App herunterladen
0.85% kecupan Kecil Dari Alam Mimpi / Chapter 1: Mata yang indah
kecupan Kecil Dari Alam Mimpi kecupan Kecil Dari Alam Mimpi original

kecupan Kecil Dari Alam Mimpi

Autor: Great_Goddess03

© WebNovel

Kapitel 1: Mata yang indah

suara burung berkicau terdengar sangat merdu dari bukit desa lumpoknyo, atau sering kali disebut sebagai bukit teletubbies karena bentuknya menyerupai perbukitan di film teletubbies. Terletak di kecamatan luwuk, Kabupaten Banggai, sulteng.

Beberapa anak terlihat mengejar seorang gadis, mereka terus berteriak dalam pengejaran itu, seolah-olah ingin menerkam si gadis.

"Monster... Monster....Monster pergi kamu dari sini.!" begitu mereka meneriakinya.

gadis itu terus berlari dengan air mata yang terus mengalir tanpa henti.

hingga akhirnya sang gadis tersandung dan terjatuh, tubuhnya terus berguling dengan cepat, melihat gadis itu terjatuh, para anak-anak kecil yang sedari tadi mengejarnya berhenti. Mereka terkejut tak menyangka sang gadis akan terjatuh kedalam jurang.

"Apakah dia mati?"

"bgaimana ini? jika warga desa tau bgaimana?" anak-anak itu mulai panik.

"Sudahlah jangan hiraukan dia, bukankah dia hanyalah seorang monster? lihatlah tampilannya, jika dia sudah mati maka warga desa akan senang. Bukankah dia hanya pembawa sial bagi desa kita!" hibur salah seorang dari mereka kepada teman-temannya.

"Iya benar juga, ayo kita pergi!"

mereka pun pergi menghilang di antara pepohonan yang rimbun, meninggalkan si gadis yang terjatuh di dasar jurang.

"Uh..To..long..!"

"To..long aa..ku.!" suara gadis itu pun terdengar sangat memilukan, dia merasakan sakit disekujur tubuhnya. Dapat terlihat dengan jelas kepalanya membentur sesuatu yang keras dari darah yang mengalir dari kepalanya.

Dalam tangisan dan rasa sakit yang memilukan gadis itu menutup matanya sekali lagi membayangkan hidupnya yang sangat menyedihkan.

Dia Indah yang sejak berumur 5 tahun pindah ke desa dangkang bersama ibu dan ayah tirinya. Wajahnya dan tubuhnya berwarna hitam, sehitam langit malam. Rambutnya yang panjang berantakan tergerai seperti seorang nenek sihir yang jahat. Apa bila dia membuka mulutnya maka yang terlihat adalah jejeran giginya yang sepenuhnya berwarna hitam pula.

awalnya warga desa tak menerima kehadiran mereka, karena wujud Indah yang tak tampak seperti manusia membuat mereka sedikit takut. Namun karena ibunya yang memohon dan bersujud-sujud di hadapan warga desa dengan menyedihkan, membuat mereka sedikit iba dan akhirnya memperbolehkan mereka untuk tinggal.

12 tahun setelah itu hampir setiap hari Indah mendapat caci maki dan ejekan dari warga desa, sebutan Monster dan penyihir jahat sudah melekat di telinganya. Jika bukan demi ibunya, dia sudah lama melakukan bunuh diri.

"Hiks...hiks.. apa salahku? hiks...hiks... apa yang telah kuperbuat sehingga nasibku menjadi seperti ini?" entah sudah berapa lama dia berada di bawah jurang, hal ini merupakan salah satu kejadian yang paling menyedihkan dihidupnya. Terjatuh dari atas jurang tanpa ada seorangpun yang memperdulikannya, bahkan sampai akhir ajalnya apakah dia tak akan mendapatkan sebuah kebahagiaan, meskipun yang terkecil saja.

Ditengah keadaan yang kritis Indah dapat melihat sosok tangan menggapainya, wajah sang pemilik tangan tak dapat dia lihat dengan jelas, pandangannya terasa samar-samar dan sampai akhirnya dia tak sadarkan diri.

"Cepatlah, dia masih hidup!" teriak salah seorang pria kepada beberapa temannya yang berdiri di atas jurang.

awalnya beberapa pendaki yang datang dari kota A berencana untuk berkemah, setelah merasa hari sudah hampir larut mereka memutuskan untuk beristirahat dan memasang tenda sebelum melanjutkan perjalanan mereka menujuk puncak bukit ke esokan harinya. Mereka terdiri dari dua laki-laki dan dua perempuan.

"Elo sih Rey, telat banget datangnya! kita jadi nggak bisa sampai ke puncak hari ini!" keluh Udin pada sahabatnya Reyhan, beberapa hari yang lalu mereka sudah merencanakan pendakian ini, karena setelah mereka lulus dari universitas maka akan sulit bagi mereka untuk bertemu satu sama lain. Di antara mereka ada yang memilih pulang kampung dan meneruskan usaha keluarga, ada pula yang melanjutkan studinya sampai keluar negeri, dan yang lain akan pindah dari kota A ke kota Z untuk memenuhi panggilan kerja dari perusahaan besar.

"Iya..iya .. gue salah, gue ketiduran Din gara-gara belajar semalaman suntuk!" Elak Reyhan.

"Alah.. palingan lo begadang lagi buat baca webnovel kan! dasar maniak novel lu!" Ucap Udin kesal.

"Hehe.. tau aja lu Din!" jawab Reyhan sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Udin sangat heran dengan sahabatnya yang satu ini, jika dilihat dari nilainya dia bisa dikatakan sebagai salah satu anak yang jenius, tapi bagaimana bisa seorang jenius menjadi maniak novel dan mengoleksi berbagai karya sebanyak ratusan buku. Bagimana cara dia membagi waktu antara belajar dan membaca, malahan Udin lebih keseringan melihat Reyhan membaca novel dibanding membaca buku pelajaran. Tak bisa dipungkiri IQ dari seorang jenius tak akan bisa dibandingkan dengan IQ dari orang biasa sepertinya, dia yang sudah bersusah payah dalam belajar, mengurangi waktu tidurnya untuk belajar masih tak bisa mengalahkan nilai-nilai yang didapat oleh Reyhan.

"Berhentilah memasang ekspresi Watados seperti itu, dan dirikanlah tenda di sebelah sana. Biar gue yang mencari beberapa kayu bakar dan para gadis akan menyiapkan makanan!" Udin memberikan arahan kepada teman-temannya dan dengan segera dilaksanakan.

Di saat mereka tengah sibuk mengurus masing-masing tugas mereka, tiba-tiba kedua teman perempuan mereka Anita dan Elis berteriak histeris membuat Reyhan yang sedang mendirikan tenda dan Udin yang telah datang membawa beberapa kayu bakar berlari kearah mereka berdua.

"Ada apa? mengapa kalian berteriak?" tanya Udin dengan ekspresi khawatir.

"Yang i..itu ada suara dari sana!" kata Elis sambil menunjuk ke arah jurang yang ada didepannya, Elis dan Udin berpacaran dari saat mereka memasuki semester ke tiga, awalnya mereka bertemu saat memasuki smester pertama, Udin, Reyhan dan Elis mulai berteman saat mereka memasuki kelas yang sama dan selalu mengerjakan tugas bersama. Dan tak disangka benih-benih cinta tumbuh di antara Elis dan Udin.

"Suara? dimana?" Reyhan merasa tak mendengar apa pun.

"I..itu disana!" Anita juga ikut nenunjuk kearah jurang.

Reyhan dengan perlahan berjalan kearah jurang itu di ikuti oleh Udin dari belakang, mereka berjalan perlahan sampai akhirnya mereka mendengar suara tangisan seorang perempuan, suaranya begitu tersiksa tak terdengar begitu jelas tapi dapat dipastikan suara ini jika berasal dari manusia maka manusia itu pasti dalam kondisi yang sangat lemah.

DEG... jantung Reyhan dan Udin semakin lama semakin berdebar kencang, bulu kuduk mereka mulai terasa berdiri mendengar suara tangisan itu. Mereka tetap berusaha bertahan dan tetap melangkah ke jurang. Saat itu baru sekitar jam lima sore, jadi mereka masih bisa melihat dengan jelas ke arah bawah jurang.

"Ah..!" Udin yang melihat sesuatu terkejut dan mundur selangkah.

"Ada apa?"

"I..itu apaan, yang warnanya item gitu?" Udin meenunjuk kearah batu besar yang berada dibwah pohon, dari sisi sebelah kanan batu sosok hitam tergeletak.

Reyhan melihat ke arah yang ditunjuk oleh Udin dan matanya membulat dengan sempurna.

"Mahluk apaan tuh, manusia atau setan?" ucap Udin ngeri.

Reyhan memandangi sosok itu dan beberapa saat kemudian berkata, "Itu manusia!" Dan dengan segera menuruni jurang dengan perlahan.

"Woy gila lu Rey, ngapain lo kesana? mana ada manusia wujudnya kayak gitu!" Udin berteriak frustasi pada sahabatnya yang nekat itu, dia tak habis pikir dari sudut mana sosok itu terlihat seperti manusia, jika mahluk itu mahluk jadi-jadian maka habislah riwayat Reyhan.

Reyhan terus menuruni jurang itu tanpa memperdulikan sahabatnya yang berteriak frustasi dari belakangnya, Saat dia pertama kali melihat sosok yang terbaring di samping batu besar, pandangan matanya tertuju pada luka dibagian kepalanya yang mengeluarkan darah, dia dapat melihat dengan jelas mahluk itu meringis kesakitan tak berdaya, maka dari itu dia mengambil kesimpulan bahwa sosok yang terbaring di samping batu besar itu adalah manusia.

Dia sedikit terkejut ketika melihat manusia itu dengan jelas, sosok itu begitu hitam dan penampilannya sangat berantakan, dia dapat menebak bahwa sosok itu adalah seorang perempuan jika melihat dari rambutnya yang panjang dan dari lekukan tubuhnya. Reyhan segera mengecek denyut nadi pada leher dan pergelangan tangannya.

"Dia masih hidup!" Reyhan segera berteriak pada Udin.

"Udin bantuin gue buat ngeluarin dia dari jurang!" Teriak Reyhan.

mendengar ucapan sahabatnya Udin terkejut, apa? mahluk itu adalah manusia, tidak mungkin bagaimana kalau mahluk itu hanya berpura-pura, pikir Udin. Melihat tak ada tanggapan dari atas Reyhan kembali berteriak.

"Cepatlah, dia masih hidup!" mendengar teriakan Reyhan, Udin tersadar dari lamunannya dan segera melihat kearah Anita dan Elis menyuruh mereka untuk mengambil tali. Sekarang Udin mulai menghilangkan pikiran negatifnya, berpikir bagaimana jika mahluk itu benar-benar manusia maka mereka harus menyelamatkan nyawanya dengan segera.

Udin turun kedasar jurang dengan memegang tali ditangannya yang telah di ikat. dia sedikit terkejut ketika melihat sosok itu dengan jelas dari dekat. Reyhan telah berusaha menutupi luka dikepalanya menggunakan kain, yang jelas berasal dari lengan baju Rehyan melihat kondisi baju Reyhan yang sudah tak utuh dibagian lengan kirinya.

Dengan susah payah mereka mengeluarkan gadis itu, setelah mereka berhasil Anita dan Elis memberikan pertolongan pertama kepadanya, meskipun mereka bukan berasa dari jurusan kesehatan namun karena hobi mereka sebagai pendaki membuat mereka belajar untuk melakukan pertolongan pertama jika sesuatu terjadi seperti ini.

Sekarang sudah tepat tengah malam, para pendaki telah tertidur lelap di tenda mereka. Gadis yang terjatuh dari dalam jurang perlahan membuka matanya.

"Dimana aku?" dia melihat sekelilingnya dengan perasaan takut. Sekarang dia berada di dalam salah satu tenda, dengan perlahan dia terbangun.

"Auch.." dia sedikit meringis kesakitan, dia merasakan sakit dibagian kepalanya dan menemukan sebuah perban melekat dikepalanya. Dia mengingat kejadian tadi siang saat beberapa anak dari desanya mengejar dirinya sampai akhirnya terjatuh ke dalam jurang, spontan air matanya mengalir kembali.

setelah menenangkan dirinya dia pun berjalan keluar tenda, dia mendapati tenda lain disamping tenda yang dia tempati. Dengan perlahan dia berjalan berniat untuk pergi meninggalkan tempat itu. Saat dia berjalan beberapa langkah sebuah suara menghentikannya.

"Mau kemana kamu?" Reyhan yang berada tidak jauh dari api unggun melihat gadis itu keluar dari tenda dan sepertinya dia berencana untuk pergi.

gadis itu berbalik dan melihat ke arah Reyhan..

Deg.. jantung Reyhan tersentak kaget, dia dapat melihat perempuan itu lebih jelas saat dia sedang sadar. Penampilannya benar-benar buruk, terlihat sangat jelek bagi siapa saja yang memandangnya. Keseluruhan tubuhnya berwarna hitam, bahkan giginya pun berwarna hitam dengan rambut yang tergerai berantakan dan kucel membuat siapa pun yang melihatnya bertanya apakah dia benar-benar seorang manusia.

Tapi tanpa terduga pandangan Reyhan teralihkan pada sepasang matanya yang cantik. Bisa dikatakan matanya benar-benar terlihat berbeda dan berbanding terbalik dengan tampilan bagian tubuhnya yang lain. Memancarkan sebuah keindahan yang tak bisa diungkap dengan kata-kata, namun juga terlihat menyimpan suatu kesedihan yang mendalam pada diri sang pemilik.


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C1
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen