He's A Tramp
- Peggy Lee -
=========
Pria itu menghadap ke Feiying yang kini sudah bersedia mempersilahkan Vince melihat semua rahasia lekuk badannya.
"Astaga, inikah milikmu, sayank?" Vince berlagak takjub sambil mengelus dada Feiying. "Indah! Sangat indah, membuatku jadi lelaki paling beruntung di dunia!" Vince tatap lekat payudara Feiying yang berukuran sama dengan milik si bibi. Terasa pas digenggaman Vince.
"Haanghh..." Gadis itu melenguh spontan, sekaligus menggelinjang. Ini sungguh-sungguh sesuatu yang baru baginya. Tak heran dia terus saja merona, hingga Vince jadi gemas sendiri.
"Sumpah, Fei... kau menawan. Sangat membuatku mabuk kepayang. Ah, tapi lebih baik kita mandi dulu, yah!" Vince hentikan kegiatan meremas-remas payudara Feiying, dan bimbing gadis itu ke bawah shower.
Siraman air sengaja disetel hangat agar mereka nyaman, tidak kedinginan karena ini sudah tengah malam. Vince meraih sabun cair tak jauh dari tempat dia berdiri, lalu usapkan ke tubuh telanjang Feiying. Secara perlaham dia menyabuni sang gadis, hingga kadang desah samar terdengar saat usapan Vince mencapai tempat-tempat khusus.
Vince posisikan Feiying memunggunginya, lalu ia balurkan sabun cair ke payudara si gadis. Feiying tak kuasa menahan desah. Apalagi ketika tangan Vince memilin nakal putingnya.
"V-Viinn... nghh..."
"Iya, iya, sayank... maaf, aku susah menahan rasa takjubku pada badan indahmu. Maaf. Apa kau... tak nyaman? Aku hentikan?"
Feiying menggeleng pelan. "T-tak apa. Aku... aku tak apa-apa."
Vince menyeringai di belakang Feiying. Jangan panggil dia Casanova jika tak bisa menaklukan perawan macam Feiying. Hanya butuh pujian manis dan sikap takjub memuja agar perawan di depannya takluk. Itu karena ia tau celah Feiying. Yah, celahnya yaitu karena Feiying tak pernah dipuji lelaki. Wanita mana yang tak melayang jika dipuji?
Celah itu teramat dimanfaatkan Vince. Ia punya segudang trik untuk memikat perempuan.
Pria itu pun melanjutkan kemesumannya. Kali ini tangannya yang berlumur sabun cair sudah mencapai bagian kewanitaan Feiying. Gadis itu tersentak ketika bagian terintimnya disentuh jari Vince. Tapi dia tak berani menolak. Ia sendiri yang mengijinkan Vince. Ia juga yang meminta Vince memilikinya penuh. Mana mungkin sekarang menolak?
Sudah terlambat untuk itu.
"Hngh-aakhh..." desah sang gadis tanpa sanggup ia redam. Itu karena jari nakal Vince telah sampai di pusat terintim Feiying, mengusap di sana.
Tanpa sadar, Feiying menggenggam erat pergelangan tangan Vince yang sedang menggoda kewanitaan dia. Semakin paha dihimpitkan, semakin jemari Vince merangsek ingin terus menguak misteri di sana.
Tangan lain Vince meremas-remas buah dada Feiying, memberikan stimulasi-stimulasi pada puting yang terus mengeras akibat belai jari binal Vince yang terlatih.
Desah berubah menjadi erangan. Feiying susah mengontrol suaranya. Ia memilih pejamkan mata dan biarkan Vince melakukan apapun pada tubuh perawannya.
Gosokan jari Vince pada klitoris Feiying dengan bantuan sabun cair kian membuat gadis itu seperti akan gila. Kepala pusing dan terasa di awang-awang.
Karena mereka berdiri di dekat bathtub, Vince pun naikkan satu kaki terdekat Feiying ke bibir bathtub agar jarinya lebih leluasa beraksi.
Akibatnya, lenguhan Feiying makin keras, meski gadis itu sudah berjuang tidak mengeluarkan suara. Sayangnya, siraman berahi dari tingkah Vince terlalu berlimpah.
Feiying menyerah. Ia menjerit usai kejang kecil ketika ia merasakan selatannya terasa panas. Kemudian ia merasa lunglai.
Gadis itu orgasme tanpa dia paham.
Vince lekas memegangi tubuh limbung Feiying. Kembali ia menyatukan bibir mereka meski posisi belum berubah.
Barulah ketika cumbuan usai, Vince mengganti posisi berdiri di depan Feiying, mengambil tangkai shower untuk membilas kewanitaan Feiying yang berlumur busa sabun bercampur cairan spesial. Sesekali sang gadis tersentak kegelian saat klitorisnya dibilas.
Selesai itu, Vince letakkan tangkai shower ke tempat asal, lalu ia merunduk berlutut. Satu kaki Feiying masih ia tahan di atas bibir bathtub.
"Ja-jangan!" Feiying berteriak tertahan ketika wajah Vince mendekat ke vaginanya. Tangan pun menghalau.
Namun bukan Vince namanya kalau tak bisa membujuk. "Tak apa," ucapnya lembut. "Aku ingin merasakan manisnya madumu. Aku ingin tau segala mengenai kau dan tubuhmu, sayank. Percayai aku. Yah?"
Feiying tersihir dan mengangguk setuju. "Hangh!" Ia lekas gigit jarinya sendiri saat lidah Vince telah menjejak ke klitoris dan memulas-mulas di sana. Pekikan demi pekikan kecil tertahan keluar karena rasa asing sewaktu lidah dan mulut Vince terus mendera klitoris dan pintu vaginanya secara agresif. Menyedot, menghisap, mengulum kuat, menggeletarkan lidah... Feiying hampir tak kuat.
Ini terlalu intens baginya. Terlalu kuat badai libido yang dikirim Vince untuk dia yang tidak siap.
Hanya butuh kurang dari 5 menit bagi lidah Vince meliar di klitoris Feiying untuk membuat gadis itu menyerah lagi.
Lenguh keras disertai kejang kecil karena sensasi orgasme menghentikan siksa erotis Vince.
"Kau sensitif sekali rupanya, sayank..." Vincetelah sejajarkan tubuh dengan Feiying.
Sang gadis terengah-engah. "Ma-maaf... haanhh... haaghh..."
"Hei." Vin raih dua pipi Feiying. "Kenapa minta maaf? Aku justru sangat menyukainya. Sungguh membuatku senang, kau tau itu?" rayu Vince.
"Ungh... baiklah." Feiying patuh sekaligus lega. Dia kira Vince takkan suka pada gadis yang sensitif.
"Nah, sekarang... cobalah kau mengenal juga tubuhku." Vince raih tangan Feiying dan bimbing ke penisnya yang telah tegak mengacung.
"Owgh!" jerit pelan Feiying yang terkesiap. Ia tak pernah melihat, apalagi menyentuh penis lelaki sebelumnya. Lekas ia tarik kembali tangannya, lantas menunduk menyembunyikan rona pipinya.
Vince terkekeh kecil. "Kau ini sangat menggemaskan. Ayo, pegang saja dan rasakan sendiri tekstur milikku."
Feiying perlahan buka mata dan arahkan pandangan secara malu-malu ke penis Vince. Tangannya sudah ditempelkan lagi ke sana oleh Vince. Pria itu terus membujuk. Membulatkan niat serta keberanian, gadis itu pun menggenggam penis yang terasa besar dan padat kencang.
Vince menuangkan sedikit sabun cair pada penis. "Sabuni milikku seperti aku menyabuni milikmu, sayank. Kau mau, kan?"
Feiying tatap mata Vince, meneguk ludah dua kali sebelum akhirnya mengangguk. Perlahan dia gerakkan tangan kanannya yang sudah berbalur sabun ke penis. Mulai mengocok hingga Vince menciptakan deraman.
"Orghh... enak sekali, Fei. Kau memang membuatku senang. Ogghh... iya, terus begitu, Fei. Enak. Enak sekali, ogghh..." racau Vince sambil wajahnya menampakkan kenikmatan.
Feiying mempercepat kocokan. Namun baru 2 menit lebih, tangannya sudah dihentikan Vince.
"Cukup, Fei. Cukup. Aku tak mau keluar di sini. Ayo pindah ke tempat yang lebih nyaman." Vince meraih shower dan membilas penisnya, lalu membopong Feiying keluar kamar mandi menuju kamar tidur yang menyatu.
Feiying direbahkan, kemudian Vin menyalakan penghangat ruangan. Ia menatap takjub tubuh telanjang Feiying.
"Jadilah milikku seutuhnya, Feifei sayank. Kau mau, kan?"
Feiying mengangguk meski alihkan pandangan karena malu. Di kamar tidur, penerangan lebih terang, penis Vince terlihat lebih jelas. Itulah sebabnya Feiying malu. Ini sungguh baru pertama kalinya bagi Feiying melihat alat kelamin pria secara nyata, bukan lagi melalui buku pelajaran.
Tuan muda Hong merangkak naik ke ranjang menghampiri Feiying.