Seorang pemuda manis yang kini berjalan cepat terburu-buru menuju rumahnya dengan sekantong makanan yang ia dapat dengan susah payah. Dia harus bekerja sebagai tukang cuci piring, pelayan toko bahkan apapun itu yang bisa menghasilkan uang namun tidak dengan menjadi jalang meski mungkin pekerjaan itu lebih cepat menghasilkan uang namun dia tak akan melakukan pekerjaan kotor itu.
"Hyung, kau terlambat lagi? lihatlah sudah pukul 11.00pm." Ucap anak laki-laki berusia 13 tahun pada kakaknya.
"Maaf jihoonie, hyung harus mendapat lembur karena kedai paman shin sangat ramai. Ini hyung membawa makanan untukmu. Hyung tadi sudah makan di kedai paman shin jadi tak perlu khwatir." Ucap pemuda itu pada sang adik jihoon.
"Jimin hyung, jangan terlalu lelah. Kau juga harus istirahat!" Bujuk jihoon pada kakaknya yang bernama jimin. Dan hanya di balas senyuman oleh jimin.
Kedua orang tua jimin dan jihoon telah tiada saat jimin berumur 13 tahun dan jihoon masih berusia 7 tahun. dia dan adiknya kala itu dapat bertahan hidup dari belas kasihan orang yang ada di sekitarnya karena keluarganya tak ada yang mau untuk menampung mereka dengan alasan tanggung jawab mereka sudah banyak dan berakhirlah dia tinggal dengan adiknya di rumah peninggalan orang tuanya.
Kini usia jimin sudah 20 tahun dan dia di haruskan bekerja keras banting tulang demi sang adik yang membutuhkan pendidikan meski dirinya sendiri telah putus sekolah.
"Jihoonie Kenapa belum tidur?" Ucap jimin sambil mencuci pakaian
"Hyung, kau malam-malam begini mencuci. Kau baru saja datang dan sekarang melakukan pekerjaan rumah?" Ucap jihoon yang heran apa tubuh kakaknya itu robot sampai tak merasa lelah.
"Kalau tidak di kerjakan sekarang, besok tak akan sempat. Sudah kau tidur saja, sebentar lagi juga selesai."
"Tapi hyung....
"Sudah larut malam jihoonie."
"Ne hyung."
Jihoon pun beranjak masuk ke kamar sesekali menoleh ke belakang melihat kakaknya. Sebenarnya dia tak tega melihat kakaknya yang kerja banting tulang sendiri tapi bagaimana lagi dia belum cukup umur untuk bekerja.
****
Bunyi dentuman beat dari musik Rnb menggema di seluruh sudut tempat itu. Di hiasi lampu disco yang gemerlap. Kehidupan malam yang begitu fulgar dengan adanya penari striptis di atas panggung kecil di sudut tertentu.
Seorang pria tampan bergigi kelinci bertubuh kekar mengenakan kaos putih dilapisi blazer hitam dan celana jeans navy dan sepatu sneaker putih. Dia berjalan dengan angkuh menuju sebuah sofa yang disana terdapat dua orang pria tampan tengah duduk dengan dua orang wanita berpakaian kurang bahan dengan memperlihatkan bongkahan dada yang menyembul hampir keluar. salah satu pria di sana memanggilnya.
"Hey tuan jeon, kau datang!" Pria dengan senyum dimple itu beranjak dari sofa dan menghampiri pria yang di panggil tuan jeon itu.
"Hey jaehyun hyung, kau masih tetap sama saja." Pria bergigi kelinci itu menyindir pria bernama jaehyun yang kini sudah berdiri di depannya.
"Mulutmu masih tetap sama saja jungkook. Tak ada yang berubah."
"Ada yang berubah hyung."
"Ya.. Ku akui setelah hidup di paris dan kembali ke korea kau semakin stylist dan tampan."
"Hahaha.. Kau sangat pintar memuji hyung. Em,. hyung aku bosan apa tak ada mainan baru?"
"Ada, dia masih beberapa hari masuk. Kau mau langsung ke atas atau...
" Langsung saja hyung." Sela jungkook cepat karena dia sudah bosan di bawah sini.
"Oke." Jaehyun pun memanggil salah satu pelayan untuk memanggil seorang jalang untuk jungkook. Tak berapa lama orang yang di tunggu datang.
"Selamat malam tuan!" Salah seorang wanita menghampiri mereka.
"Jungkook, namanya Rose dia masih satu minggu di sini. Dia...
"Sudah lah hyung langsung saja. Tak perlu di bahas lagi itu tak penting."
"Aish.. Kau ini selalu saja menyela kata-kata ku. Ya sudah sana."
Jungkook dan Rose pun ke atas dengan Rose yang bergelayut di lengan jungkook namun jungkook hanya acuh tak menunjukan ketertarikan sama sekali.
Bagi jungkook orang kalangan bawah hanyalah budak. Mereka Mau melakukan apa saja demi uang meski harus mengangkang di depan pria hidung belang yang punya uang melimpah.
****
"Hah... Akhirnya selesai." Ucap jimin yang baru menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Jimin pun melirik ke arah jam yang ada di dinding waktu sudah menunjukan pukul 02.05am. Jimin pun segera masuk ke kamarnya dan beristirahat.
Setiap hari jimin hanya mendapat waktu tidur 5 jam setiap harinya karena dari pagi sampai pukul 07.00 pm dia baru selesai bekerja dengan dua tempat berbeda. Namun bila mendapat lembur dia akan pulang lebih larut lagi.
Kini jimin merebahkan tubuhnya di ranjang nya pandangannya menatap langit-langit kamarnya. Merasakan tubuhnya seakan remuk. Rasanya benar-benar tak nyaman tapi dia tetap harus bertahan demi adiknya satu-satunya yang dia punya.
"Aku berharap suatu saat nanti kebahagiaan menyertai kehidupanku dan jihoon." Jimin pun mengulas senyum manisnya dan perlahan rasa kantuk menyerang. Jimin pun mulai menutup matanya dan selanjutnya jimin pun terlelap menuju ke alam mimpi.
𝙏𝙗𝙘