Jeremi tersenyum ramah. "Bolehkah duduk?" tanyanya.
"Tentu saja, Mas. Silahkan duduk, Mas!" Jeni mempersilahkan dengan ramah.
Mereka duduk berdua di ruang tamu. Ah, mengapa Jeremi datang saat aku tidak mood untuk menerima tamu. Tapi pria itu baik dan Jeni pun masih memiliki beberapa pertanyaan yang sempat terpotong.
"Bagaimana dengan kabar kamu, Jen?" tanya Jeremi tak terlepas dari senyuman ramahnya.
"Kabar saya baik, Mas. Oh iya kok Mas Jeremi bisa tahu rumah saya, dari siapa?" Jeni bertanya karena merasa aneh. Tidak banyak teman-teman Jeni tang tahu mengenai tempat tinggalnya kecuali Wili dan satu lagi teman magangnya yakni Dewi.
"Dari Dewi. Dia bercerita mengenai kecelakaan kamu tadi siang. Entah kenapa saya merasa khawatir. Ada apa lagi, Jeni?" Jeremi tampak perhatian. Bukan apa-apa, dia sempat melihat Jeni dalam keadaan tak berdaya. Semenjak itu dia merasa iba terhadap Jeni.