App herunterladen
1.4% Jadi Budak CEO Arogan / Chapter 4: Bab 4. Tergila-gila

Kapitel 4: Bab 4. Tergila-gila

Perlahan, Hani menengadahkan kepalanya. Berusaha berani menatap wajah pria itu. Meskipun penerangan di kamar itu tidak begitu terang, namun Hani masih bisa melihat postur wajah sempurna milik suaminya itu. Tidak dapat dipungkiri jika Hani mengagumi ketampanan pria itu.

Wajah tampan itu kini sedang menatapnya dengan tajam.

Hani menggigit bibirnya dan akhirnya mengangguk. "Saya paham, Pak."

"Baguslah," ucap Bagas. "Kalau begitu, bersikap rilekslah, lakukan tugasmu, dan aku akan melakukan tugasku.

Bagas segera membuka jas, dasi dan kancing bajunya tanpa melepaskan baju itu. Melihat itu, Hani segera memalingkan wajahnya. Dia hanya menggigit bibirnya dengan air mata mengalir membasahi pipinya.

Tangan Bagas memegang kancing dres Hani, namun Hani refleks menghindar saat jari-jari Bagas menyentuhnya. Melihat Hani memberontak, Bagas pun mencengkeram bahunya agar wanita itu tidak terus bergerak-gerak.

Hani tahu jika dia tidak bisa kabur.. meskipun berusaha memberontak sekalipun. Pada akhirnya, dia hanya bisa pasrah menangis dan diam saja membiarkan tangan Bagas melucuti pakaiannya satu per satu. Bagas juga membuka pakaiannya.

"Berdiri!" Bagas memerintahkan Hani untuk berdiri.

Walaupun enggan, Hani akhirnya melakukan apa perintah dari Bagas. Hani berdiri, menghadapkan tubuh bagian depannya pada Bagas.

Hani menguatkan hatinya. Membiarkan Bagas menjamah penutup yang melingkar di pinggangnya lalu membukanya hingga menyingkap bagian bawah tubuhnya dan hanya menyisakan kain berbentuk segitiga.

"Buka ini!" perintah Bagas lagi.

Hani tercengang saat Bagas menyuruhnya untuk membuka pakaiannya sendiri. Apakah ini sama saja dengan dia menyerahkan dirinya untuk pria itu?

Tapi saat melihat Bagas yang menatapnya tajam, Hani pun takut untuk menolak. Dia pun mulai membuka kain terakhir yang menempel di tubuhnya itu.

Bagas seketika terpana melihat tubuh indah Hani. Tanpa disadarinya, dia menelan salivanya dengan berat. dia mudah tergoda saat melihat Hani dalam keadaan seperti ini.

Bagas berdeham sekali. "Bagus. Kita mulai sekarang.

Kini Bagas sudah bertelanjang di depan Hani. Sama seperti Bagas.. Hani pun tampak terpesona dengan dada bidang pria itu. Bagas benar-benar definisi pria sempurna! Tidak hanya wajahnya, bahkan dia pun menjaga tubuhnya yang berotot itu dengan baik. Ingin rasanya dia menyentuh dada bidang itu, tapi… seketika Hani terhenyak dari pikiran anehnya.

"Berbaringlah!" perintah Bagas..

Lalu Bagas memposisikan Hani dalam posisi tidur di atas ranjang besar dalam ruangan itu.

Hani menjerit dan menangis sambil tangannya memegang seprai saat Bagas berusaha melakukan penyatuan. Namun, Bagas tiba-tiba mengerutkan dahinya. Bagas baru menyadari jika Hani sepertinya belum pernah disentuh oleh seorang pria, karena itu dia tampak kesulitan saat ingin melakukan penyatuan tadi.

Lalu, tiba-tiba sebuah ide muncul di benaknya. Apakah dia perlu merangsangnya?

Bagas lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Hani, dan tanpa meminta persetujuan Hani, dia pun mencium bibir wanita itu. Hani sontak terkejut saat merasakan sensasi dingin namun lembut di bibirnya. Dia tidak menyangka jika Bagas akan menciumya dengan tiba-tiba seperti ini.

Melihat Hani yang tidak membalas, Bagas pun semakin memperdalam ciumannya. Sementara Hani tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Sesungguhnya, bibir pria itu benar-benar menggodanya. Namun, apakah dia harus mengikuti kata hatinya atau akal sehatnya?

Dan pada akhirnya, Hani pun memilih untuk menikmati percintaan sesaat ini. Dia mulai membalas ciuman sambil merangkul leher pria itu, hingga tidak ada jarak lagi di antara mereka. Bagas yang mendapat respons dari Hani pun semakin berani. Kali ini dia juga meninggalkan tanda di leher Hani.

Suasana kamar yang sunyi pun kini hanya terdengar suara deru napas yang saling memburu dan rintihan sepasang suami-istri yang saling melakukan penyatuan.

Hani memegang seprai dengan sangat kencang, sesaat setelah Bagaskara selesai melakukan tugasnya.

Di satu sisi, Hani mengakui kehebatan pria itu. Tapi di sisi lain, dia malu pada dirinya sendiri karena tidak bisa menolak menikmati permainan dari pria itu.

"Kamu belum pernah melakukan ini sebelumnya dengan lelaki lain?" Bagas bertanya pada Hani saat matanya melihat bercak darah di seprai putih itu.

Hani terkejut dengan pertanyaan itu, namun dia hanya mengangguk membenarkan.

"Bagus kalau begitu. Jangan lakukan dengan siapa pun mulai saat ini kamu milikku... Mengerti?"

"Iya, Pak..!" jawab Hani.

"Dan ini…" Lalu Bagas mengeluarkan sebuah Cek dari saku jasnya dan memberikan kepada Hani, "Kamu bisa gunakan untuk mengobati ibumu sampai sembuh, disitu tertera uang sebesar 20juta rupiah.

Hani melihat Cek itu dan mengambilnya, dan menyimpannya ke dalam tasnya karena dia memang memerlukan biaya yang besar untuk kesembuhan ibunya.

"Terimakasik pak...

Setelah itu, Bagas berbaring di atas tempat tidur.

"Jangan tidur dulu.. aku masih ingin bercinta denganmu... Perintahnya... padahal tubuh dan bagian inti milik Hani masih sakit dan teras perih...

Setelah lima menit beristirahat.. Bagas kembali mencumbu Hani dan menyetubuhinya kembali hingga Orgasme.. setelah itu Bagas pergi ke kamar mandi.. Namun begitu Bagas keluar dari kamar mandi , dia tak menduga jika hal pertama yang dilihatnya setelah keluar dari kamar mandi adalah Hani yang masih dalam posisinya berbaring tanpa berbusana.

Bagas seketika menelan ludahnya. Tiba-tiba pikirannya kembali melanglang buana saat mereka bermain tadi.

Sialan! Apakah dia sengaja melakukan ini?

Bagas pun menatap tajam pada Hani, dan berseru, "Apakah kamu berusaha menggodaku lagi?"

Hani segera menarik selimutnya, namun di tarik oleh Bagas dan mereka kembali mengulangi percintaan nya hingga tiga kali.

Bagas benar-benar tergila-gila oleh tubuh Hani apalagi milik Hani yang masih perawan terasa sempit menjepit miliknya.

Setelah selesai merekapun tertidur hingga pagi hari.

Keesokan harinya Hani diantar oleh Bagas hingga depan gang tempat tinggalnya.

"Dengar, hari ini kamu boleh tidak bekerja urus ibumu di siang hari karena malam hari bagianku.. kita akan menginap di Apartementku nanti malam.. aku akan menjemputmu disini seperti biasa, selama ibumu di rawat di Rumah sakit, kamu melayaniku malam hari.. Jika ibumu sudah pulang ke rumah.. kita bisa melakukannya di kantor atau di Hotel siang hari...

"Tolong pak jangan setiap hari, aku lelah.. dan tubuhku terasa sakit semua..

"Nanti aku belikan vitamin dan penambah stamina.. aku masih menginginkan tubuhmu.. dan kamu tidak boleh menolaknya... "Seru Bagas.

Karena lelah, Hani tidak membesuk ibunya ia beristirahat sampai sore, ketika sore baru Hani menjenguk ibunya membelikan makanan dan susu untuk ibunya.

"Jangan menghambur-hamburkan uang lebih baik uangnya kamu tabung untuk keperluan mu.

"Tenang saja Bu aku mendapatkan bonus dari pekerjaan aku jadi ibu jalan hawatir Aku masih mempunyai persediaan uang kok.

"Syukurlah kalau begitu Ibu hanya khawatir kamu nanti tidak mempunyai bekal.

"Tidak bu.. aku masih punya bekal kok.. kapan ibu bisa pulang.

"Kata Dokter ibu harus kemoterapi dulu sebelum pulang..

"Ooh begitu.. kalo begitu besok ibu Kemotherapi biar cepat pulang..

"Iya.. semoga tubuh ibu masih kuat.. menjalaninya...

"Ibu harus semangat dong bu... demi aku.

"Iya nak.. demi kamu.. ibu harus sembuh.


next chapter
Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C4
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen