App herunterladen
11.01% Lady Renee / Chapter 13: Seekor Rubah 2

Kapitel 13: Seekor Rubah 2

Seorang penjaga perbatasan yang berjaga di perbatasan tengah membersihkan tombak ketika ada seorang wanita dengan wajah pucat datang dengan langkah terseok-seok padanya, wanita itu memakai gaun panjang yang diangkat ke atas, sepatunya tidak dipakai di kakinya, melainkan ia pegang di tangannya, ada noda lumpur yang menciprat memenuhi kaki dan gaunnya yang cantik itu.

"Nona? Apa yang terjadi pada anda?" Penjaga itu langsung bertanya, di kota Dorhive sangat jarang terjadi kejahatan kecuali tujuh orang yang menghilang itu, beberapa rekannya yang ada di dalam pos menoleh.

"Tolong aku!" Renee menjatuhkan sepatunya ke tanah, ia tidak peduli lagi dengan penampilannya sekarang. "Tolong bawa aku pergi dari sini!"

"Nona?"

"Aku ingin pergi ke Ibukota!" Renee menarik napas dan melihat sekitar, takut kalau-kalau Leo tiba-tiba muncul di sekitar. "Tolong bantu aku pergi ke Ibukota!"

Wanita itu terlihat gemetar, kedua tangannya menarik lengan baju sang penjaga, ia mengandalkan kemampuan aktingnya untuk bertingkah lemah dan menyedihkan agar hati mereka tergerak.

"Nona, tenanglah." Penjaga perbatasan itu menghela napas panjang, salah satu rekannya datang mengambilkan air minum untuk Renee. "Apa anda sudah mendapatkan surat persetujuan dari Tuan Leo?"

Renee yang bergerak gelisah langsung berhenti, tangannya yang memegang lengan baju penjaga itu mengendur.

"Apa maksudmu?"

"Ini … karena kasus menghilangnya orang-orang di kota Dorthive, Marquis Leo mewajibkan semua orang yang ingin keluar dan masuk agar membuat surat izin terlebih dahulu."

"Marquis … Leo …."

Renee jatuh terduduk di atas bangku kayu, pikirannya seketika menjadi kosong.

Semua ini bukan kebetulan, kan?

"Kenapa … ini mustahil, bukan?"

Bagaiaman bisa seperti ini?

Kenapa ia harus berurusan dengan Leo lagi?

"Nona, Tuan Leo adalah orang yang dipercayakan Ratu untuk menjaga kota Dorthive, apa pun yang ada di kota ini, semuanya terhubung dengan Tuan Leo." Penjaga perbatasan itu melihat wajah Renee yang terlihat bingung, ia pikir mungkin karena wanita itu baru tinggal di sini. "Jangan khawatir, kami akan membantu anda menuliskan surat padanya, biasanya besok sudah dibalas dan anda bisa pergi."

Renee menatap rumput yang bergoyang di depannya, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

"Nona?"

Melihat Renee yang seperti kehilangan nyawanya, mau tak mau membuat penjaga perbatasan itu heran, mereka ingin menyentuh bahu Renee sebelum wanita itu berdiri.

Jika ia tidak bisa pergi dengan cara ini, maka ia harus pergi dengan caranya sendiri. Sebanyak apa pun Leo menghalanginya, ia akan mencari jalan keluar, ia tidak boleh menyerah terlalu cepat.

"Tidak, aku akan kembali dulu."

Renee menggelengkan kepalanya, ia mengambil sepatu dan memasangnya kembali, meninggalkan pos perbatasan.

Kota Dorthive tidak ramai seperti Ibukota, tapi bukan berarti tidak ada kereta pedagang yang keluar masuk di tempat ini, Renee berdiri agak jauh dari pos perbatasan, matanya menatap ujung jalanan dengan awas.

Ia punya uang, seharusnya ia bisa pergi dari sini.

Matahari mulai condong ke arah barat dan Renee berjongkok di jalanan, ia menggertakkan giginya saat tidak menemukan satu orang pun yang lewat di jalanan ini.

Apa Leo mencegah orang-orang untuk lewat? Tapi sekuat apa pun kekuasaannya di kota dorthive, hal seperti itu tidak mungkin terjadi, kan?

Renee tidak tahan lagi untuk terus menunggu, ia masuk ke dalam hutan dan mulai berjalan menghindari para penjaga perbatasan, ia tidak punya pilihan. Lebih baik ia berjalan daripada membiarkan dirinya menunggu seperti orang bodoh di pinggir jalan.

Hutan yang ada di sini jauh lebih lembab dari yang pernah Renee temui, tanahnya basah dan berlumpur, bebatuan yang ada di pinggir penuh dengan lumut, tak jarang ada akar yang menonjol di bawah pohon, Renee beberapa kali tersandung dan ia harus melangkahkan kakinya dengan hati-hati agar tidak terguling di atas lumpur.

"Ah!" Renee memekik ketika ada seekor kodok berwarna hitam melompat ke arah talas yang bergoyang, air yang ada di atasnya menetes, jatuh menimpa jamur yang ada di bawah, membuat jamur itu rusak.

"Membuatku kaget saja," keluh Renee sambil mengusap dahinya, ia menggelengkan kepalanya dan terus melangkah, mungkin karena saat ini ia berada di dalam hutan, ia merasa kalau semua yang ia lihat, terlihat sama.

"Yang terpenting saat ini aku harus menemukan jalan raya, itu pasti tidak jauh. Aku yakin."

Renee dengan keyakinannya terus berjalan melintasi lumpur sampai ia tidak bisa mersakan kakinya lagi.

"Uh, apakah kakiku baik-baik saja? Semoga tidak ada yang tergores."

Renee mengangkat kakinya, ia melihat kodok hitam lagi yang melintas ke semak-semak talas yang airnya jatuh ke atas jamur.

Sampai matahari mulai terbenam, Renee mulai menyadari, kalau ia tidak pernah pergi kemana-mana.

Mata Renee menatap jamur yang rusak di atas tanah, sudah berapa kali ia melihat ini? Kodok, lalu daun talas, air yang jatuh ke atas jamur yang rusak.

Ia hanya berjalan di tempat yang sama.

"Hah!" Reene mundur, kedua tangannya terangkat menyentuh kepalanya dengan kasar. "blBagaimana … bagaimana hal aneh ini bisa terjadi?!

Ini bukan Mansion Keluarga Emmanuel, tapi bagaimana hal-hal aneh seperti ini terjadi?!

Renee mengacak-acak rambutnya, keringat dingin kembali membanjiri tubuhnya dan kata-kata Leo terakhir kali ketika ia berada di dalam kereta kembali terngiang-ngiang di benaknya, seperti kaset rusak.

"Mustahil, ia manusia, ia tidak mungkin bisa melakukan ini. Tapi … tapi apa ini … kenapa aku ada di sini?!"

SRAK … SRAK ….

Di tengah kepanikan yang dimiliki oleh Renee, sesuatu bergerak dari balik pepohonan, wanita itu segera mundur dan menjatuhkan sepatunya ke atas lumpur.

Renee tidak bisa melihat dengan jelas karena matahari yang semakin condong ke arah barat, tapi ia bisa melihat jika yang bergerak di balik pepohonan itu adalah seorang laki-laki, langkahnya berat dan menghentak ke tanah mendekatinya.

"Siapa? Siapa kau?"

Sosok itu tidak menjawab, tangannya terangkat menyingkirkan dedaunan yang menjuntai menghalanginya.

Renee menelan ludah, teringat kembali kasus menghilangnya tujuh orang itu lagi. Kalau bukan Leo yang melakukannya, maka mungkin yang melakukannya adalah orang ini?

Sial, apa sekarang dirinya berada dalam situasi lari dari lubang buaya lalu masuk ke kandang singa?!

"Jangan mendekat!" Renee berteriak, tapi sosok itu terus berjalan dan semakin dekat padanya. Tanpa pikir panjang langsung berbalik, berlari ke arah ia datang tanpa menoleh.

Ia terseok-seok, gaunnya ia pegang dengan erat di tangan kanannya agar tidak tersangkut, entah kenapa ia merasakan rasa takut yang menyesakkan saat ini, lebih takut daripada saat ia menghadapi Leo.

Sosok itu … mungkin tidak akan segan melakukan sesuatu yang buruk padanya.

SRET!

Sesuatu tiba-tiba saja meluncur melewati dirinya, Renee bisa merasakan kalau pipinya tergores sesuatu yang tajam, tapi ia tidak berani memeriksa apa itu, terlalu takut untuk berhenti.

SRET!

Sesuatu muncul lagi, menggores kakinya, Renee tersandung akar yang mencuat di atas lumpur, ia jatuh dengan suara berdebam keras.

Sial, ia tidak mungkin berakhir di tempat berlumpur seperti ini, kan?!


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C13
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen