App herunterladen
78.23% JANJI / Chapter 151: Penyakit genetik

Kapitel 151: Penyakit genetik

Di rumah sakit meri segera memperoleh penanganan di ruang ICU, lukanya tidak terlalu parah. Trauma dada yang ia alami juga sudah di tangani oleh dokter jack sewaktu di dalam ambulance.

Petugas medis hanya melakukan tes ronsen untuk mengetahui kemungkinan cidera tulang atau yang lainnya. Kemudian menjahit luka pada bagian kaki akibat robek terkena pinggiran pedal gas. Sementara bagian kepala hanya luka ringan dan memar kecil.

Dokter jack juga mendapat penanganan akibat luka bakar pada bagian lengan. Tidak terlalu parah tapi luka bakar tetap jelas tampak.

Setelah selesai mendapat perawatan, jack menunggu di depan ruang ICU yang juga ramai pengunjung korban. Inilah keuntungan di saat memiliki koneksi di dalam, selain cepat di tangani keluarga juga akan cenderung lebih tenang. Tidak perlu melalui prosedur rumah sakit yang lamban.

Di luar ilham datang dan menanyakan kemungkinan rumah sakit menerima pasien dengan luka pada kaki sembari menyebut ciri-ciri dan nama meri. Barulah setelah itu seorang perawat menunjuk ke arah ruang ICU.

Di depan ICU sosok yang sudah lama hilang itu tiba-tiba muncul dengan sendirinya tanpa ada rasa takut di wajahnya.

"kau di sini?" ilham menatap jack tajam.

"Mmm, kalian terlalu lamban untuk kakak adik dengan gen mengerikan" jawab jack santai. "ku dengar kalian memcariku sekian lama padahal aku berada di sekitar kalian. Melihat kondisi meri tak baik jadi aku yang turun tangan"

"itu bagus, anggap ini sebagai balas budimu pada meri karena sudah membebaskanmu waktu itu"

"sudah ku bayar sejak lama mengenai hal itu sejak aku menyelamatkan putranya"

"aku memcarimu untuk membungkam mulutmu itu. Kau satu-satunya yang tidak di singkirkan adikku karena tahu meri menghormati dan menganggap kau bukan ancaman. Siapa yang tahu bahwa takdir mu begitu buruk hingga harus berurusan dengan putraku lagi"

"apa kau membodohi adikmu dengan kecerdasanmu itu? Sangat jelas bahwa dia tidak tahu apa-apa dan hanya mengejarku karena merasa aku akan membongkar apa yang kalian sembunyikan selama ini. Mari berkompromi" jackob tersenyum licik dengan wajah menawannya.

Berkompromi dengan musuh bukanlah gaya ilham sejak lama. Dia lebih suka menekan dan memberantas siapapun yang menjadi penghalangnya dari pada bekerja sama.

"ah ada satu hal yang ingin ku tanyakan, apa kau menikahi meri? Aku tidak melihatmu saat operasi anaknya di lakukan. Aku yang bodoh karena lupa dengan wajah anak itu padahal kami sudah sangat dekat" ujar jackob memprovokasi.

"Mmm, aku menikahinya" jawab ilham tenang.

"apa kau ingin meri melahirkan seorang monster lagi?" jackob terlihat marah. "kau tidak kasihan padanya yang seumur hidupnya akan menghadapi anak-anak yang mengerikan? Gen mu dan adikmu bermasalah. Jadi menikahlah dengan wanita mandul untuk bersenang-senang. Mengapa harus menggilir wanita yang tidak tahu apa-apa sepertinya?"

Bukk

Sebuah pukulan keras mendarat di wajah jackob membuatnya terhuyung jatuh ke lantai. Mereka tentu saja menyita perhatian orang yang menyaksikan keributan itu.

Ilham menarik kerah baju jackob "kau tidak tahu betapa keras aku mengobati diriku sendiri. Jadi jaga bicaramu. Urusan kita hanya masalah yang menghabisi orang-orangku hingga aku berpikir kau menarget junior juga. Tapi karena kau terlalu banyak tahu, kita selesaikan ini dengan cara lain"

Ilham bangkit karena petugas keamanan mulai datang dan melerai mereka. Ia tidak ingin di usir dari rumah sakit karena masih harus mengawasi perkembangan meri.

"kita selesaikan setelah meri keluar dari rumah sakit" ujar ilham kembali dengan ketenangannya.

"dia tidak mengingatku. Apa ada masalah dengan ingatannya?" tanya jackob penasaran.

Sepanjang jalan ia hanya memikirkan bagaimana meri tidak mengingat wajahnya sejak bertemu di rumah sakit pemerintah izmir. Ia merasa wajar baginya tidak mengetahui itu meri karena wajahnya yang tertutup tapi meri tidak mengenalinya itu sangat aneh baginya.

"kau ahli bedah saraf jadi kau bisa memikirkan apa saja yang terjadi padanya setelah kejadian buruk bersamamu waktu itu" ilham sama sekali tak ingin bersikap ramah.

"aku akan bertanya langsung padanya jika dia sudah sadar" ancam jackob.

"apa kau pikir aku akan membiarkan kau bicara dengannya?"

"ilham, kau salah paham padaku. Aku bukannya masih mencintai istrimu. Aku juga sudah punya kehidupanku sendiri. Tapi membiarkan meri tidak tahu apa-apa mengenai penyakitmu dan kelainan gen kalian aku merasa turut bersalah jika sesuatu terjadi"

"aku benar-benar akan menghabisimu jika kau mengatakan sesuatu padanya. Ini kehidupanku dan meri, jadi orang lain tidak perlu ikut campur. Melihat bagaimana junior bisa mengendalikan emosinya selama ini ku rasa tidak akan ada masalah yang akan muncul. Kelainan gen nya juga sudah teratasi" kata ilham memberi peringatan pada jackob.

"dia pernah memukuli seorang murid hingga setengah mati. Aku yang menangani anak itu, tapi ku pikir itu karena perkelahian biasa. Tahu jika ana adalah meri aku rasa kau harus mulai berhati-hati pada perkembangan lutfi. Kalian sama. Berdarah dingin, memukul tanpa belas kasihan membunuh tanpa ampun. Jika kau tak ingin meri berakhir di rumah sakit jiwa karena menghadapi anak psikopat sebaiknya berpikir untuk memiliki anak bersamanya" jackob mengakhiri pertemuan tak terduga itu dengan sebuah ceramah panjang.

Ilham sudah lama bekerja sama dengan andre untuk mengatasi kepribadian mereka yang mirip. Itu kenapa andre masuk pada jurusan psikologi dan ilham berada di departemen bedah saraf.

Kelainan genetik yang menyebabkan haus akan ilmu serta membunuh adalah sesuatu yang sejak lama ingin ia kubur dalam-dalam. Sejak mengenal meri, keduanya tiba-tiba kehilangan insting membunuh.

Merasa apa yang mereka cari ada pada meri, keduanya bersaing untuk bisa hidup bersamanya berharap memiliki kehidupan normal seperti yang lainnya.

Orang pertama yang ingin mereka singkirkan adalah ayah ilham. Akar dari masalah ini adalah pria tua bangka itu yang selalu membuat percobaan pada beberapa wanita untuk menghasilkan genetik terbaik. Dan satu-satunya yang berhasil adalah pada ibunya dan ibu meri.

Beruntungnya adalah ibu meri lebih dulu kabur setelah mengetahui apa yang pria tua itu inginkan. Berkat bantuan ayah maria ia akhirnya bebas dan menghilang.

Menjadi jenius adalah sesuatu yang baik, tapi menjadi jenius di ikuti kelainan genetik adalah sesuatu yang mengerikan. Ilham pernah melihat sebuah film drama berjudul monster, di mana sosok di dalam film itu seorang pria jenius yang menjadi pembunuh berantai.

Namun pada akhirnya pengendalian diri serta kerja keras kakaknya berbuah manis hingga kecanduan akan membunuh itu bisa teratasi. Karena itu ia bertekad untuk melawan penyakitnya bersama dengan andre.

Mereka tidak tahu bahwa satu wanita yang akan menjadi obat bagi mereka menyebabkan kekacauan yang begitu besar hingga terjadi perang dingin antara ia dan adiknya.

Sekarang saat ia bahagia dan berharap memiliki keturunan, ia justru kembali berhadapan dengan kenyataan bahwa anaknya mungkin saja menjadi seseorang yang sama dengannya atau bahkan lebih mengerikan. Jika meri mengetahui hal ini, ia yakin wanita itu benar-benar akan pergi darinya atau setidaknya ia tidak akan menginginkan seorang anak darinya.

Saat pikirannya berkelana, seorang dokter keluar di ikuti dengan meri yang sudah duduk di kursi roda.

"thanks god" ilham langsung memeluk istrinya seakan lupa dengan kegundahan yang baru saja melanda pikirannya.

Hanya dengan melihat meri, semua masalahnya seakan lenyap tertiup angin.

"aww, dadaku sakit" meri merintih karena ilham menekan dadanya yang masih memar.

Keduanya saling pandang sejenak tersenyum dalam bahagia. Dokter masih menginginkan meri untuk tinggal di rumah sakit, tapi wanita itu tidak ingin tinggal dan ingin pulang ke rumah. Sulit untuk mengatakan iya namun melihat suaminya adalah seorang dokter yang begitu berkontribusi di dunia medis, dokter akhirnya membolehkan dan meminta mereka kembali untuk pemeriksaan esok hari.

Dengan sangat hati-hati, ilham mengangkat meri ke kursi penumpang belakang. Mereka terpaksa naik taksi karena ilham tidak memiliki mobil di bali. Ia sering meminjam mobil andre saat libur di bali dan mobil itupun sekarang sudah hangus terpanggang.

"apa junior baik-baik saja?" tanya meri sambil menyandarkan kepalanya di bahu ilham.

"Mmm, dia sudah berada di rumah dan pasti sedang menunggumu" jawabnya datar. "aku senang kau tidak terluka parah"

"tidak parah apanya, kakiku di gips, jariku memar dan terdapat luka robek sehingga harus di jahit. Kepalaku sakit terbentur, dan dadaku sangat sakit" rengek meri menunjukkan semua lukanya.

"di mana dadamu yang sakit?" goda ilham.

"otak mesum mu sepertinya kambuh lagi. Huft" meri menghembuskan nafas lega. "beruntung wajahku tidak terluka. Akan sangat menyedihkan jika seorang dewi tiba-tiba memiliki wajah mengerikan"

"kau tetap akan cantik walaupun terdapat bopeng besar di pipimu" ilham kembali merayu istrinya, ia benar-benar lupa baru saja menghadapi masalah rumit dengan kembalinya jackob.

"cantik apanya? Jangankan ada bopeng aneh, kulitku berubah gelap saja rasanya sudah sangat buruk. Aku benar-benar akan operasi plastik jika sampai itu terjadi"

"dan aku akan membayar biaya operasimu" ujar ilham tersenyum.

"kau memang suami yang baik" meri mengacungkan jempol untuk suaminya di balas kecupan di keningnya.

Sopir taksi itu hanya bisa senyum-senyum mendengar percakapan hangat pasangan yang saat ini menjadibpenumpangnya.


next chapter
Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C151
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen