jimin tiba-tiba merasa tak enak badan dan meringis kesakitan saat bayi yang di dalam perut jimin menendang dengan keras. Usia kandungan jimin kini sudah menginjak 7 bulan dan jimin sering merasakan kesakitan karena merasakan tendangan sang baby. Berjalan pun juga susah karena perutnya yang besar, jimin menjadi kesulitan karena berat tubuhnya dan juga saat melihat ke bawah karena besarnya perut menghalangi pandangannya ke bawah kakinya karena itu sekarang jimin dan wonho pindah ke kamar tamu di lantai bawah untuk sementara agar jimin tidak lagi naik turun tangga.

"Baby tak mau diam dari tadi 𝘚𝘴𝘩𝘩.. Entah kenapa tapi, kenapa aku jadi teringat jungkook hyung." Ucap jimin dengan memelankan suaranya saat menyebut nama kakak iparnya.

"Hah.. Sudah beberapa hari kau seperti ini. Apa baby rindu ayahnya?."ucap wonho meski dalam hatinya tidak rela.

"Wonho-ah jangan seperti it-Akhh.. Shh.." Ucapan jimin terpotong karena tendangan dari dalam perutnya.

"Sepertinya benar, baby ingin bertemu ayahnya." Ucap wonho dengan mengusap perut jimin. Jimin pun diam dan ikut memgusap perutnya jimin sebenarnya juga merasa rindu pada jungkook entah kenapa.

"Baiklah kalau begitu demi baby kita akan bertemu dengan jungkook hyung. Kau tidak apa-apa kan sayang demi baby?" Tanya wonho pada jimin meski tidak rela namun demi calon anaknya apapun akan dia lakukan. jimin sedikit berfikir dan berakhir ia menganggukkan kepalanya.

"Um.. Baiklah."

"Bersiaplah bae kita pergi sekarang."

"S-sekarang?" Jimin terkejut karena ajakan wonho.

"Iya sekarang apa kau ingin baby jeon marah dan membuatmu kesakitan lagi hum?" Jimin pun menggelengkan kepalanya cepat karena tendangan baby diperutnya benar-benar menyakitkan.

Jimin pun segera beranjak dari duduknya dan segera ke kamarnya untuk bersiap. Setelah jimin pergi wonho segera mengambil ponselnya yang berada dalam kantong celananya dan menghubungi seseorang.

"Yeoboseo.. Appa!"

"𝘈𝘥𝘢 𝘢𝘱𝘢 𝘸𝘰𝘯𝘩𝘰-𝘢𝘩 𝘢𝘱𝘱𝘢 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯."

"Maaf mengganggu appa, aku hanya mau mengatakan kalau aku akan mengajak jimin bertemu dengan hyung."

"𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘵𝘪𝘣𝘢-𝘵𝘪𝘣𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘮𝘶𝘪𝘯𝘺𝘢?"

"Sepertinya bayi di perut jimin ingin bertemu dengan ayahnya."

"𝘒𝘢𝘶 𝘺𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘸𝘰𝘯𝘩𝘰-𝘢𝘩? 𝘚𝘦𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘱𝘱𝘢 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘮𝘶𝘪 𝘫𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬. 𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢-𝘢𝘱𝘢 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘏𝘺𝘶𝘯𝘨 𝘮𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘮𝘢𝘢𝘧 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘥𝘪𝘢 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘳𝘶𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘥𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘢𝘧 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯. 𝘉𝘢𝘪𝘬𝘭𝘢𝘩.. 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘦 𝘴𝘢𝘯𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘰𝘨𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯, 𝘫𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘮𝘢𝘶 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢."

"Ne appa sebentar lagi kami kesana."

"𝘉𝘢𝘪𝘬𝘭𝘢𝘩 𝘯𝘢𝘬 𝘩𝘢𝘵𝘪-𝘩𝘢𝘵𝘪."

"Ne.."

Wonho pun mematikan ponselnya dan menghela nafasnya. Tak berapa lama jimin pun keluar kamar dan segera mereka berangkat ke rumah singgah keluarga jeon dimana jungkook sekarang tinggal.

***

Setelah 15 menit jimin dan wonho pun sudah sampai dan sudah memasuki halaman rumah itu. Wonho pun turun lebih dulu untuk membukakan pintu mobilnya untuk jimin. Setelah pintu mobil sebelah jimin terbuka wonho pun menuntun jimin turun dari mobilnya.

"Hati-hati sayang." Ucap wonho sambil tangannya memegangi pinggang dan tangan kanan jimin.

Jimin dan wonho pun memasuki rumah itu dengan di sambut para pelayan yang ada di sana.

"Selamat siang tuan dan nyonya Jeon." Ucap salah satu pelayan sambil membungkuk kan tubuhnya di ikuti para pelayan lainnya.

"Ne, apa jungkook hyung ada ahjuma?" Tanya wonho pada pelayan yang tadi menyapanya.

"Ada tuan, sudah tiga bulan tuan muda jungkook tidak keluar dari kamarnya hanya saat waktu makan tiba tuan jungkook baru membuka pintunya."

"Bukankah sekarang sudah saatnya makan siang?"

"Ne tuan. Seharusnya pintunya sudah bisa dibuka."

"Biar saya yang mengantarkan makanannya." Ucap jimin menawarkan diri.

"Apa tak apa sayang?" Ucap wonho ragu.

"Bukankah aku yang harus bertanya begitu? Bolehkah aku mengantarkannya?" Tanya jimin pada suaminya untuk meminta ijin menemui jungkook.

"Ya boleh demi baby, aku mengijinkan. Ahjuma bawa makanannya aku akan membawa jimin terlebih dulu."

"Ne tuan." Pelayan itu pun segera ke dapur untuk menyiapkan makan siang untuk jungkook dan wonho membawa jimin ke lantai atas lebih dulu dengan hati-hati.

"Ini tuan. Saya permisi."

"Ini sayang dan hati-hati membawanya. Aku akan membuka pintunya."

Wonho pun membuka pintu kamar jungkook dan terlihat hyungnya sedang berdiri di balkon kamar itu jimin pun menoleh pada wonho dan wonho pun menganggukkan kepalanya.

"Aku akan menunggu di ruangan sana kau jangan khawatir sayang." Ucap wonho dan kemudian mengecup kening jimin dan di jawab anggukan oleh jimin.

Setelah wonho pergi keruangan yang berada di ujung lantai atas itu dan tak jauh dari kamar jungkook, jimin pun masuk ke kamar jungkook dan tak lupa menutup pintunya. Jimin kemudian melangkah pelan dengan berhati-hati mencoba mendekat pada jungkook.

"Taruh saja di meja" Suara berat dari jungkook menyapa telinga jimin. Jimin sedikit tersentak dan mulai berdebar entah perasaan apa yang kini berkecamuk di hatinya namun jimin mencoba menetralkan debarannya dan segera dia menaruh makanan itu pada meja yang berada di dekat sofa yang ada di dalam kamar itu.

"J-jungkook." Dengan rasa sedikit takut jimin memberanikan diri untuk memanggilnya. Dan jungkook yang merasa kenal dengan suara itu, suara yang selalu dia rindukan dan pada akhirnya ia pun menolehkan kepalanya kebelakang.

"J-jimin.." Jungkook ragu di depannya berdiri orang yang dirindukan nya. Dia bertanya-tanya apa itu nyata atau karena efek dari rasa rindunya pada jimin.

"Jimin apa benar ini kamu?" Ucap jungkook masih ragu.

"Ne ini aku." Setelah mendapat jawaban dari jimin, jungkook pun berlari mendekat dan segera meraih tubuh jimin dan segera membawanya kedalam pelukannya.

"Jimin maafkan aku.. Hiks.. Aku benar-benar menyesal telah menyakitimu.. Hiks.." Ucap jungkook sambil menangis di bahu sempit jimin.

"Tenanglah jungkook aku sudah memaafkan mu. Oh ya.. Baby sepertinya merindukanmu." Ucap jimin dengan senyum manisnya.jungkook melepas pelukannya dan menatap perut jimin yang buncit.

"Benarkah? Baby hey ini Daddy. Apa kau merindukan daddy hum?" Ucap jungkook sambil berjongkok didepan perut jimin dan mengusapnya.

𝘿𝙪𝙜 𝘿𝙪𝙜

"Eoh baby senang bertemu daddy hum..?" Ucap jimin dan ikut mengusap perutnya.

"Aku merasakan pergerakkan nya." Ucap jungkook senang.

"Um.."

Jungkook pun berdiri dan kembali memeluk jimin.

"Aku sangat merindukanmu jimin." Jungkook melepas pelukannya dan menangkupkan kedua tangannya pada wajah jimin dan mulai mendekatkan wajahnya pada jimin mengikis jarak sampai bibir keduanya bertemu. Jungkook mulai menghisap bibir penuh jimin yang sudah menjadi candunya. Mengulum dan terus menikmati rasa manis pada bibir jimin. Jimin yang awalnya terkejut kini mulai menikmati cumbuan itu seperti hilang akal jimin pun larut dalam peraduan itu. Jimin perlahan melingkarkan tangan pada leher jungkook. kemudian Jungkook mulai membawa tangannya masuk kedalam sweater yang jimin kenakan mengusap punggung halus jimin memberikan sedikit rangsangan pada tubuh mulus seputih susu itu.

"Emphh.. Ahh.." Jimin mendesah tertahan akibat pagutannya dan jungkook mengambil kesempatan saat bibir jimin terbuka dan langsung memasukan lidahnya mengabsen deretan gigi putih jimin dan membelit lidah jimin dengan miliknya.

Jimin mulai mendorong bahu jumgkook karena merasa kehabisan nafas dan jungkook memutus pagutannya dan menempelkan keningnya pada kening jimin.

"Aku ingin mengunjungi baby. Boleh kah?" Jimin yang sudah tertutup kabut nafsu menganggukkan kepalanya memberi ijin pada jungkook untuk menyentuhnya.

𝙏𝙗𝙘


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C18
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank 200+ Macht-Rangliste
Stone 0 Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen

tip Kommentar absatzweise anzeigen

Die Absatzkommentarfunktion ist jetzt im Web! Bewegen Sie den Mauszeiger über einen beliebigen Absatz und klicken Sie auf das Symbol, um Ihren Kommentar hinzuzufügen.

Außerdem können Sie es jederzeit in den Einstellungen aus- und einschalten.

ICH HAB ES