Bagian Duapuluh Empat.
Seminggu berada di rumah Halimun merasa tidak betah.Angan-angan hidup bersama suami sirna,terkadang ia berpikir gagal berumah tangga berulang kali karena ambisi Rumi,ibunya,tapi ia tidak bisa protes.Sakit hati setiap punya suami selalu berakhir dengan tanpa kabar berita,ditinggal begitu saja.Bila kesedihan meronta-ronta muncul pikiran ingin pindah jauh dari tempat orang tuanya.
Halimun sadar sekarang,ia merasa banyak melakukan kesalahan selama berada di Taiwan kemarin , ia memutuskan pulang ingin meminta maaf kepada suami.Halimun berencana akan menjalankan rumah tangga normal,membiayai kehidupan sehari-hari dari hasil kerja suami.Namun kenyataan begitu ia tiba di rumah suaminya tak ada,ia jadi tak sanggup tinggal di rumah tanpa suaminya,dan ia membuat rencana bila dalam beberapa minggu ke depan tidak mendapat kabar keberadaan Herman ia akan memilih kerja ke luar negeri lagi.
Rumi gembira mendengar rencana Halimun akan berangkat kerja ke luar negeri lagi." Mumpung masih muda,kerja cari duit yang benar buat bekal di hari tua ",kata Rumi.Kemudian katanya lagi," Jangan mikirin Herman...Suami seperti itu tidak bisa diharapkan.. ".
Kening Halimun berkerut,mendengar ucapan Rumi." Tapi dia kan belum menceraikan saya ? Wajarlah bila saya ingin tahu dimana dia sekarang ", sahut Halimun agak ketus,ia seperti sedang tersinggung hatinya.
Rumi seperti bingung melihat Halimun mulai berani membantah.Ia memperhatikan Halimun dengan hati kecewa." Kalau kamu tidak mau dengar apa kata ibu,tidak apa-apa ", ujar Rumi,kemudian keluar rumah.Halimun melirik ke arah Rumi sedang berjalan.Setelah itu ia beranjak masuk ke dalam kamar, perselisihan paham antara Rumi dengan Halimun terjadi .Rumi berkeinginan agar Halimun menuruti apa kehendaknya,sementara Halimun menghendaki kepada Rumi tidak terlalu menjelekan Herman.Sebelum bertemu dengan Herman ia akan selalu mencari tahu keberadaan suaminya itu.
Dengan terjadinya perselisihan paham itu tekad Halimun sepertinya menjadi bulat,ia ingin berkerja ke luar negeri lagi.Keinginan itu menjadi seperti meronta-meronta dalam hati Halimun.Ia mulai mencari-cari pialang dan agen tenaga kerja ke luar negeri yang bisa cepat memberangkatkan dan menempatkan kerja di negara tujuan.
Setelah terjadi perselisihan paham kemarin,pagi-pagi Halimun ke luar rumah,ia mengenakan celana panjang jeans, atasan kaos berwarna kuning ditutup baju jaket jeans.Dengan mengendarai speda motor baru milik Surya ,ayahnya ,Halimun kelihatan cantik.Rumi memperhatikan dengan pandangan mata hampir tak berkedip,mencurigai Halimun pergi hendak mencari Herman.Setelah Halimun jauh Rumi bersungut-sungut sambil mencari Surya,suaminya." Sudah saya bilang jangan pergi mencari Herman, dia pergi juga...anak tidak menurut kepada orang tua ", ujar Rumi sambil mendekati Surya yang sedang duduk termenung di ruang makan,Surya memikirkan hutangnya sudah numpuk.Awalnya Surya tenang-tenang saja ketika diberitahu oleh Mas Jarwo hutang sudah besar karena anaknya masih kerja di luar negeri.Ia menganggap hutang besar bisa lunas setelah anaknya pulang." Sabar saja,anak saya pulang saya bayar semua hutang-hutang saya", Surya mengingat ucapannya beberapa bulan lalu kepada Mas Jarwo.Kenyataannya Halimun,anaknya,pulang dari Taiwan tidak membawa banyak uang.Kemarin malam,Mas Jarwo mendengar Halimun sudah pulang dan datang menanyakan soal hutang Surya membisu seribu bahasa.Merenungkan hutang sampai sekarang belum mendapat jalan untuk membayar.Terdengar suara istrinya seperti menghardik Surya terjaga dari lamunannya.Dilihat raut wajah istrinya memerah penuh emosi." Ada apa pagi-pagi sudah marah begitu ? ", tanya Surya kepada Rumi,kemudian ia melihat dengan heran Rumi melampiaskan kekesalan hati.
" Halimun pagi-pagi pergi tidak pamitan ", sahut Rumi.
" Pergi kemana ? ", tanya Surya masih heran.
" Kemana lagi kalau bukan mencari Herman", jawab Rumi dengan ketus.
Surya tersenyum melihat sikap istrinya seperti menyimpan perasaan tidak senang terhadap Herman.Ingin ia menenangkan hati istrinya supaya tidak emosian tapi sang istri sudah pergi.Surya menggelengkan kepala seraya menarik nafas memperhatikan istrinya jalan masuk ke kamar Halimun.
Yang ingin dilihat Rumi di dalam kamar milik Halimun hanya sebotol air putih dari Eyang yang ia letakan di atas meja rias.Ia ingin memastikan apakah air itu masih utuh atau sudah tidak ada dengan botolnya ? Rumi melihat ke arah meja rias yang terletak dekat sudut kamar,posisi botol air sudah berubah dengan air sudah berkurang.Segera ia mengambil botol itu,membuka tutupnya lalu menuangkan ke telapak tangan setelah itu menyiprat-nyiprat air ke semua pojok kamar.Rumi mulai kelihatan senang hati,seperti ada kepuasan.Keluar dari kamar Halimun senyum berkembang,berjalan menuju dapur dan ia sadar belum membuat kopi dan nasigoreng untuk sarapan Surya,suaminya.
Rumi merasa aneh,memikirkan Halimun sudah meminum air putih dari Eyang tapi masih belum menurut.Ia memikirkan ini, bila mengingat terjadi perselisihan kemarin air mantra Eyang sudah tidak bertuah.Bila Halimun tidak meminum air dari Eyang itu ? Tapi mengapa air berkurang ?Bisa saja berkurang karena dipakai untuk cuci tangan..Akh...tidak mungkin...tidak mungkin..Rumi bertanya jawab pikiran dengan hatinya sebelum ia memilih hari yang tepat untuk datang menemui Eyang lagi.Setelah menyajikan kopi dan nasigoreng Rumi duduk disebelah Surya..hatinya senang melihat Surya menyantap dengan lahap nasigoreng itu sampai habis.Lalu Rumi berkata kepada Surya ," Sepertinya kita harus ke rumah Eyang lagi ".
" Kapan ? ", tanya Surya.
" Malam Jumat besok ", jawab Rumi,kemudian ia bercerita soal airmantra Eyang kemarin yang ditaruh dalam kamar Halimun.Namun Surya tidak serius menanggapi cerita Rumi karena harus buru-buru berangkat ke tempat kerja.
" Motornya dibawa Halimun,mau naik apa ke tempat kerja ? ", ujar Rumi membuat langkah Surya berangkat ke tempat kerja tertahan.
" Halimun pergi ke mana ? ", tanya Surya kepada Rumi.
Rumi tidak menjelaskan yang sebenarnya kemana Halimun pergi." Paling mencari Herman ke Kotasari ",sahut Rumi tidak semangat.
Halimun pulang,karena ia mengerti motor yang dipakainya sangat diperlukan untuk kendaraan pulang pergi ayahnya ke kantor.
Halimun mematikan mesin motor,melihat Surya belum berangkat kerja,cepat ia menstandarkan motor lalu berjalan untuk menyerahkan kuncimotor ke pada Surya.Tak lama seorang pria dengan motor besar datang menyusul Halimun, setelah menyerahkan kuncimotor Halimun menyambut kedatangan pria itu.Surya dan Rumi tertegun melihat Halimun hangat menyambut,memperkenalkan ayah dan ibunya kepada pria yang datang itu.
Pria itu sangat santun,sambil membungkuk-bungkukan badan ia bersalaman dengan Surya dan Rumi,sambil tak henti-henti matanya melirik kepada Halimun.
Rumi melihat pria itu ada kecocokan dengan keinginan hatinya,ia jadi berharap Halimun bisa bersanding dengan jodoh yang langgeng.Ketika beranjak meninggalkan Halimun berdua dengan pria itu Rumi dengan penuh keyakinan mendoakan Halimun semoga berjodoh dengan pria itu.
Setelah berbasa-basi kepada pria itu Surya melangkah menuju motor di depan rumah,memeriksa bensinnya sejenak,dilihatnya masih full tanki,lalu menghidupkan mesin,memainkan gas dan terdengar suara knalpot mengerang-ngerang.Kaki Surya menginjak pedal memasukan gigi persneleng dan saat ia hendak menarik gas terdengar suara Rumi,istrinya memanggil sambil mendekati.
" Ada apa ? ", tanya Surya.
" Antarkan saya dulu pak ke rumah Unayah ", jawab Rumi.Surya tak banyak bicara,ia menuruti apa kemaun Rumi.
Surya dan Rumi berboncengan,Halimun dari dalam melihat kedua orang tuanya berboncengan ia tersenyum-senyum." Kenapa senyum-senyum saja ? ", tanya pria itu yang sejak awal duduk matanya selalu memandangi wajah Halimun.Menurut pria itu wajah Halimun sangat cantik..
Halimun tersentak dan tersipu malu melihat kedua mata pria itu memandang liar,menggoda hati sampai berdebar.Sesaat Halimun kikuk.Ia berusaha keras dengan mengingat kembali saat bersama Na Mak di Taiwan,ingatan itu menghilangkan debaran hati." Mas Tohari mau minum apa, kopi,teh atau air putih biasa ? ", tanya Halimun mengalihkan pembicaraan,menghindari tatapan liar sambil pergi ke dapur.
" Kalau disuguhi Halimun air apa saja saya minum ", sahut pria itu,tetap menggoda.
"Akh dasar lelaki," gerutu dalam hati Halimun." Menghadapi urusan selalu ada embel-embelnya ".Kemudian Halimun berkata,balas menggoda," Jika saya menyuguhi kopi susu nanti diminum tidak ? ".
Pria itu gembira mendengar kata-kata Halimun.Beberapa menit kemudian kedua matanya seakan tidak berkedip melihat Halimun keluar dari dapur sudah berganti baju membawa segelas kopi susu di atas nampan.Pria itu merasakan dadanya berdebar-debar.Halimun paham betul melihat rona wajah pria itu ia bisa tahu apa yang sedang bergejolak dalam hati.Senyum Halimun berkembang,ia merasa mendapat kemenangan dalam soal memperdaya perasaan.Sebentar lagi ia harus mendapatkan kemudahan dari Tohari,pria itu.
Halimun bercengkrama dengan pria itu hingga sore hari.
Rumi pulang,melihat Halimun sedang gembira,lalu bertanya : " Tamu nya sudah pulang ? ".
" Sudah ", sahut Halimun.
" Pulang jam berapa ? ".
" Tadi sekitar jam setengah lima ".
" Namanya siapa ? ".
" Tohari, tapi orang memanggilnya Mas Tohari ".
" Kelihatannya dia suka kepada kamu ", ujar Rumi.
Halimun tersenyum,ia kemudian mengambil sejumlah uang dari dalam saku baju lalu memberikan kepada Rumi.Uang itu pemberian dari Tohari.
Setelah menerima uang Rumi berbicara," Kamu jangan mengingat-ingat Herman lagi.Kalau kamu dengan Tohari juga hidup kamu bisa senang ".
Halimun menatap ke wajah Rumi,hati nya kesal." Sudahlah jangan sebut-sebut nama Herman lagi ".
Rumi tertegun sejenak kemudian hatinya gembira.Melihat Halimun sudah tidak mau memikirkan Herman karena mustajabnya airmantra Eyang.Lalu dengan semangat ia bertanya lagi," Kapan Tohari mau main ke sini lagi ? ".
" Tidak tahu ", sahut Halimun singkat.
" Dilihat dari penampilannya,Tohari itu tipe lelaki yang bertanggung jawab terhadap istri ", Rumi menasehati Halimun supaya memberi perhatian khusus kepada Tohari.
" Saya tidak percaya ", sahut Halimun.
" Kenapa ? ",tanya Rumi heran.
" Baru kenal saja tangannya sudah meraba-raba ", jawab Halimun kesal.
" Cileupeung ! ", kata Rumi sambil bergidik.
" Lelaki memang banyak yang cileupeung ! ", sahut Halimun.Lalu ia bercerita siapa itu Tohari.Halimun sudah mantap dengan rencananya akan kerja lagi ke luar negeri.Satu hari yang lalu ia mendengar iklan agen TKI di radio kaget di Compreng,tadi pagi ia menelusuri iklan itu datang ke radio kaget,di sana oleh pihak radio dipertemukan dengan Tohari sebagai agen TKI. Tohari minta bicara di rumah sekalian tahu alamat untuk kemudahan pengumpulan berkas persyaratan nanti." Ya saya ajak dia ke rumah...tapi sampai di sini dia bergelagat lain ", ujar Halimun kemudian pergi ke kamarnya.
Rumi termangu,melihat Halimun setelah bercerita langsung masuk ke kamar dan menutup pintu.Menimbang-nimbang soal uang dari pemberian Tohari timbul pemikiran Rumi ingin mempersatukan Halimun dengan Tohari.
Di dalam kamar Halimun duduk termenung,ia merasa pikirannya terkadang tidak karuan,teringat Herman.