App herunterladen
6.15% Langit dan Bumi: First love never die / Chapter 17: Hadiah

Kapitel 17: Hadiah

Bumi tak percaya lagi kali ini, gadis itu baru saja menyelesaikan cucian piring nya ketika suara teriakan Mars mengejutkannya, dengan cepat Bumi mengelap tangannya yang basah dan berlari menghampiri suara gaduh karena kini bukan hanya Mars yang brteriak, bahkan Pluto pun bersorai gembira

" ada apa ka.. " suara Bumi tak mampu lagi keluar mendapati Langit yang tersenyum lebar dengan banyak kantong plastik besar di genggaman tangannya, pemuda itu tanpa di persilahkan lagi langsung masuk dan menurunkan bawaanya di lantai

Mars dan Pluto sudah tidak sabar lagi melihat isi dalam kantung belanjaan Langit yang pastinya terlihat sangat woow bagi mereka

" apa itu berisi sepatu ka ! " tunjuk Pluto pada satu kotak besar dengan merk sepatu ternama, dari logo nya saja orang bisa menebak berapa kisaran harga benda sepasang itu

" iya, itu khusus kakak belikan untuk mu ! " seru Langit segera membongkar kantung dan menyodorkan dus ke arah Pluto, bocah itu berjingkrak jingkrak riang, dia tak henti bersorai gembira

" dan ini untuk mu " berganti ke Mars, Langit menyodorkan tiga kantung lainnya, Mars menatap Langit lama, dia memperhatikan raut riang dan tulus pemuda tampan itu, rasanya Mars juga ingin berteriak dan bersorai kegirangan, tapi gadis kecil itu tak melakukannya, dia tersenyum tipis dan mengucapkan terimakasih dengan sungkan

" terimakasih ka, tapi apa tidak apa apa kakak mengeluarkan uang untuk aku dan Pluto ? " tanya Mars ragu, dia terlihat sungkan menerima pemberian Langit yang sangat berlebihan untuk mereka, Langit tersenyum lebar dan mengelus lembut rambut Mars, dia mengangguk memastikan jika semuanya bukanlah apa apa untuk Langit

Mars membawa bagiannya dan siap siap terkejut dengan isi kotak itu, Langit bangun dari posisi berjongkoknya, dia mendapati wajah datar Bumi yang melipat tangan di dada, senyuman Langit tiba tiba terhapus

" kenapa kau melakukan semua ini ? " tanya Bumi penuh selidik

" aku menyukai wajah senang orang lain " jawab Langit jujur

" apa karena keluarga ku pantas di kasihani ? " tatapan mata Bumi jelas tak suka, tapi Langit masih mencoba tenang dan mengukir senyum

" apa kau tak menyukai wajah gembira mereka ? " Langit menunjuk ke arah kedua adik Bumi yang takjub dan berteriak girang di dalam sana, Bumi ikut memperhatikan ke arah sana

Entah sudah berapa lama dia tak melihat wajah wajah gembira dengan tawa lepas itu, bahkan Pluto melangkahkan kakinya dengan amat hati hati ketika sepatu baru itu terpasang di kakinya, dan lihat lah Mars yang terus menatap cermin, tersenyum gembira karena pantulan baju baru dan tas belakangnya yang berwarna pink

Keduanya saling memuji dan memeluk hangat, wajah mereka jelas sangat bahagia, baik Mars atau Pluto tak henti nya memainkan benda yang baru mereka terima, kebahagiaan yang telah lama tak mereka rasakan, dada Bumi bergetar, wajah tegangnya berlahan mengendor, dia merasa bukanlah apa apa saat ini, jangankan barang mewah seperti pemberian Langit, bahan pokok untuk mereka makan atau mereka pakai pun belum mampu Bumi beri, gadis itu menggigit bibirnya, dia berusaha menyimpan kelemahannya yang membuat matanya berkaca kaca

Langit menatap wajah Bumi yang meraut haru, dia mencoba mengalihkan pandangan ketika Bumi memutar kepalanya dari kedua adiknya ke arah Langit

" terima kasih " ucap Bumi singkat lalu kembali ke ruang dapur nya, gadis itu menyeka airmatanya dalam diam, Langit tahu itu, tapi dia seolah tak peduli, matanya melirik kedua bocah yang masih bersorai gembira, bibirnya tersenyum senang

" heii adik adik.. lihat ini ! kejutannya belum berakhir !! " seru Langit ketika pak Amir membawa beberapa dus hadiah lagi untuk mereka

" waaahhh… apa itu kak !! "

" waahh.. snack ! aku pernah lihat iklannya ! "

" cokelat ! aku bahkan belum pernah mencoba rasanya ! "

" apa kalian mau coba ?? "

" mauuuu !! "

Bumi bersandar pada dinding penyekat antara ruang depan dan dapur kecil rumahnya, tangannya meremas celana kulot panjangnya, dia menahan airmata yang sudah bersiap tumpah, dadanya bergetar hebat membuat rasa getir pahit dan sakit jadi satu, suara riang di seberang sana.. semua itu seperti melodi sedih yang mengayun di telinga Bumi, gadis itu terus terisak dalam diam.

" kakaaaak.. " suara Mars di belakang punggung Bumi mengagetkannya, dengan cepat dia menyeka airmata dan berharap Mars tak menyadari apa yg telah dia lakukan di balik tembok ini

" kakak.. " wajah Mars terlihat cemas mendapati air wajah sendu milik Bumi, dia tahu betul kakaknya itu menyimpan banyak beban di pundaknya

" kak.. " Mars mengukir senyum mencoba menguatkan

" kak Langit juga memberi kakak kado " ujar Mars meraih telapak tangan kakaknya, sekali lagi Bumi menghapus airmatanya, jangan sampai ada yang tahu dengan raut sedih nya saat ini

" kakak lihat ! aku punya banyak sereal dan susu ! " seru Pluto dengan wajah girang tak terkiranya, Bumi tersenyum kecil dia tak mau ada gurat cemas di wajah bahagia Pluto

" ini untuk mu " Langit menyodorkan kantung ke arah Bumi, gadis itu berdecak dengan wajahnya yang cemberut tapi bibirnya tersenyum membuat usaha baik Langit mendapat respon baik, dengan begitu saja sudah membuat Langit merasa senang

" apa ini ? " Bumi meraih buku dan sebuah gaun dari kantung plastik itu, buku sastra karya orang yang di kagumi oleh Bumi, Chairil anwar !

" kau tahu saja kesukaan ku " gumam Bumi pelan dengan senyum nya yang disembunyikan secepat mungkin, Langit mendekatkan kepalanya ke arah wajah Bumi

" kau bicara apa tadi ? " selidik Langit penasaran, bibir mungil Bumi jelas tersenyum tadi, tapi telinga Langit tak mendengar ucapan dari bibir itu, pasti suatu hal yang baik makanya Langit mencoba meminta Bumi mengulangnya

" ish.. " sergah Bumi dengan wajah meronanya, bahunya menyenggol dada Langit pelan, sentuhan kecil itu membuat dada Langit kian berdebar, pria itu memegang dadanya dan berusaha menutupi perasaanya, jangan sampai dia salah tingkah di depan Bumi

Langit membalas senggolan kecil Bumi, dia mendorong perlahan bahu kecil Bumi, gadis itu menggigit bibir dengan wajahnya yang memerah

" terima kasih " bisik Bumi di balik buku yang menutupi setengah wajahnya, dia sedang menahan rasa aneh yang terus naik dari dalam tubuhnya, rasa yang berdesir dan membuat jantungnya berpacu cepat, membuat wajahnya memanas dan memberi semburat merah

Bumi salah tingkah, Langit mencondongkan sedikit badannya, dia mendekatkan telinga nya ke arah wajah Bumi, alisnya berjingkrak satu, dia tersenyum tipis dengan malu malu menunggu Bumi mengulangi kalimatnya

" terima kasih.. " ulang Bumi, dan segera menunduk malu, Langit menarik kepalanya kali ini dia mendengar jelas suara pelan nan lembut gadis di sisinya ini, Langit mengulum senyuman senang, dia semakin menyukai perasaan aneh ini

" kaa.. haruskah kita bilang terimakasih dengan berbisik juga ? " tanya Pluto memperhatikan dua remaja di hadapannya yang tersipu malu dan salah tingkah

Mars mengikuti arah mata Pluto dan dia menangkap bayangan yang sama, kenapa ka Bumi terlihat memerah dan ragu ragu seperti itu ? batin Mars heran, dan kenapa pula kak Langit mengacak rambutnya yang tadi sudah sangat rapi, dan wajahnya yang memerah ? apa mereka sedang sakit ? dugaan batin Mars hanya bisa menimbulkan raut curiga di wajah gadis kecil itu

Pluto dan Mars saling memandang dan mengangkat bahu tak mengerti


next chapter
Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C17
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen