App herunterladen
40.67% Lady Renee / Chapter 48: Kamu Milikku, Kamu Cintaku 1

Kapitel 48: Kamu Milikku, Kamu Cintaku 1

"Bella, bersiaplah."

Bella yang baru saja menutup pintu mengerutkan kening tidak mengerti, ia menoleh ke arah Leo. Mata yang suram itu menjadi lebih gelap daripada biasanya.

Leo bangkit dari kursi dan meraih pedang yang selama ini terdiam di sudut lantai.

Bella menjilat sudut bibirnya, ia mendongak ke atas langit-langit. Wajahnya menjadi jelek dan ia menahan dirinya untuk tidak mengumpat dengan suara keras.

Tidak heran, Leo tidak mengatakan apa-apa saat Renee pergi, ternyata ini penyebabnya.

Angin yang entah masuk dari mana berhembus sekitar mereka, lentera yang selalu menyala di atas meja tiba-tiba saja padam.

"Tidak heran kau duduk begitu lama," kata Bella dengan penuh penghinaan. "Sejak kapan … sosok ini ada di sini?"

"Sejak monster yang mirip Duchess Celia tiba," kata Leo sambil memutar pedangnya dengan pelan, sebuah cahaya hitam tiba-tiba saja jatuh ke lantai dengan suara pelan. "Aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi."

Leo menahan sosok itu selama tiga hari di langit-langit dengan sisa kekuatannya, ia menahan diri untuk tidak bicara terlalu banyak, ia juga menahan diri untuk tidak bergerak agar sosok yang mengawasinya itu tidak bergerak.

Begitu Renee mengatakan ia ingin keluar, leo tidak bisa menolak, apalagi berdebat.

Ia lebih memilih untuk percaya dengan kata-kata Renee.

Sosok itu jatuh dengan suara ringan di atas lantai, seakan ada sesuatu yang mengikat di pinggangnya.

Bella menyipitkan matanya, ia tahu kalau sosok yang ada di depan mereka ini bukanlah Ivana, tapi sosok lain yang lebih daripada Ivana.

Kalau Renee menghadapinya sekarang, Leo yankin ia tidak akan sanggup.

Ini adalah kejutan yang sangat tidak terduga.

Sosok itu tersenyum, rambutnya mengembang di belakang tubuhnya, matanya berkilat-kilat penuh dengan gairah yang tidak tertahankan, wajahnya gelap dan tubuhnya tidak terlihat jelas apakah ia laki-laki atau wanita.

"Aku sangat cemburu padamu. Bisa-bisanya kau memegang tangan wanita lain di depanku?"

"Apa urusanmu?" Leo mendengkus pelan, mengangkat pedangnya dengan waspada.

Bagi Leo, akan lebih baik kalau Renee mempelajari kekuatannya dulu di luar sana baru menghadapi orang ini, setidaknya mereka memiliki setitik harapan. Meski harus mengorbankan dirinya dan Bella.

Bella menggertakkan gigi, tanpa ditebak pun ia tahu jalan pikiran Leo dari sorot matanya. Sosok yang ada di depan mereka itu memiringkan tubuhnya ke samping, lalu terkekeh.

"Apa wanita itu membuatmu berpaling dariku, Leo?" Sosok itu kembali bergumam, kepalanya miring ke sisi lain tubuhnya. "Kau bilang itu bukan urusanku? Kau dan semuanya … adalah urusanku. Milikku ... milikku ...."

"Orang ini terlalu banyak mengatakan omong kosong."

Bella tidak tahan lagi mendengarnya, ia menendang kursi yang paling dekat dengannya.

BRAK!

Kursi itu tidak sampai mengenai sosok hitam yang ada di depan mereka, terhalang oleh sesuatu yang tak kasat mata, beberapa saat kemudian, kursi itu melayang-layang menuju ke atas.

"Tidak mungkin, ini …." Bella mejilat sudut bibirnya lagi dan menatap Leo, ada sedikit kecemasan yang terlintas di matanya.

Leo tidak menanggapi

"Kita sudah berakhir, kan?" Bella bertanya dengan suara pelan, kakinya sedikit gemetar dan wajahnya perlahan menjadi pucat. "Aku tetap membencimu sampai akhir."

"Maaf." Leo menghela napas, lalu matanya berubah, penuh dengan emosi. "Kali ini saja, ayo lakukan yang terbaik."

Bella menggertakkan gigi dengan penuh kemarahan, begitu Leo menggerakkan pedang menuju sosok yang akhirnya berhenti terkekeh itu, Bella mengubah kedua tangannya dan ikut menyerang.

"Kenapa kau menyerangku, Leo?" Sosok itu menggerakkan tangannya, ada suara yang samar berbunyi dan di detik berikutnya Leo menabrak sesuatu. "Padahal aku datang kemari untuk menjemputmu, cintaku."

Leo langsung menstabilkan tubuhnya, begitu ia mengayunkan pedang, sosok itu tiba-tiba saja melesat di depan Leo dan mengulurkan tangannya ke arah laki-laki itu, dari tangannya itu muncul puluhan ekor ular yang membuka mulutnya secara serentak.

SRATS!

Leo memutar pedangnya, meski ia agak terkejut dengan kemunculan puluhan ular itu, tapi sebisa mungkin ia tetap fokus dan terus bergerak, di sisi lain Bella mengangkat tangan monsternya dan melompat.

BRAKH!

Entah apa yang terjadi, begitu Bella mengayunkan tangannya ke arah sosok itu, ia menghantam sesuatu yang amat keras dan tubuhnya terhempas ke dinding.

"Uhuk!" Bella memuntahkan darah segar dari mulutnya, rasa sakit yang menusuk muncul di dadanya. "Aku lebih membencimu dibandingkan aku membenci Leo! Dasar kau mons …."

"Berisik!" Sosok itu berteriak, kakinya menghentak ke lantai dan membuat ular-ular yang ada di sekitarnya menegakkan kepalanya, puluhan mata kuning dengan iris runcing menatap Bella secara bersamaan. "Kau itu hanyalah Pelayan, tapi beraninya berkeliaran di sekitar cintaku!"

Bella terdiam, saat sosok itu berteriak, ia bisa merasakan tekanan yang amat kuat, membuat tetesan darah kembali mengalir di mulut dan dadanya mulai terasa sesak.

"Diamlah." Leo berbisik, tapi ia tahu kalau suaranya tidak akan sampai ke telinga Bella untuk saat ini, pedang yang terayun itu dengan cepat dililit puluhan ekor ular dari tangan sosok hitam itu, mereka berlomba-lomba ingin menjerat tubuh leo dengan sisik di tubuhnya yang dingin.

"Kau tidak punya kepentingan untuk membenciku."

Sosok itu berjalan ke arah Bella, sementara itu Leo berusaha menghalau ular-ular yang menyerang, kedua kakinya telah terjebak dalam belitan ular yang kuat.

"Kenapa?" Bella bangkit dan menyeka noda darah di dagunya, ia meludah.

Sosok itu tertawa, suhu di sekitar menjadi lebih dingin daripada sebelumnya dan suara desisan ular menjadi lebih keras.

"Jangan mengajaknya bicara!" Leo memberi Bella peringatan dengan panik, ia menebas dua ekor ular yang menjeratnya secara serampangan. "Tutup mulutmu!"

Bella tergagap, sesaat ketika melihat sosok hitam yang berdiri di depannya itu, pikirannya terasa kosong.

"Sekarang apa kau mengerti apa kepentingan yang aku maksud?" Sosok hitam itu mendekat dan meyentuh leher Bella dengan tangannya yang terasa bersisik, Bella dapat mendengar bunyi gemerisik sisik bertemu dengan sisik lain di tubuhnya beradu. "Melenyapkanmu itu ... sangat mudah."

Bella merasakan hawa dingin yang menjalar dari leher naik ke wajahnya, tubuhnya terasa kaku, ia tidak dapat melihat mata dan mulut karena terlalu gelap, tapi ia bisa merasakan dengan kuat kalau sosok yang ada di depannya ini tengah menatapnya dengan tajam.

"Bella!"

Leo yang berhasil menebas puluhn tubuh ular menerjang sosok itu dan mengulurkan tangannya untuk mendorong, tapi ia terlalu lambat.

Sebelum tangannya menyentuh tubuh Bella, sesuatu terjulur dari atas langit dan menjerat lehernya, Leo terbanting ke belakang dengan keras.

"Akh!" Leo terseret hingga punggungya bertemu dengan dinding, ekor ular yang menjerat lehernya itu menguat dan hampir membuatnya kehabisan napas.

"Sabarlah cintaku," kata sosok itu dengan senyuman lebar, ia bergerak mendekati Bella lagi dan kini wanita berambut pendek itu bisa merasakan bahwa seluruh tangan wanita itu dipenuhi dengan sisik ular. "Aku akan membereskan Pelayan bodoh ini dulu."


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C48
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen