Tetapi meskipun sudah terbiasa, tindakan paksa seperti ini tetaplah tidak baik. Deviana langsung mengomeli Randika sembari memukulnya pelan.
Randika tertawa, dia tidak menyangka bahwa Deviana akan tertipu begitu mudah.
Deviana sudah tidak peduli lagi, dia berniat untuk masuk ke kantornya. Tetapi dia melihat Randika menjilati bibirnya sendiri, seakan-akan sedang menikmati sensasi yang dia rasakan tadi. Wajah Deviana segera menjadi merah. Menghentakan kakinya, dia berjalan masuk ke dalam gedung kantornya.
Hasil akhir ini sudah diperkirakan oleh Randika, tetapi dia merasa ada sesuatu yang salah. Mengingat sifat Deviana, bukankah seharusnya dia sudah ditampar atau dicaci maki?
Ketika Randika hendak pergi, dia menemukan sosok kaki cantik tidak jauh darinya.
Ketika dia masih mengagumi kaki tersebut, tiba-tiba ada suara. "Kak Randika."
Randika mengangkat kepalanya dan ternyata pemilik kaki itu adalah Safira!
"Saf, benar-benar kebetulan!"